Warta Jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 19 Januari 2020

“Lampu mercusuar lupa kita dinyalakan! Mercusuar kita sudah tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya!” Seru kepala desa dengan penuh penyesalan karena melihat banyaknya mayat yang bergelimpangan di pantai.

Dahulu memang penduduk desa itu sering melihat mayat-mayat korban karena kapal karam setelah menabrak karang. Di sekitar pulau itu terdapat banyak karang yang membahayakan. Karena itu mereka bergotong royong untuk membangun mercusuar agar dapat memberikan navigasi kepada kapal-kapal yang berlayar melewati tempat itu di kegelapan malam. Pembangunan itu telah lama berselang. Sejak adanya mercusuar, sudah lama tidak terjadi lagi kapal karam dan tidak ada lagi korban jiwa! Tetapi... pagi itu… mereka kembali melihat mayat-mayat yang bergelimpangan di sepanjang pantai. Ada kapal yang karam karena menabrak karang.

Mengapa hal itu bisa terjadi? Oh... Mercusuar mereka sudah beralih fungsi. Tanpa disadari, fungsi terang yang menyelamatkan dari mercusuar itu lambat-laum telah tergeser oleh kegiatan-kegiatan yang lain. Mereka telah memperluas mercusuar itu dan memanfaatkannya menjadi tempat berkumpul, bermain dan bercengkerama, sehingga fungsi utama mercusuar terabaikan. Di malam yang tragis itu lampu mercusuar tidak dinyalakan dan tidak ada yang mengfungsikannya.

Seperti mercusuar itu, orang Kristen dan Gereja juga bisa bergeser dari misi dan fungsinya, dan tidak lagi hidup meresponi panggilan Allah dengan benar. Orang Kristen bisa penuh aktifitas, tetapi sesungguhnya telah melupakan siapa dirinya di hadapan Tuhan. Gereja bisa penuh kegiatan, tetapi sebenarnya telah kehilangan misi. Panggilan Allah tidak lagi diresponi dengan baik dan benar.

Yohanes Pembaptis mengenal siapa dirinya dengan baik dan mengetahui apa misinya dengan jelas, sehingga dapat hidup meresponi panggilan Allah dengan benar. Ketika orang-orang Lewi bertanya kepada-Nya, “Siapakah engkau?” Ia mengaku dan tidak berdusta, katanya: “Aku bukan Mesias.” (Yoh. 1:19-20). Ketika mereka terus bertanya tentang siapakah dirinya, ia menjawab: “Akulah suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan! seperti yang telah dikatakan nabi Yesaya.” (Yoh. 1:23). Ia mengatakan bahwa ia bukan Mesias, tetapi ia datang untuk mempersiapkan orang-orang untuk menyambut-Nya. Jawaban Yohanes tersebut mununjukkan bahwa ia tahu dengan jelas siapa dirinya dan apa misinya, sehingga ia dapat meresponi panggilan dengan baik dan benar.

Yohanes menjalani hidup meresponi panggilan Allah untuk menyampaikan firman-Nya dan membawa orang-orang percaya kepada Kristus. Ia dengan setia menyampaikan Firman Allah dengan cara yang relevan bagi para pendengarnya. Firman Allah disampaikan untuk menyentuh nurani para pendengarnya dan menjawab kebutuhan mereka. Selain itu, Yohanes mewujud-nyatakan beritanya di dalam kehidupannya. Bukan hanya kata-katanya, tetapi seluruh hidupnya merupakan suatu berita. Pelayanan Yohanes Pembaptis sangat berhasil. Banyak orang yang berbondong-bondong datang untuk mendengarkannya, bertobat dan menyerahkan diri untuk dibaptis. Ia bukan membawa orang-orang untuk mengidolakannya, tetapi ia mengarahkan mereka untuk percaya kepada Yesus Kristus (Yoh. 1:26-34).

AL