Warta jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 05 Februari 2012

Banyak orang yang mengaku sebagai pengikut Kristus. Tetapi siapakah sebenarnya orang yang layak disebut sebagai pengikut Kristus? Apakah yang rajin ke gereja dan melayani? Hal itu tentu saja baik tetapi belum cukup! Pribadi yang layak disebut sebagai pengikut Kristus adalah, orang yang telah dipanggil oleh Tuhan dari kegelapan masuk ke dalam terang Tuhan yang ajaib untuk kemudian diutus kembali ke dalam dunia menjadi garam dan terangNya. Itulah yang disebut dengan "Gereja" atau "Ekklesia" (1 Pet 2:9-10). Dengan demikian, kehadiran orang percaya semestinya memberi dampak yang baik terhadap orang lain. Sebab kita adalah anak-anak Terang! Sehingga keberadaan kita seharusnya menjadi berkat bagi sesama, menjadi inspirasi bagi orang lain. Dan yang jauh lebih indah adalah, ketika perjumpaan kita dengan orang lain mampu mewartakan kabar baik, yang menuntun orang pada Jalan Keselamatan. Kristus dan juga Paulus menjadi sosok yang banyak memberi teladan, bagaimana kehadiran mereka menjadi berkat bagi sesama. Sebab itu, mari kita belajar cara hidup seperti apakah yang patut kita tampilkan sehingga dapat mengubahkan orang lain? Karena cara hidup memiliki presentasi dan dampak paling besar dalam mempengaruhi kehidupan orang lain (Kisah Rasul 2: 41-47; 1 Petrus 2:12). Cara hidup yang mampu mengubah orang lain adalah:

1. CARA HIDUP YANG TELAH DIUBAHKAN OLEH TUHAN (Kis 9:1-19a; 1 Tim 1:12-17).
Ada nasehat bijak yang mengatakan bahwa, "perubahan itu dimulai dari diri sendiri." Nasehat ini memang benar adanya. Selamanya kita tidak dapat mengubah orang lain, sebelum kita sendiri berubah atau diubahkan Tuhan! Dan kita sudah paham lewat pengajaran Firman Tuhan bahwa, transformasi kita adalah karya Roh Kudus (Yoh 16:8-10). Perubahan diri adalah proses yang berjalan seumur hidup kita, diawali dengan pertobatan dan dilanjutkan dengan proses pengudusan sehingga menghasilkan buah pertobatan, buah Roh (Gal 5:22-23), buah pengudusan, dll. Rasul Paulus bisa menjadi sosok yang dipakai oleh Tuhan untuk mengubah orang lain setelah ia sendiri berubah dan diubahkan oleh Tuhan (Kis 9:1-19a).

2. CARA HIDUP YANG SADAR AKAN TUGAS DAN PANGGILANNYA (Mark 1:38; 1 Kor 9:16).
Ada dua kalimat penting yang dilontarkan oleh Tuhan Yesus maupun oleh Rasul Paulus. Kalimat pertama diungkapkan oleh Kristus, "Marilah kita pergi ke tempat lain… supaya disana Aku juga memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang." (Mark 1:38). Kemudian Rasul Paulus mengatakan juga hal yang senada: "… Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil." (1 Kor 9:16b). Dari statement ini kita dapat melihat bahwa baik Kristus maupun Paulus adalah orang yang sadar akan tugas panggilannya dalam dunia ini. Yaitu bukan untuk kemegahan diri, popularitas, keuntungan pribadi, dll. Tetapi tugas dan panggilannya adalah untuk memberitakan Injil.

3. CARA HIDUP YANG MAMPU MEMBERI SOLUSI (Mark 1:29-34).
Tuhan Yesus memberi solusi bukan menciptakan masalah. Ibu mertua Simon yang demam disembuhkanNya (ay 30, 31), bahkan Ia menyembuhkan juga banyak orang yang menderita berbagai macam penyakit dan kerasukan (ay 32, 34). Bukankah banyak sekali hidup kita tidak bisa jadi berkat? sebab hidup kita bukan memberi solusi bagi orang lain tetapi justru menjadi biang masalah!

4. CARA HIDUP YANG MENGUTAMAKAN DAN MENGANDALKAN ALLAH (Mark 1:35).
Di tengah kesibukan dan keletihanNya melakukan berbagai macam pelayanan dan perjalanan ke berbagai tempat, ternyata tidak membuat Kristus mengabaikan kebutuhan spiritualitasNya. Itulah yang menjadi sumber kekuatanNya untuk menghadapi tantangan pelayanan. Menghadapi kegelapan yang mencengkeram dan membutakan mata manusia terhadap kebenaran. Hidup kita harus belajar mengutamakan Allah dan mengandalkanNya, itulah letak sumber kemenangan kita.

5. CARA HIDUP YANG RENDAH HATI DAN BIJAKSANA (Mark 1:34-39; 1 Kor 9:16, 19, 20-23).
Kristus menghindari popularitas padahal banyak orang yang mencarinya dan ingin menjadikanNya raja secara politis. Kristus malah pergi ke tempat yang sunyi untuk berdoa dan pergi ke daerah yang lain untuk memberitakan Injil. Demikian pula Rasul Paulus yang mengabaikan semua haknya demi Injil dan rela menjadi apa saja demi memenangkan jiwa kepada Kristus. Itulah bukti dan teladan betapa kerendahan hati dan sikap yang bijak diperlukan oleh sosok yang ingin dipakai Tuhan untuk mentranformasi orang lain.

6. CARA HIDUP YANG PENUH KASIH (1 Kor 9:19-23).
Pemberitaan Injil tidak dapat dipisahkan dari hati yang dipenuhi dengan kasih Kristus. Kasih Kristuslah yang mula-mula telah merangkul kita, sehingga dalam kobaran kasih ilahi itulah yang juga memampukan saya untuk rela berkorban merangkul orang lain dengan tulus, menerima mereka apa adanya. Kegagalan kita mengasihi dengan tulus dan penuh kesabaran dan pengampunan menjadi faktor utama kegagalan kita mengubahkan orang lain. Amin - RR-