Warta jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 22 April 2012

Pada suatu hari ada anak orang kaya-raya dan anak orang miskin yang tinggal di daerah yang sama. Tentu saja sebagai anak orang kaya ia selalu mengenakan pakaian-pakaian yang bagus dan mahal, tinggal di rumah yang sangat mewah dan memiliki banyak makanan yang enak dan bergizi tinggi. Keadaan itu berbanding terbalik dengan anak si miskin, yang ia kenakan hanyalah pakaian yang sederhana, tinggal di rumah yang kumuh dan bahkan kadangkala tak memiliki makanan apapun. Suatu ketika kedua anak itu bermain bersama dan ternyata terjadilah perkelahian diantara mereka, yang dimenangkan oleh anak orang kaya. Si anak miskin itu kemudian bangun dari tanah, lalu membersihkan debu dari tubuh dan pakaiannya, dan berkata: "kalau saya bisa makan seperti makanan yang kamu makan, saya juga pasti bisa menang." Lalu anak miskin itu pergi meninggalkan anak si kaya itu. Anak kaya itu terdiam dan terkejut dengan apa yang dikatakan anak miskin itu. Hatinya tertusuk karena ia tahu apa yang dikatakan oleh anak miskin itu ada benarnya. Dan sejak saat itu pula ia mulai mengubah sikap dan gaya hidupnya. Ia menolak semua perlakuan sebagai anak orang kaya, ia tidak membanggakan lagi kekayaan orangtuanya atau menggunakannya walaupun keluarganya sering memaksanya. Rupanya Allah memakai perkataan si miskin itu, yang di kemudian hari mengubahnya menjadi seorang yang peduli terhadap orang-orang miskin, sehingga suatu ketika, ia memutuskan untuk melayani orang-orang miskin di Afrika sebagai pendeta dan dokter misionaris. Dialah dr. Albert Schweitzer.

Kesaksian di atas menunjukkan bahwa di balik kata-kata ada kuasanya. Sebab itu, Yakobus 3: 1-12 dan Pengkhotbah 12:9-12, menasehati kita untuk berhati-hati dalam perkataan. Sebab ada kuasa dalam perkataan! Dan jika perkataan manusia yang terbatas ada kuasanya, apalagi "Perkataan Allah" Pencipta kita, sudah pasti kuasaNya lebih dahsyat! Contoh, langit, bumi dan segala isinya diciptakan hanya dengan FirmanNya! Hanya dengan FirmanNya Dia menciptakan dari yang tidak ada menjadi ada (Kej 1:1-31; Maz 33:8-9). Dan yang jauh lebih indah dari Firman Tuhan ialah anugerah dan kuasaNya yang mampu mengubahkan hati manusia, sehingga Simon dapat menjadi Petrus, Saulus dapat menjadi Paulus dan berjuta-juta orang lainnya telah diubahkan hatinya dan telah dipulihkan hidupnya oleh Firman Tuhan (1 Tim 1:12-17)

Alkitab sendiri akhirnya memberi gambaran tentang peranan Firman Tuhan yang mengubahkan itu dengan berbagai hal: Sebagai "Guru" yang menuntun kita dan memberi hikmat kepada kita untuk mengenal jalan kebenaran (Maz 119:97-100). Sebagai "Pedang bermata dua" yang mengerat dan membuang hal buruk dalam diri kita (Ibr 4:12-13). Seperti "Cermin" yang menyatakan kesalahan dan mengoreksi kehidupan kita (2 Tim 3:16; Yak 1:22-24). Sebagai "Lampu senter" yang dapat menerangi jalan yang gelap di waktu malam sehingga tidak salah arah (Maz 119:105). Sebagai "Filter" yang dapat menyaring segala sesuatu, sehingga hidup kita tidak mengikuti pola dunia ini (Maz 1:1-6). Sebagai "Makanan Rohani" yang membuat kita mengalami proses pertumbuhan hingga dewasa dalam iman (Ibr 5:12-14). Dan yang terindah melalui Firman Tuhan, kita dapat mengenal jalan keselamatan melalui Kristus Tuhan (Rom 1:16; 2 Tim 3:15). Sebab itu, manfaatkanlah Firman Tuhan untuk mentransformasi hidup kita terus menerus. Jangan lalai membaca dan merenungkannya siang dan malam (Maz 1:1-3) Dan belajarlah berkomitmen seperti pemazmur: "Aku memikirkan jalan-jalan hidupku, dan melangkahkan kakiku menuju peringatan-peringatanMu. Aku bersegera dan tidak berlambat-lambat untuk berpegang pada perintah-perintahMu." (Maz 119:59-60). - RR -