Warta jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 11 December 2011

Natal memang identik dengan simbol-simbol terang. Mulai dari lilin yang dinyalakan pada masa Advent, pohon terang, candle light. Demikian pula kisah-kisah tentang bintang terang yang menuntun para majus (Mat 2:2,9) dan kehadiran malaikat disertai sinar kemuliaan Tuhan yang membawa kabar sukacita kepada para gembala di padang (Luk 2:9). Belum lagi tema-tema Natal dan kidung pujian yang bernafaskan terang, seperti lagu: Malam Kudus, dlsb. Lantas Apakah simbol-simbol terang yang ditampilkan selama masa-masa Advent dan perayaan Natal sudah cukup menghadirkan kesaksian tentang Sang Terang yang telah datang ke dalam dunia? Ataukah mungkin sebaliknya, tema tentang terang yang diusung selama masa Natal hanyalah sebuah ritual keagamaan yang tak bermakna apa-apa dalam kehidupan sehari-hari yang akhirnya justru mengaburkan dan menguburkan kesaksian hidup kita sebagai orang percaya.

Sebab itu simbol-simbol terang yang ditampilkan selama masa Natal, walau pun sarat dengan makna yang sangat dalam, belumlah cukup menyaksikan Sang Terang jika tidak disertai kesadaran tentang anugerah Allah yang telah mengaruniakan Sang Terang bagi dunia yang gelap ini. Ibarat seseorang yang sedang mengidap penyakit kanker stadium akhir, tetapi kemudian berhasil disembuhkan lewat pertolongan seorang dokter. Maka dapat dipastikan, secara otomatis hal itu menjadi sebuah syukur yang luar biasa, sekaligus menjadi berita yang besar baginya untuk disaksikan kepada orang lain. Demikian pula halnya kita hanya dapat menyaksikan Sang Terang dengan antusiasme, manakala kita telah memahami betapa hancur dan binasanya hidup kita oleh kegelapan itu. Tetapi syukur kepada Allah karena Sang Terang telah datang ke dalam dunia untuk mengalahkan kegelapan itu! (1 Timotius 1:12-17).

Kata "kegelapan" yang dipakai di dalam Yohanes 1:5, memang bukanlah sekedar suatu situasai kegelapan biasa, seperti gelapnya malam ketika padamnya lampu karena terputusnya aliran listrik sehingga membuat suasana kurang nyaman karena berbagai kegiatan menjadi terhambat. Tetapi kegelapan di sini berasal dari kata Yunani "Skotos" yang berarti kegelapan yang bersifat jahat, kegelapan yang menyerang, kegelapan yang membawa kematian. Dan ternyata yang bekerja di balik kegelapan itu adalah: kuasa iblis, kuasa dosa dan kuasa maut. Semua musuh ini memang identik dengan kejahatan dan kegelapan. Itulah musuh sebenarnya yang telah mencengkram dan membeleggu begitu kuat semua manusia!

Bersyukur kepada Tuhan kita Yesus Kristus, karena Dialah satu-satunya Terang Sejati, yang telah datang ke dalam dunia dan "bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya. (Yoh 1:5) Itulah Terang yang sesungguhnya, yang telah mengalahkan kegelapan dan mengaruniakan hidup penuh sukacita bagi kita yang percaya kepadaNya. Sebaliknya gelap hanya menghancurkan dan membawa manusia kepada kematian yang kekal. Inilah yang seharusnya menjadi dasar dari kesaksian hidup kita, yaitu anugerah Allah dalam Kristus Sang Terang yang telah mengalahkan kegelapan. Tuhan Yesus bersabda: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku; ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup." (Yoh 8:12).

Karena itu, selain pemahaman dan kesadaran tersebut di atas, untuk menyaksikan Terang kita juga harus "berani" hidup sebagai anak-anak Terang! (Mat 5:14-16; Ef 5:8). Caranya yaitu dengan menanggalkan semua perbuatan kegelapan serta hidup seturut dengan Firman Tuhan (Maz 1:1-6; 119:105), sehingga hidup kita menghasilkan buah terang yaitu kebaikan dan keadilan dan kebenaran. (Maz 1:3; Ef 5: 9). Dengan demikian hidup kita menjadi bermakna, karena dapat menjadi saksiNya dan menjadi saluran berkat bagi dunia ini. Amin - RR-