Warta Jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 3 Maret 2019
Dalam dunia ini banyak orang yang suka beriklan. Kalau dulu orang beriklan untuk menjual barang dagangan, kemudian beriklan untuk menjual merek dagang, maka kini banyak juga yang beriklan untuk “menjual” nama sendiri. Jika para politisi mengiklankan diri agar dikenal dan dipilih, maka ada pula “tokoh-tokoh agama” yang mengiklankan diri agar dipuji dan dikagumi.
Tuhan Yesus sebenarnya berkesempatan untuk beriklan setelah peristiwa transfigurasi, tetapi Ia justru memerintahkan agar tidak ada publikasi. Transfigurasi, dimana Yesus dimuliakan diatas gunung dan dua nabi besar bangsa Israel datang menemui-Nya, adalah suatu peristiwa yang sangat luar biasa dan punya nilai jual yang besar. Peristiwa itu dicatat di dalam ketiga Injil Sinopsik, namun ketiga-tiganya menuturkan bagaimana Yesus melarang murid-murid-Nya menceritakan peristiwa itu kepada orang lain. Matius dan Markus menambahkan larangan untuk menceritakan peristiwa itu dengan batas masanya, yaitu sebelum kebangkitan (Mat. 17:9; Mrk. 9:9).
Mengapa demikian? Kita dapat mengerti betapa berbahayanya jika murid-murid dan juga banyak orang hanya menerima kemuliaan Kristus, namun melepaskannya dari berita salib secara utuh. (Pdt. Lindawati Mismanto, Dian Penuntun, ed. 27, hal. 64-64). Peristiwa transfigurasi tidak dapat dilepaskan karya Kristus yang seutuh-Nya. Tidak ada kemuliaan tanpa salib. Tidak ada transfigurasi tanpa inkarnasi. Tidak ada kebangkitan tanpa kematian.
Peristiwa transfigurasi adalah salah satu tahap dari karya Kristus di dalam ketaatan-Nya. Ia adalah oknum kedua dari Allah Trinitas, namun Ia rela mengosongkan diri sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia (Flp. 2:7). Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib (Flp. 2:8). Peristiwa transfigurasi berkaitan erat dengan ketaatan-Nya untuk menempuh jalan salib, seturut dengan kehendak Allah, untuk menyelamatkan umat manusia.
Dalam dunia yang pandai beriklan, hendaklah kita belajar dari Tuhan Yesus untuk tunduk dan takjub kepada Allah. Fokusnya bukan mengiklankan diri sendiri dan mencari kepentingan pribadi, tetapi memuliakan Allah dan tunduk kepada kehendak-Nya.
AL