Warta jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 28 Agustus 2011

Michelle Price adalah gadis kecil 8 tahun yang periang dengan banyak kegemaran seperti menunggang kuda, bermain ski, bercerita, menyanyi, dll. Ia tumbuh di tengah keluarga Kristen yang sangat mengasihi Tuhan. Dengan semua yang dimilikinya dan kasih sayang orang tuanya kehidupan Michelle seolah tak kurang suatu apa pun, sampai suatu hari ketika kaki kanannya terasa sakit dan membengkak. Setelah beberapa dokter melakukan serangkaian pemerikasaan, ternyata ditemukan Michelle menderita penyakit kanker tulang yang amat mematikan. Kesempatan hidupnya hanya 4 % dan sebagian besar kakinya harus diamputasi.

Mengetahui keadaan itu, orang tua Michelle sangat terpukul, Michelle sendiri tenggelam dalam kesedihan yang dalam. Namun ketika ia melihat wajah ibunya yang sembab dipenuhi dengan air mata, ia berhenti menangis dan berkata: "saya akan baik-baik saja, mami jangan menangis percayalah. Saya memang takut ketika papa memberitahu tentang penyakit dan kaki yang harus diamputasi, Tetapi Yesus membuat saya tenang, percayalah mam, saya akan baik-baik saja" Pada suatu hari Michelle bertanya kepada ayahnya mengapa Tuhan mengizinkannya menderita penyakit itu? Ayah Michelle tak mampu menjawabnya. Michelle kemudian menjawab sendiri, ia berkata Tuhan mengizinkan ia mengalami penyakit itu supaya dokter dapat meneliti dan menemukan obatnya untuk menolong anak-anak lain yang memiliki penyakit sepertinya.

Para dokter kemudian mengamputasi kaki Michelle 4-5 inchi di atas lutut, ia bersaksi kepada ibunya betapa takutnya ia ketika masuk ke ruang operasi. Namun ketika ia menyadari Yesus bersamanya ia tidak takut lagi. 3 hari setelah amputasi, Michelle membuat para dokter terkejut karena, ia menggambar wajah orang yang tersenyum di atas perban pada kakinya yang buntung. Dokter merasa heran sebab biasanya dibutuhkan waktu yang berminggu-minggu bagi pasien untuk menerima kenyataan itu. 5 hari setelah amputasi, dokter kemudian melakukan kemoterapi dengan dosis tinggi untuk membunuh sel kanker yang mematikan itu. Kemoterapi itu membuat semua rambut Michelle rontok, seluruh tubuhnya merasa sakit, ia selalu merasa mual dan muntah serta menggigil. Tetapi setiap kali orang yang menjenguk bertanya bagaiman rasanya, ia selalu menjawab "Doing Ok!"

Selama 18 bulan ia menjalani kemoterapi, dengan semua ketidaknyamanan itu ia tetap tegar sampai ia merasa lebih baik. Kemudian ia mengunjungi anak-anak lain di rumah sakit yang juga menderita kanker untuk mendoakan, menghibur dan membuat mereka gembira. Sampai suatu ketika dalam suatu pemeriksaan dokter menyatakan ia telah sembuh, hatinya dipenuhi ucapan syukur kepada Tuhan.

Dengan berjalannya waktu Michelle pun berlatih ski dengan satu kaki, bermain skate board dan soccer dengan kaki penyangga. Ia memenangkan banyak medali dan penghargaan sampai ia beranjak dewasa, ia menjadi pemain ski cacat termuda di seluruh dunia, seorang model, pembicara dan penunggang kuda nomor satu bagi orang cacat. Ia kemudian melanjutkan kuliah dan bekerja pada pusat pelayanan orang-orang cacat yang tak memiliki tangan dan kaki. Michelle memotivasi mereka supaya mereka tetap memiliki sikap yang positif walau pun mereka cacat, mereka semua berharga di mata Tuhan. Melalui pelayanannya ini Michelle mendapat banyak penghargaan dari berbagai lembaga. Dan yang terutama Michelle selalu membuat Tuhan tersenyum sebab dalam keadaan apa pun Michelle selalu menjadi berkat bagi orang lain, semua itu tentu saja karena Kristus yang telah lahir dalam hatinya. Sehingga hidup Michelle selalu tegar, ceria dan menyenangkan hati Tuhan.

Seperti Michelle, biarlah kehidupan kita sebagai orang percaya selalu menjadi berkat bagi orang lain, bahkan dalam situasi yang paling sulit sekali pun selalu ada kesempatan untuk menjadikan kehadiran kita menguatkan dan membangun kehidupan sesama. Hidup yang bermakna sesungguhnya bukan diukur dari seberapa banyak yang berhasil kita raih dan nikmati, tetapi seberapa banyak kehadiran saya bisa berarti bagi orang lain dan kemuliaan bagi Tuhan. Itulah panggilan kita sebagai Gereja, sebagai orang percaya, sama seperti Kristus yang telah menjadi teladan dengan mempersembahkan seluruh hidupNya menjadi berkat bagi dunia. Itu sebabnya Tuhan Yesus memanggil kita untuk mengikuti jejakNya dengan menyangkal diri dan memikul salib ntuk menjadi berkat bagi dunia (Mat 16:24-26). Amin. -RR-