Warta Jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 3 November 2024
Bacaan Alkitab: Yesaya 6:1-8
Apa arti ibadah Minggu bagi kita? Apa sebagai suatu kebiasaaan sebagai orang Kristen harus ke gereja? Apa ibadah menurut Yesaya? Kita akan belajar dari perjumpaan Yesaya dengan Tuhan.
Menurut Yesaya 6:1-8 ibadah mengandung tiga unsur pokok yaitu :
1. Yesaya 6:1-3 terjadinya perjumpaan dengan Tuhan.
Perjumpaan dengan Allah dalam ibadah bukan formalitas tapi perjumpaan yang didasarkan karena kerinduan, kerendahan hati dan ingin berserah total kepada Allah. Mengapa?? Sebab Allah adalah Allah yang kudus dan besar. Karena kita beribadah ingin berjumpa dengan Allah yang besar dan kudus maka hati (pikiran, perasaan, kehendak, seluruh hidup) hanya tertuju kepada Allah, sehingga puji-pujian yang kita naikan adalah pujian yang didasarkan pada penyerahan diri.
2. Yesaya 6:3-7 adanya kesadaran akan diri sendiri dan kesediaan diperbaharui.
Pengenalan Yesaya akan siapa Tuhan melalui pengalaman dramatisnya melihat dan berhadapan langsung dengan keagungan dan kekudusan Tuhan, memberikan dampak yang besar bagi pengenalan akan siapa dirinya di hadapan Tuhan. Yesaya menyadari betapa hina dan hancurnya ia sebagai manusia berdosa ketika berhadapan dengan kekudusan Tuhan. Yesaya berkata: “Celakalah aku! Aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam.” Yesaya menyerukan kata ini, ia sedang menempatkan dirinya berada di bawah penghukuman Tuhan oleh karena keberdosaannya.
Dalam perjumpaan dengan Allah, Yesaya melihat bahwa dirinya tidak layak. Ia adalah umat yang berdosa. Itu sebabnya dengan kesungguhan Yesaya menyesal, dan merintih, serta memohon ampun atas dosa dan perbuatannya dan Yesaya bertekad hidup baru.
Bagaimana penyesalan dosa kita, saat doa pengakuan dosa dan nyanyian pengakuan dosa? Kesungguhan atau formalitas? Ibadah yang kita lakukan akan sia-sia belaka jika penyesalan hanya formalitas tidak disertai kesungguhan untuk diperbaharui dan menjadi baru.
3. Yesaya 6:7-8 memiliki kehidupan baru dan menjadi duta Allah.
Yesaya harus merasakan api kudus Tuhan membakar bibirnya. Dalam kesakitan itu, anugerah Tuhan justru dinyatakan. Tindakan Serafim ini merupakan sebuah anugerah pengampunan dosa yang Tuhan berikan. Yesaya harus mengalami tindakan pembersihan Ilahi yang menyakitkan Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: ”Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?” Maka sahutku: Ini aku, utuslah aku!” (Yesaya 6:8).
Pdt. Santoni