Warta jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 26 Agustus 2012

Menjelang HUT ke-24 GKI, Pdt. Em. Lazarus H. Purwanto, melalui buku rancangan khotbah Dian Penuntun, mengajak kita untuk merenung sejenak: “Bagaimana menjadi orang Kristen dan gereja Kristen yang memegang komitmen untuk menjadi orang Kristen dan gereja Kristen?”

Mantan Sekretaris Umum GKI itu menjelaskan bahwa pertanyaan itu berlapis tiga. Pertama, apakah kita sudah benar-benar memahami komitmen (sebagai orang, dan anggota gereja) Kristen? Kedua, apakah selama ini kita sudah memelihara komitmen itu? Ketiga, apakah kita sudah mewujudkannya dalam kehidupan kita?

Pertanyaan berkenaan komitmen itu sangat penting, sehingga menjelang akhir pelayanannya, Yosua pun menanyakan komitmen umat Israel. Ia mengumpulkan semua suku orang Israel di Sikhem. Lalu dipanggilnya para tua-tua Israel, para kepalanya, para hakimnya dan para pengatur pasukannya, lalu mereka berdiri di hadapan Allah. Di sana ia mengingatkan mereka tentang apa yang telah Allah lakukan bagi mereka, serta memperhadapkan mereka pada komitmen yang harus mereka ambil di hadapan Allah.

Apa yang telah dilakukan oleh Allah? Pada masa lampau Ia telah menyelamatkan nenek moyang mereka (Yos. 24: 2b-4) dan pada masa itu Ia pun menyelamatkan dan memberkati mereka (Yos. 24:5-13). Dialah yang berkenan menyelamatkan dan menguduskan umat-Nya, sehingga mereka dilayakkan untuk melayani-Nya.

Apa yang diharapkan-Nya dari umat-Nya? Tuhan menginginkan agar umat-Nya: 1. Beribadah hanya kepada Tuhan dan hidup takut akan Tuhan; 2. Bersama-sama melayani Tuhan dengan tulus ikhlas dan setia; 3. Menjauhkan segala berhala (Yos. 24:14).

Yosua menantang umat Israel untuk mengambil komitmen. Untuk itu ia sendiri memberikan teladan dengan mengambil komitmen, bahwa ia dan seisi rumahnya akan setia beribadah kepada TUHAN dan melayani-Nya (Yos. 24:15). Pada saat itu umat Israel juga mengambil komitmen untuk menyembah Allah dengan sepenuh hati dan melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh. Setelah mereka menyatakan komitmen mereka, diadakan pembaharuan perjanjian di Sikhem (Yos. 24:16-28).

Komitmen Yosua dan umat Israel mencakup tiga dimensi utama, yaitu: 1. Komitmen untuk hidup dalam persekutuan dengan Tuhan; 2. Komitmen dalam kehidupan bersama sebagai umat Allah; dan 3. Komitmen untuk tidak ikut-ikutan menyembah berhala melainkan dapat bersaksi bagi masyarakat sekitarnya.

Pdt. Em. Lazarus Purwanto menjelaskan bahwa ketiga dimensi itu merupakan satu kesatuan dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Ia mengusulkan agar ketiga dimensi komitmen itu dapat kita pakai dalam melihat kehidupan dan kiprah pelayanan jemaat, yaitu :

a. Dimensi iman: hidup dalam persekutuan dengan Allah (vertikal), “reaching up to God”
b. Dimensi kehidupan: berbagi kehidupan bersama dalam Kristus (horizontal-internal), “reaching in to the congregation”
c. Dimensi kesaksian: bersaksi bagi dunia/masyarakat, “reaching out to the society”.

Pada saat ini kita diajak untuk memahami ketiga komitmen itu, memeliharanya, dan mewujudkannya dalam kehidupan kita. Hal itu memang tidak gampang, karena banyak tantangan dan rintangan yang harus kita hadapi. Tapi kita patut bersyukur bahwa Tuhan beserta dengan kita, dan Ia telah memperlengkapi kita dengan perlengkapan rohani (Ef. 6:13-18).

Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kita dapat bertahan dari segala tipu muslihat Iblis. Dengan demikian kita dapat berpegang teguh pada tugas dan panggilan kita.         

AL