Warta Jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 31 Mei 2015
Teolog besar dari Swiss, Karl Barth, pernah ditanya oleh seorang mahasiswa sebuah Sekolah Tinggi Teologi saat berkunjung ke Amerika Serikat: “Dr. Barth, what is the most profound thing you have ever learned in your study theology?” Barth berpikir sebentar dan menjawab, “Jesus loves me, this I know, for the Bible tell me so.”
Mahasiswa itu dan teman-temannya tertawa mengkikik pada jawaban yang sederhana tersebut. Profesor teologi yang punya nama besar itu mereka tanya perihal apa yang paling mendasar yang pernah ia pelajari di dalam mempelajari teologi, namun ia tidak menjawab dengan hal-hal yang rumit-rumit, melainkan memberikan jawaban yang begitu simpel. Jawabannya itu merupakan kalimat awal dari lirik lagu yang sudah biasa dinyanyikan oleh anak-anak Sekolah Minggu, yang lirik lengkapnya adalah: “Yesus sayang padaku, Alkitab mengajarku. Walau ‘ku kecil lemah, aku ini milik-Nya. Yesus Tuhanku sayang padaku. Itu firman-Nya di dalam Alkitab” (KJ 184).
Tawa mereka kemudian terhenti karena mereka perlahan menyadari bahwa Barth serius. Jawaban Barth yang sederhana itu mengajak mereka memperhatikan dua pemikiran yang penting: 1. Bahwa di dalam kebenaran Kristen yang sangat sederhana dapat tercakup pemikiran seorang yang paling brilian sepanjang sejarah. 2. Bahwa di dalam belajar teologia secara ilmiah, kita tidak dapat sungguh-sungguh melampaui level seorang anak di dalam mengerti kedalaman dan kekayaan misteri karakter Allah.
Kita harus menyadari bahwa Allah itu melampaui akal pikiran kita ataupun pengalaman hidup kita yang terbatas. Kita tidak mungkin mengenal-Nya dengan usaha kita sendiri. Tetapi kita patut bersyukur, bahwa Ia telah menyatakan diri-Nya kepada kita melalui Firman yang menjadi daging di dalam diri Yesus Kristus, maupun melalui Firman yang tertulis, yaitu Alkitab.
Alkitab menjelaskan kepada kita bahwa Allah itu esa (Ul. 6:4; Mrk. 12:29; 1 Tim. 2:5). Tetapi Allah itu adalah Bapa, Anak dan Roh Kudus. Allah adalah satu dalam esensi, tetapi memiliki tiga Pribadi. Itulah Trinitas yang kita kenal dan kita amini.
Di dalam memahami Trinitas kita perlu mengetahui bahwa Gereja menolak pandangan Modalisme maupun Triteisme.
Modalisme adalah ajaran yang menyangkal perbedaan Pribadi-pribadi yang ada dalam keesaan Allah. Modalisme mengajarkan bahwa Bapa, Anak, Roh Kudus hanya merupakan tiga cara Allah di dalam menampakkan diri-Nya. Salah satu ilustrasi yang sering dipakai kaum Modalisme adalah: Seorang menjadi presiden di kantor, menjadi bapa di rumah, dan menjadi supir saat berkendaraan, namun dia tetap satu orang. Ini jelas tidak sesuai dengan ajaran Alkitab, karena menyangkal bahwa Allah memiliki tiga Pribadi yang berbeda. Di pihak lain, Triteisme menyangkal keesaan Allah dan mengajarkan tentang adanya tiga Allah yang menjadi satu. Kesalahannya adalah mengajarkan adanya tiga Allah, bukan tiga Pribadi dalam Allah yang esa sebagaimana ajaran Alkitab.
Kita benar-benar sadar bahwa kita bukan menyembah kepada tiga Allah, tetapi menyembah kepada satu Allah, yaitu Allah Yang Esa. Allah Yang Esa itu menyatakan diri dalam tiga Pribadi, yaitu Bapa, Anak dan Roh Kudus. Kita menyembah kepada Allah Tritunggal, atau juga disebut Trinitas.
Karya Trinitas nyata dalam penciptaan. Dalam penciptaan langit dan bumi beserta isinya ketiga Pribadi dari Allah Tritunggal turut berkarya. Dalam Kejadian 1:1-3 disebutkan “Allah menciptakan” (ay. 1); “Roh Allah melayang-layang” (ay. 2) dan Ber-Firman-lah Allah (ay. 3; Firman = Tuhan Yesus, Yoh. 1:3). Penciptaan adalah karya Allah Bapa (Why. 4:11; 1Kor. 8:6), Anak (Yoh. 3:1-3; Kol. 1:15-17), dan Roh Kudus (Mzm. 104:30).
Karya Trinitas nyata dalam keselamatan kita. Allah Bapa yang merencanakan keselamatan bagi kita (Ef. 1: 4-6; 9-10). Lama sebelum Allah menciptakan dunia, Allah telah memilih kita di dalam Kristus untuk menjadi milik-Nya sendiri. Dalam kasih, sejak semula Allah sudah merencanakan keseselamatan kita. Hal itu dilakukan-Nya atas kedaulatan dan kehendak-Nya sendiri! Allah Anak, yaitu Tuhan Yesus Kristus, yang melaksanakan karya keselamatan bagi kita (Ef. 1:7-8, 11-12). Di dalam Kristus, yang rela mati di atas kayu salib, kita mendapat bagian di dalam keselamatan yang dijanjikan Allah. Sebab di dalam Kristus dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, pengampunan dosa, dan pendamaian dengan Allah. Roh Kudus yang mengenakan keselamatan itu pada kita (Ef. 1:13-14; 4:30). Roh Kudus yang menginsafkan kita akan dosa, membimbing kita untuk mengerti kebenaran, serta memampukan kita untuk percaya kepada Yesus Kristus. Ketika kita percaya, kita dimeteraikan dengan Roh Kudus. Kehadiran Roh Kudus dalam diri kita merupakan jaminan bahwa Allah benar-benar akan memberikan kepada kita segala yang dijanjikan-Nya.
Karya Trinitas nyata di dalam pemeliharaan dan berkat-Nya: “Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian” (2 Kor. 13:13). Demikian pula dalam baptisan: “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus” (Mat. 28:19). Karya Trinitas nyata juga dalam pembaharuan hidup orang-orang percaya (Ef. 2:10; 2 Kor. 5:17; Gal. 5:16-26).
Trinitas tidak dapat kita pahami sepenuh-penuhnya, karena keberadaan-Nya jauh melampaui pikiran dan pengalaman kita. Namun kita patut bersyukur, karena apa yang perlu kita ketahui telah dinyatakan kepada kita melalui firman-Nya. Oleh karena itu kita tidak perlu sombong dan mengandalkan kehebatan diri, melainkan dengan rendah hati belajar seperti anak-anak untuk mengenal Sang Khalik. Kiranya melalui firman-Nya dan karya-karya-Nya kita pun dapat semakin mengenal Dia dan hidup di dalam anugerah-Nya.
AL