Warta Jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 14 Maret 2021

Pagutan ular berbisa sangat berbahaya, tetapi pagutan dosa jauh lebih berbahaya. Pagutan ular berbisa, jika tidak segera diatasi, dapat menyebabkan kematian. Pagutan dosa, jika tidak segera diatasi, bisa berakibat kematian kekal.

Pagutan dosa bukan hanya mengakibatkan manusia menghadapi kematian jasmani, tetapi juga kematian rohani dan kematian kekal (kebinasaan). Kejatuhan manusia dalam dosa (Kej. 3:1-7) menyebabkan manusia harus menghadapi kematian, sebab upah dosa adalah maut (Rm. 6:23; Kej. 2:17). Kematian yang disebabkan oleh dosa meliputi tiga aspek: 1. Kematian jasmani, yaitu perpisahan antara roh dan tubuh jasmani (Pkb. 12:7). Sejak kejatuhan dalam dosa tubuh manusia mengalami proses pengrusakan sampai akhirnya ia mati. 2. Kematian rohani, yaitu perpisahan manusia dari Allah karena dosa (Ef. 2:1). Hukuman mati yang dijatuhkan kepada Adam dan Hawa terutama adalah kematian rohani, yaitu keterpisahan dari Allah. Mereka dipisahkan dari pohon kehidupan, taman Eden dan hadirat Allah (Kej. 3:22-24). 3. Kematian kekal. Apabila kematian rohani tidak diselesaikan, maka manusia akan mengalami kematian kekal. Dosa menyebabkan manusia dihakimi dan dihukum serta terpisah dari Allah untuk selama-lamanya.

Puji Tuhan, Allah Yang Mahakasih telah mengaruniakan jalan pemulihan dari pagutan dosa melalui Anak Tunggal-Nya. Sama seperti Musa meninggikan ular tembaga di atas tiang di padang belantara, demikian juga Tuhan Yesus harus ditinggikan, supaya barangsiapa yang percaya kepada-Nya akan memperoleh hidup yang kekal (Yoh. 3:14-15).

Frasa meninggikan ular tembaga tersebut mengacu pada peristiwa yang dialami oleh umat Israel di jalan yang menuju ke Teluk Akaba (Bil. 21:4-9). Di tengah perjalanan itu bangsa Israel melawan Allah dan Musa, sehingga Ia mendatangkan ular-ular tedung yang berbisa di tengah-tengah bangsa itu, yang mengakibatkan banyak orang yang mati dipagut ular (Bil. 21:4-6). Kemudian datanglah bangsa itu mendapatkan Musa dan berkata: "Kami telah berdosa, sebab kami berkata-kata melawan TUHAN dan engkau; berdoalah kepada TUHAN, supaya dijauhkan-Nya ular-ular ini dari pada kami" (Bil. 21:7a). Maka Musa mendoakan bangsa itu. Lalu TUHAN menyuruh Musa membuat seekor ular dari tembaga dan menaruhnya di atas sebuah tiang. Tuhan berfirman bahwa setiap orang yang dipagut ular akan sembuh kalau ia melihat ular tembaga itu (Bil. 21:7b-8).

Hal tersebut sepertinya tidak sesuai dengan nalar manusia, tetapi itulah jalan pemulihan yang disediakan-Nya bagi mereka. Bagi manusia, bagaimana mungkin orang yang dipagut ular berbisa dapat dipulihkan hanya dengan memandang kepada ular tembaga yang digantung di atas tiang? Tetapi bagi Allah tidak ada yang mustahil. Sesuai dengan perintah Tuhan, Musa membuat ular dari tembaga dan menaruhnya di atas sebuah tiang. Sungguh ajaib! Apa yang difirmankan-Nya benar-benar terjadi. Setiap orang yang dipagut ular-ular berbisa, hanya dengan memandang kepada ular tembaga itu, menjadi sembuh.

Peristiwa ular tembaga itu merupakan gambaran dari apa yang akan terjadi kemudian di dalam Kristus Yesus. Yesus Kristus rela ditinggikan di kayu salib dan mati untuk menggenapkan karya keselamatan dari Allah serta memulihkan manusia dari pagutan dosa. Alkitab menuliskan: “Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal” (Yoh. 3:14-15).

Manusia dipulihkan dari pagutan dosa dan diselamatkan oleh karena anugerah Allah dalam Kristus Yesus dan melalui iman percaya kepada-Nya. Firman-Nya menyatakan: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh. 3:16).

AL