Warta jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 16 October 2011
Sibuk dan cemas itulah dua ciri perilaku yang dominan melanda kehidupan manusia masa kini. Dan yang aneh sibuk, tidak punya waktu, dan sejenisnya justru menjadi kebanggaan manusia masa kini. Padahal dampak dari kesibukan yang berlebihan seringkali hanya berujung dengan kecemasan, kegelisahan dan kekosongan. Memang banyak hal yang perlu diurus dalam hidup ini. Mulai dari urusan keluarga, misalnya membersihkan rumah, mengasuh anak, mengantar ke sekolah, menyiapkan makanan,...dll. Belum lagi urusan pekerjaan di kantor, di toko atau tempat usaha, dengan seribu satu macam persoalan yang akan ditemui. Dan ternyata masih ada kegiatan Gereja pada hari minggu dengan semua program pelayanan dan segala persoalannya yang ikut menyedot waktu, pikiran, tenaga dan perhatian kita. Maka lengkaplah sudah jika kita menjadi manusia yang super sibuk. Dengan demikian, pertanyaannya adalah: Masih adakah waktu kita mendengarkan Allah secara pribadi? Pertanyaan berikutnya untuk apa dan untuk siapa semua jerih payah itu kita lakukan? Kedua pertanyaan ini penting untuk diperhatikan sebab menentukan arah hidup kita. Apakah hidup kita berpusatkan kepada Allah atau tidak?
“…Marta sibuk sekali melayani…” (ay 40). Sebaliknya Maria duduk dekat kaki Yesus dan terus mendengarkan perkataanNya (ay 39). Apa yang dilakukan oleh Marta tentu suatu hal yang penting sebagai tuan rumah yang baik. Tetapi tentu saja hal itu bukan sesuatu yang mendesak. Apalagi jika dilakukan dengan sungut-sungut, protes, kuatir dan menyalahkan orang lain dan juga Tuhan. (ay 40). Itu sebabnya Tuhan Yesus menegur Marta : “…Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara..” (ay 41). Dengan semua kesibukan kita selama ini, baik dalam urusan keluarga pekerjaan maupun pelayanan, mungkin kita merasa sudah menyenangkan hati Tuhan. Tetapi tunggu dulu! Jangan-jangan dalam pandangan Tuhan kita hanyalah seperti Marta yang “kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara.” Bukan berarti Tuhan mengecilkan apa yang dilakukan oleh Marta, itu baik dan penting. Tetapi “hanya satu yang perlu” dan mendesak dari semua kesibukan yang baik itu, yaitu duduk di kaki Tuhan dan mendengarkan Dia. Perkara yang lain boleh saja kita lakukan tetapi hanya satu yang Tuhan rindukan untuk didahulukan, yaitu kita punya waktu untuk menyapa dan mendengarkan Dia dalam kehadiranNya. Sebab semua prestasi kita dan kesibukan kita sesungguhnya tanpa Tuhan hanya kekosongan dan kehampaan yang akan kita tuai, seperti Marta yang hanya merasa cemas. Yesus menginginkan kita untuk duduk tenang seperti Maria, menyingkirkan semua kepentingan lain, memperlambat waktu kita, menemukan Dia dalam keseharian hidup kita. Dari sanalah kita akan menemukan kekuatan dan arah hidup yang benar dalam menghadapi hiruk-pikuk dan pergulatan dunia ini, sehingga nama Tuhan dipermuliakan melalui segenap kehidupan kita. Jika tidak demikian, yakinlah bahkan doa-doa kita pun seringkali diwarnai dengan kegelisahan, ketergesaan dan instan.
Maria menjadi contoh yang baik bagi kita untuk mengutamakan Tuhan lebih dari yang lain. Firman Tuhan berkata: “… Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semua itu untuk kemuliaan Allah.” (1 Kor 10:31). Dalam hal yang sehari-hari dan tampak sepele pun kita harus menjadikan Tuhan sebagi pusat dan prioritas. Mengapa? Karena Dialah yang menciptakan kita dan yang telah menebus kita, sehingga kita hidup bukan untuk diri sendiri tetapi untuk Dia yang telah mati dan bangkit bagi kita.(2 Kor 5:15). Amin. - RR -