Warta Jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 8 Januari 2017

Air laut asin rasanya, tetapi ikan yang hidup di dalam laut tidak menjadi asin. Mengapa bisa demikian? Karena ikan mempunyai kemampuan mencegah mineral garam air laut meresap ke dalam tubuhnya (insulasi) dan dapat menyaring apa yang dibutuhkannya (filterisasi).

Murid-murid Kristus hendaklah belajar dari ikan-ikan di laut. Kendatipun diutus ke tengah-tengah dunia, tetapi tidak menjadi serupa dengan dunia. Serupa dengan dunia itu antara lain mementingkan diri sendiri, materialistis, hedonis, suka berbuat dosa, tidak takut akan Tuhan, dan sebagainya. Ada dua jenis sikap orang terhadap dunia yang tidak tepat, yaitu: imitasi (meniru dunia) dan isolasi (menjauhi dunia). Tuhan tidak menghendaki keduanya. Tuhan menghendaki agar murid-murid-Nya dapat mencegah pengaruh buruk dari dunia meresap ke dalam diri mereka (insulasi) dan dapat menyaring   apa yang berguna (filterisasi). Dengan demikian, kendatipun mereka tetap berada di dunia tetapi tidak menjadi serupa dengan dunia.

Setiap murid Kristus hendaklah mengalami transformasi spiritual. Murid-murid dipanggil untuk memuliakan Allah   (Rm. 11:36) dan mempersembahkan diri sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah (Rm. 12:1). Oleh karena itu, kendatipun ia berada di dalam dunia, janganlah menjadi serupa dengan dunia. Alkitab menyatakan: “Berubahlah oleh pembaharuan budimu” (Rm. 12:2b).

“Berubah” dalam bahasa Yunani adalah ”metamorphosis,” suatu istilah yang dipakai bagi ulat yang berubah menjadi kupu-kupu.  Seorang murid Tuhan hendaklah mengalami transformasi spiritual dari “ulat,” yaitu manusia lama yang berpikir menurut keinginan daging dan doyan berbuat dosa, menjadi “kupu-kupu,” yaitu manusia baru yang hati, pikiran dan perbuatannya terus-menerus diperbaharui di dalam Kristus. Transformasi spiritual itu membuatnya dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.

AL