Doa adalah nafas dalam kehidupan sebagai orang Kristen, berarti doa perlu dinaikkan tak putus-putusnya dalam tiap waktu dan segala situasi. Ketika dalam keadaan sukacita kita berdoa mengungkap syukur, apalagi dalam kesusahan kita akan lebih giat berdoa. Doa adalah nafas, berarti bagi kita doa adalah kebutuhan dasar untuk membangun relasi intim dengan Tuhan yang menghidupkan kita. Doa bukan hanya berisi sederetan permintaan/ keinginan kita, namun doa seharusnya sarana untuk semakin mengenal/ memahami Tuhan kita.
Kita diajarkan Tuhan Yesus menyebut Allah sebagai Bapa, itu berarti sapaan yang hangat dan akrab, sehingga kita tidak perlu ragu-ragu untuk berseru memohon pertolongan-Nya. Seorang Bapa pasti mengerti apa yang dibutuhkan oleh anak-anak-Nya, sehingga Ia pasti akan memberi yang terbaik, bahkan melebihi dari yang diminta. Relasi yang dekat antara anak dan Bapa membuat kita menjadikan doa sebagai percakapan yang dalam dan terbuka, menghasilkan ketenangan jiwa, sebagaimana disaksikan oleh Pemazmur; “Hanya dekat Allah saja aku tenang.” (Mzm 62:2)
Doa yang sejati fokusnya justru bukan untuk kepentingan diri kita sendiri, namun untuk keselamatan orang lain. Seperti Abraham yang memohon kepada Allah agar Allah tidak melenyapkan orang benar bersama orang fasik yang ada di Sodom dan Gomora. Kedekatan Abraham dengan Allah membuat dia berani melakukan tawar menawar dengan Allah untuk keselamatan orang benar, mulai dari 50 orang benar, 45, 40, 30, 20, 10. Kepedulian Abraham terhadap orang benar membuat dia gigih dalam meminta kepada Allah, sampai ia disadarkan bahwa memang ternyata tidak ada sepuluh orang benar di Sodom dan Gomora. Doanya bukan tidak dijawab, namun keputusan Allah memang adil adanya.
Karena itu marilah kita makin bersungguh-sungguh membangun relasi yang intim dengan Tuhan dalam doa, sehingga kita tahu bagaimana harus meminta kepada Tuhan. Yakinlah bahwa sang Bapa mengerti persoalan kita anak-Nya, sebagaimana dalam Efesus 3:20 “Bagi Dia yang dapat melakukan jauh lebih banyak daripada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita.” Amin.