Warta Jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 10 November 2019

Ada seorang teolog Kristen yang bernama Soren Kierkegaard. Ia membagi perilaku manusia, khususnya orang-orang Kristen, dalam tiga level. Pertama, Level Aesthetic. Pada level ini, orang melakukan suatu berdasarkan apa yang dia suka. Apa pun juga yang diperbuatnya, dasarnya kembali pada satu hal, “Saya suka atau tidak?” Kalau dia suka barulah dia dilakukan. Level ini bicara soal perasaan nyaman. Kedua, Level Rasional. Pada level ini, seseorang mempertimbangkan segala sesuatu dengan penilaian: “Masuk akal atau tidak? Benar atau tidak?” Kalau bisa dipahami, masuk akal dan dinilai benar, barulah dilakukannya. Ketiga, Level Iman. Pada level ini kehendak Tuhan yang menjadi prioritas. Pertanyaannya adalah: ”Apakah kehendak Tuhan?”

Merasa nyaman itu perlu, dan bertindak rasional itu juga dibutuhkan, tetapi ada satu hal yang tidak boleh diabaikan setiap orang beriman, yaitu kehendak Tuhan. Ada saatnya kita harus meninggalkan “zona aman” dari Level Aesthetic serta “belenggu rasio” dari Level Rasional. Kita harus masuk ke Level Iman. Ukurannya bukan hanya “Apa yang aku suka?” atau “Apa yang masuk akal bagiku?” Satu hal yang tidak boleh kita abaikan adalah “Apa kehendak Tuhan?” Orang yang beriman kepada Allah yang hidup akan melakukan kehendak-Nya, walaupun situasi dan kondisi yang dihadapi tidak seperti yang diharapkan. Kita perlu belajar dari Ayub yang tetap beriman kepada Allah walaupun semua hartanya sudah lenyap, orang-orang yang dikasihnya telah tiada, dan tubuhnya sedang mengalami sakit parah. Ia beriman kepada Allah yang hidup (Ayb. 19:26) dan percaya bahwa Allah memihak kepadanya (Ayb. 19:27). Sekalipun ia mengalami penderitaan yang hebat, ia tetap beriman kepada Allah dan melakukan kehendak-Nya.

Beriman kepada Allah dalam hidup tidak akan sia-sia! Ayub adalah salah satu contoh yang nyata. Ayub dikuatkan menghadapi masa-masa susah! Lalu TUHAN memulihkan keadaan Ayub, dan memberikan kepadanya dua kali lipat dari segala kepunyaannya dahulu (Ayb. 42:10).

AL