Warta Jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 30 Mei 2021
Di tengah-tengah kondisi dunia yang tidak sedang baik-baik saja; kekacauan di segala aspek akibat pandemi, perang di negara tetangga yang tak kunjung usai, bahkan mungkin permusuhan antarsaudara masih kerap terjadi hingga kini. Damai merupakan satu-satunya kunci untuk keluar dari kondisi seperti ini dan damailah yang akan membawa kita kepada kebahagiaan.
Melalui bacaan kita pada hari ini di dalam Matius 5:9, Yesus mengingatkan kepada kita agar kita menjadi pembawa damai bagi dunia yang penuh dengan kekacauan dan permusuhan ini, terutama di dalam lingkungan terdekat kita saat ini.
Kata damai, dalam bahasa Inggris disebut peace, sedangkan dalam bahasa Ibrani disebutkan syalom, dan di dalam bahasa Yunani disebut dengan eirene, Ketiganya memiliki makna bahasa Indonesia yang sama yaitu damai. Akan tetapi, pemaknaannya berbeda. Eirene hanya berarti damai secara lahiriah atau luar saja. Namun, syalom memiliki makna yang lebih dalam yaitu damai sejahtera yang kita rasakan baik di dalam maupun di luar diri kita.
Di dalam Alkitab, kata syalom pertama kali muncul di dalam Kitab Kejadian 1 dan 2 yaitu ketika manusia pertama memiliki relasi yang karib dengan Allah, sesamanya, bahkan tanaman dan tumbuhan yang ada bersama dengannya pada masa itu. Akan tetapi, syalom menjadi rusak ketika relasi manusia dengan Tuhan rusak akibat dosa yang dilakukan oleh manusia (Lih. Kej. 3). Bukan hanya relasi dengan Tuhan saja yang rusak, tetapi relasi antarmanusia dan lingkungan di sekitarnya pun menjadi rusak.
Namun, kita percaya bahwa kita telah menerima anugerah penebusan yang sempurna dari Tuhan Yesus Kristus yang mati di atas kayu salib. Ia yang membawa damai serta mengembalikan hubungan kita dengan Allah yang telah rusak akibat dosa (2 Kor. 5: 18-21). Oleh karena itu, sifat membawa damai merupakan sebagian dari sifat belas kasihan Allah kepada manusia. Sehingga, kita sebagai anak-anak Allah pun akan membawa damai sejahtera sebagai wujud syukur atas anugerah keselamatan yang telah kita peroleh, serta sebagai tanda bahwa kita anak-anak Allah.
Siapakah yang dimaksud oleh Yesus “orang yang membawa damai”? Mereka adalah orang yang sungguh-sungguh mencari syalom, atau kebaikan/keselamatan/kesejahteraan, bagi sesamanya. Namun, syalom membutuhkan sikap yang aktif, yang siap menghadapi segala persoalan dan kesulitan untuk membawa perdamaian, sekalipun hal itu merupakan hal yang berat.
Pnt. Devina Erlin Minerva