Warta Jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 27 Juni 2021

Tujuan :

1. Umat memahami bahwa kemarahan bisa menjadi sama dengan membunuh.
2. Umat dapat mengambil sikap yang benar di dalam mengendalikan kemarahan di dalam diri.
3. Umat berinisiatif untuk berdamai dan berekonsiliasi jika ada permasalahan dengan sesama saudara seiman.

 

Setiap manusia yang hidup pasti pernah merasakan atau mengalami emosi marah. Amarah merupakan salah satu bentuk emosi manusia yang wajar dan manusiawi. Emosi ini dapat terjadi jika ada hal yang tidak menyenangkan atau menyinggung perasaan orang tersebut. Manusia boleh marah sebab itu adalah hal yang manusiawi. Akan tetapi, kita perlu untuk mengendalikan emosi amarah yang kita sedang rasakan sebab amarah yang tidak terkendali akan berakibat buruk.

Di dalam ayat 21 Yesus mengatakan sebuah Hukum, “Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum.” Mungkin, di antara kita tidak ada yang membunuh dalam arti menghilangkan nyawa orang lain. Akan tetapi, bisa jadi ada di antara kita yang tidak betul-betul mengasihi sesama kita. Ada sebagian kita yang menindas, mengucilkan sesama kita. Tuhan Yesus tidak menginginkan kita berbuat demikian. Oleh karena itu, di ayat selanjutnya (ay. 22), Yesus mengatakan: “Setiap orang yang marah kepada saudaranya harus dihukum, siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! Harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! Harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.” Di sini, Yesus mengingatkan kepada kita bahwa amarah dan perintah jangan membunuh memiliki konsekuensi yang sama, yaitu: mereka yang melakukannya akan dihukum. Amarah dapat membawa kita kepada tindakan yang lebih buruk bahkan bisa berujung pada pembunuhan. Bukan hanya penghilangan nyawa, tetapi juga pembunuhan karakter, motivasi hidup, dan lain sebagainya. Yesus juga melarang kita untuk berkata kafir atau dalam bahasa aslinya raka yang arti harfiahnya “isi kepala kosong” dan jahil atau dalam bahasa Yunaninya moore yang arti harfiahnya “kebodohan”. Sebab orang-orang yang berkata demikian kepada sesama akan dihukum dan diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.

Melalui pembacaan di ayat 23-24, Yesus juga mengingatkan kepada kita, agar kita memperbaiki relasi atau berdamai dengan saudara kita terlebih dahulu sebelum kita memberikan persembahan kepada Tuhan. Pun, di ayat 25 Yesus mengingatkan agar kita tidak memiliki perseteruan secara berlarut-larut. Melainkan harus segera diselesaikan.

Secara tidak tersirat, melalui ayat 21-25 ini, Yesus mengingatkan kepada kita bahwa setiap kita patut memiliki relasi yang penuh kasih dengan Tuhan dan sesama, seperti pada perintah yang utama dan terutama. Caranya adalah dengan memiliki hati yang kudus. Jauh dari kebencian, dendam, dan kemunafikan. Oleh karena itu, ketika kita diminta untuk memiliki sikap yang benar dalam mengendalikan amarah kita, serta kita diminta untuk segera berekonsiliasi dengan saudara yang berseteru dengan kita.

Pnt. Devina Erlin Minerva