Warta jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 02 October 2011

Pada tahun 1999, para ilmuwan meneliti sebuah pohon redwood raksasa yang telah berdiri kokoh di hutan California selama lebih dari 400 tahun. Pohon itu telah berhasil bertahan dari kilat, badai, gempa bumi dan kebakaran hutan. Namun, tanpa memberi tanda-tanda apa pun sebelumnya, pohon besar ini akhirnya tumbang ke tanah. Apa yang menjadi penyebab kematiannya? Ketika para ilmuwan memotong pohon tersebut, mereka menemukan ribuan kumbang kecil yang perlahan-lahan telah memakan inti pohon tersebut. Artinya jangan menganggap sepele hal-hal yang kecil karena jika diabaikan dia dapat merobohkan kekuatan sehebat apa pun! Pilihan-pilihan dan cara hidup kita yang komformis seringkali kita anggap kecil dan sepele, namun jika kita tidak berhati-hati menyikapinya, secara perlahan-lahan hal itu jugalah yang akan meruntuhkan kehidupan keluarga kita secara total. Itu sebabnya David O.Dykes mengingatkan betapa pentingnya mewaspadai hal ini, ia mengatakan bahwa: "Krisis paling signifikan yang dihadapi oleh negara dan keluarga saat ini bukanlah dalam bidang ekonomi dan politik, melainkan krisis karakter." Dykes benar! Sebab banyak bangsa dan keluarga yang runtuh dan sedang di ambang kehancuran saat ini, kalau dicermati faktor utamanya adalah krisis karakter.

Jika kita menyimak kisah imam Eli dalam 1 Sam 2:12-36, maka kita mendapati bahwa kehancuran keluarga dan pelayanan imam Eli justru karena masalah karakter. (ay 12-17). Dalam hal ini Eli telah gagal mendidik dan menanamkan nilai-nilai Firman Tuhan kepada anak-anaknya untuk memiliki tabiat atau cara hidup yang baik, apalagi kedudukan mereka sebagai sosok yang harusnya dapat diteladani sebagai para imam yang melayani Allah. (ay 28-29). Akibatnya sangat fatal dan memalukan dan Allah sendirilah yang akhirnya harus turun tangan untuk menghentikan kebobrokan yang sedang terjadi di dalam baitNya. (Ay 30-36).

Hal ini berbanding terbalik dengan Hana yang betul-betul menanamkan benih yang baik kepada Samuel bahkan semenjak anak itu dalam kandungan. Ia sudah mendoakan, ia memohon berkat dari Tuhan untuk anaknya, Ia bahkan bernazar kepada Tuhan kelak akan seperti apa anaknya di hadapan Tuhan, dan ia konsekwen, taat menepatinya (1 Sam 1:10-28). Artinya sejak dini Hana sudah menanamkan benih-benih yang baik, menanamkan nilai-nilai firman Tuhan, melibatkan pertolongan dan campur tangan Tuhan untuk membentuk Samuel supaya menjadi seperti yang Tuhan kehendaki. Di samping itu pula tersirat perlakuan dan perhatian Hana lainnya sebagai wujud kasih sayangnya hari demi hari, tahun demi tahun terhadap Samuel sehingga kita dapat menyaksikan betapa dahsyatnya buah yang dipetik oleh Hana. Karena Samuel kemudian tumbuh menjadi seorang sosok yang berkarakter baik walau pun ia tinggal di tengah-tengah lingkungan atau teladan anak imam Eli yang kurang baik. Dan kelak akhirnya Samuel dipercaya oleh Tuhan untuk menjadi imam sekaligus pemimpin bangsa Israel yang berhasil.

Amsal berkata : "Siapa yang mendapat anak yang bebal mendapat duka…."(17:21). "Anak yang bebal bencana bagi ayahnya…."(19:13). Sebelum bencana dan duka itu datang meruntuhkan keluarga kita, mari dengarkan Amsal berkata pula: "Hajarlah anakmu selama masih ada harapan,…." (19:18), nasehat Amsal mempertegas betapa pentingnya pembangunan karakter seluruh anggota keluarga, baik anak-anak mau pun orang tua. Dan tidak ada sekolah karakter yang terbaik di dunia ini, kecuali melalui sekolah karakternya Tuhan kita Yesus Kristus. Sebab hanya Dialah yang sanggup melahirkan kita kembali dari manusia lama yang menemui kebinaasaannya ke dalam keluarga Allah. Dan Dialah yang sanggup mengubah Saulus menjadi Paulus, mengubah Simon menjadi Petrus. Dan Dia pulah yang sanggup mengubah kita semua supaya menjadi serupa dengan gambarNya (Roma 8:28-29). Amin - RR -