Warta Jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 4 September 2016
Hari ini lebih baik dari kemarin, dan besok lebih baik dari hari ini. Itu adalah harapan dari setiap orang. Namun timbul pertanyaan, “Siapakah yang menentukan kejadian dan peristiwa pada hari kemarin, kini dan besok? Manusia dengan segala upayanya, ataukah Tuhan yang mahakuasa?”
Pada saat memikirkan pertanyaan tersebut, penulis teringat pada perkataan Thomas A. Kempis yang populer: “Manusia merencanakan, tetapi yang Tuhan menentukan."
Memang benar perkataan Kempis itu. Bukan aku yang menentukan, tapi Dia. Salomo mengingatkan umat Allah: “Jikalau bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sia usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan Tuhan yang mengawal kota, sia-sia pengawal berjaga-jaga. Sia-sia kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah – sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur” (Mzm 127:1-2). Salomo menegaskan: “Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi Tuhanlah yang menentuhkan arah langkahnya” (Ams 16:9).
Yakobus juga mengingatkan orang-orang percaya agar tidak menjadi sombong dan berpikir bahwa diri mereka yang menentukan masa depan (Yak. 4:13). Yakobus menyebutkan tiga alasan, yaitu: kita tidak tahu apa yang apa yang akan terjadi besok (Yak 4:14a), kita tidak tahu apakah besok kita masih ada atau segera lenyap seperti uap (Yak. 4:14b), serta kita memiliki banyak kelemahan dan keterbatasan (Yak 4:15-17). Oleh karena itu, Yakobus mengingatkan umat Tuhan agar rendah hati dan berkata: “Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu” (Yak. 4:15).
Bukan aku yang menentukan, tapi Dia. Sudah seharusnya aku melibatkan Tuhan dalam setiap perencanaan dan usahaku! Aku mau belajar untuk berdoa dan bergumul dengan Allah di dalam setiap rencana dan usahaku. Aku mau berusaha untuk mengerti kehendak Tuhan dan melakukannya.
AL