Warta jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 25 Januari 2015
Panggilan untuk bertobat, percaya dan mengikut Dia telah dinyatakan Tuhan Yesus sejak Ia mulai memberitakan Injil. Dia berkata, “Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!” (Mrk. 1:15). Sesudah itu, ketika Ia sedang berjalan menyusur danau Galilea serta melihat Simon dan Andreas, Ia pun berkata kepada mereka: “Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia” (Mrk. 1:16-17).
Dari penyataan Tuhan Yesus itu, kita dapat belajar tiga tahap panggilan-Nya, yaitu panggilan untuk bertobat, percaya, dan mengikut Dia.
1. Kita dipanggil untuk bertobat.
Tuhan Yesus memanggil kita untuk bertobat (Mrk. 1:15). “Pertobatan adalah keadaan dimana seorang berdosa menyesal karena dosa-dosanya, yang dinyatakan kepadanya oleh terang firman Tuhan dan gerakan Roh Kudus, sehingga dengan kehendaknya sendiri ia mengubah pikiran dan hatinya lalu berbalik dari dosanya dan berpaling kepada Allah” (Brill, 1991).
Kata Ibrani dalam Perjanjian Lama untuk bertobat adalah syuv, yang berarti berputar, berbalik kembali (Douglas, 1988/2003). Hal ini mengacu kepada tindakan berbalik dari dosa kepada Allah (Ibid).
Di dalam Perjanjian Baru juga ada dua kata Yunani untuk “pertobatan”. Perkataan pertama ialah metanoia, yang berarti perubahan hati, yakni pertobataan nyata dalam pikiran, sikap, pandangan, serta berputar balik dari dosa kepada Allah dan pengabdian kepada-Nya (Ibid). Perkataan kedua adalah epistrophe, yang berarti: kembali, berputar, meninggalkan jalan sekarang dan berniat untuk menjalankan hidup yang baru.
Pertobatan pada satu pihak adalah pilihan kita. Tetapi pada sisi yang lain pertobatan adalah karunia Allah, sebab Dialah yang menarik hati manusia kepada pertobatan melalui pekerjaan Roh Kudus. Tanpa anugerah Allah, tidak mungkin kita bisa mengalami pertobatan sejati. Alkitab menuliskan: “Maksud kemurahan Allah adalah menuntun engkau kepada pertobatan” (Rom. 2:4).
2. Kita dipanggil untuk percaya.
Panggilan untuk bertobat dilanjutkan dengan panggilan untuk percaya. Tuhan Yesus berkata, “Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!” (Mrk. 1:15).
Inti dari Injil adalah Tuhan Yesus sendiri (1 Kor. 15:2-5). Karena kasih-Nya yang besar Ia telah berinkarnasi menjadi manusia, rela mati untuk menyelamat manusia berdosa, bangkit pada hari ketiga sesuai dengan Kitab Suci, dan menampakkan diri kepada murid-murid-Nya. Setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh. 3:16).
Kita dipanggil untuk percaya kepada-Nya. Percaya kepada-Nya itu sangat penting, dan membawa kita untuk mendapatkan bagian dalam karya keselamatan-Nya (Rm. 10:9). Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan (Rm. 10:10).
Bertobat harus dilanjutkan dengan percaya. Jangan abaikan panggilan untuk percaya. Percayalah kepada Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi Saudara.
3. Kita dipanggil untuk mengikut Dia.
Kita bukan saja dipanggil untuk bertobat dan percaya kepada-Nya, tetapi juga dipanggil untuk mengikut Dia (Mrk. 1:17). Mengikut Yesus berarti mengutamakan Dia dan mau belajar dari Dia, yaitu belajar dari ajaran-Nya, kehidupan-Nya, pelayanan-Nya, dan pemberitaan-Nya. Dengan demikian kita menjadi murid-murid-Nya yang berkenan kepada-Nya.
Mengikut Tuhan Yesus berarti mengutamakan Dia di atas segala-galanya. Orang-orang yang mengikut Dia bersedia memikul kuk dan belajar kepada-Nya (Mat. 11:28-30). Mereka juga memiliki kerelaan untuk menyangkal diri, memikul salib, dan mengikut Dia (Mrk. 8:34).
Orang-orang yang dipanggil untuk mengikut Dia akan dijadikan-Nya sebagai penjala manusia (Mrk. 1:17). Mereka bukan saja berakar dan bertumbuh di dalam Dia, tetapi juga berbuah bagi kemuliaan nama-Nya.
Kita dipanggil untuk bertobat, percaya, dan mengikut Dia. Oleh karena itu, janganlah berhenti pada tahap panggilan untuk bertobat dan percaya saja, tetapi hendaklah kita juga meresponi panggilan untuk mengikut Dia. Dengan demikian kita menjadi murid-murid-Nya yang berkenan kepada-Nya.
AL