Warta Jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 9 Februari 2020

Ada yang mengatakan “Orang beragama sebagai satu institusi agama, mereka berpikir dengan cara yang mereka yakini juga. Mereka percaya ada Allah, tetapi tergantung bagaimana mereka merumuskannya. Ini cara berpikir orang beragama, yang kemudian mengkudeta Allah itu sendiri. Itu sebabnya kalau agama sebagai institusi, yang muncul adalah radikalisme yang mengerikan. Tuhan itu cuma diomongkan, tetapi tidak tampak di dalam kehidupannya”.

Bagaimana bergama dengan akal sehat? Matius 5:13-20 menggambarkan beragama dengan akal sehat, yaitu dengan menjadi garam dan terang dunia. Menjadi Garam dan Terang adalah panggilan hidup orang percaya. Bagaimana menjadi terang? Menjadi terang berarti hidup berbeda secara mencolok dengan gelap atau berbeda dengan hidup orang dunia. Sebab hidup berbeda dengan dunia, akan seperti kota yang terletak di atas gunung (ay 14), artinya kehidupan kita akan disorot / diperhatikan orang, karena itu harus hidup dengan lebih hati-hati. Terang juga tidak boleh disembunyikan. Artinya tidak boleh terus menyendiri, tapi mau bergaul dengan orang dunia untuk ‘menerangi’ mereka. Terang juga memberi petunjuk, apakah terang kita telah memberi petunjuk pada orang-orang di sekitar kita?

Bagaimana menjadi garam dunia? Garam itu mencegah kebusukan, artinya harus mencegah dunia dari kebusukan rohani dan garam memberi rasa pada makanan. Kalau tidak ada garam, maka makanan menjadi hambar dan tidak enak, artinya kehadiran kita harus menjadi berkat bagi sesama. Garam mempengaruhi, bukan dipengaruhi. Tetapi ini ada batasnya, yaitu kita tidak boleh melakukan sesuatu yang menyenangkan orang tetapi bertentangan dengan Firman Tuhan. Apakah kita garam yang memberikan kenikmatan pada orang lain, atau menjadi sebuah ancaman bagi orang lain? Fungsi orang Kristen adalah memberikan kenikmatan berupa damai, kasih, dan sukacita kepada orang-orang sekitar kita.

SO