Warta Jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 3 November 2019

Allah membenci dosa, tetapi mengasihi pendosa. Kepada orang-orang berdosa yang seharusnya binasa, Ia justru menyatakan kasih-Nya. Alkitab berkata: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh. 3:16). Alkitab juga menyatakan: “Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa” (Roma 5:8).

Panggilan dan karya Tuhan Yesus dalam hidup Zakheus menunjukkan bahwa Ia mengasihi orang berdosa, walaupun Ia membenci dosa-dosanya. Zakheus adalah seorang pemungut cukai, suatu pekerjaan yang digolongkan oleh orang-orang Yahudi sama dengan orang berdosa (Luk. 5:30; 18:11). Pemungut cukai bekerja pada penjajah Romawi dan biasa memeras rakyat dengan pajak yang tinggi untuk memperkaya diri sendiri. Kendatipun demikian, Tuhan Yesus tetap mengasihi Zakheus dan mau menyelamatkannya.

Zakheus sangat berkeinginan untuk melihat Tuhan Yesus ketika Ia masuk ke kota Yerikho, tetapi keinginan itu mendapatkan halangan. Halangan pertama datang dari luar, yaitu karena adanya orang banyak yang menghalangi dirinya untuk bertemu Tuhan. Halangan kedua ada pada dirinya sendiri, yaitu kondisi perawakannya yang pendek sehingga membuatnya sulit melihat Yesus. Kendatipun demikian, semua halangan itu tidak memupuskan keinginannya untuk melihat Tuhan Yesus. Ia berlari mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Tuhan Yesus, yang akan lewat disitu.

Tuhan Yesus datang kepadanya, memandang dirinya, dan memanggilnya. Ia berkata kepanya: “Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.” Ia tidak meremehkan Zakheus, sebaliknya menujukkan kasih dan perhatian-Nya.

Zakheus meresponi panggilan-Nya. Ia segera turun dan membawa Tuhan Yesus ke rumahnya. Melalui kehidupan dan perkataan Yesus, Zakheus mengalami perubahan. Ia tidak hanya membuka pintu rumahnya bagi Tuhan, tetapi juga pintu hatinya. Ia tidak hanya menerima Tuhan Yesus di dalam rumahnya, tetapi juga di dalam hatinya.

Perjumpan Zakheus dengan Tuhan Yesus membawanya pada suatu pengakuan dosa dan pembaharuan hidup. Zakheus yang sebelumnya hanya tahu memperkaya diri dan tidak peduli kesusahan orang-orang lain, kemudian diubahkan menjadi orang berani mengakui dosanya, siap berubah dan peduli kepada sesama. Zakheus berdiri dan berkata kepada-Nya: “Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat’’. (Luk. 19:8).

Tuhan Yesus berkata: “Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang’’ (Luk. 19:9-10).

AL