Warta Jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 23 Februari 2020

Matius 17:1-9 menyaksikan transfigurasi Tuhan Yesus di atas bukit. Peristiwa ini menyampaikan pesan serta peneguhan untuk menghayati hidup secara real melalui penderitaan Tuhan Yesus.

Latar belakang peristiwa ini adalah ketika para murid dalam kondisi kalut, sedih dan berduka karena tidak dapat menerima kenyataan bahwa Yesus, Guru dan Tuhan harus menderita dan mati melalui penderitaan salib. Dalam kondisi kalut, para murid menemani Yesus naik ke atas bukit. Untuk apa? untuk berdoa (lih. Lk 9:28).

Tetapi apa yang terjadi: di atas bukit para murid menikmati pemandangan yang menakjubkan ketika Yesus berubah rupa. Lalu tampillah Musa dan Elia sehingga terciptalah suasana Surga di dunia. Peristiwa transfigurasi Tuhan Yesus di atas gunung menunjukkan ke-Messias-an-Nya sebagai Anak Allah dan diteguhkan secara sah oleh kehadiran Musa dan Elia.

Apa yang terjadi pada Petrus? Dia merasa nyaman enak, aman, established. Segera Petrus mengusulkan mendirikan tiga kemah untuk Yesus, Musa dan Elia. Untuk apa? Petrus ingin kenyaman, rasa aman terus ada dan dirasakan, jangan hilang dan lenyap. Petrus ingin terus berada dalam kemuliaan yang luar biasa. Tetapi usul Petrus ditolak dan egoisme Petrus melenyapkan “surga” yang sudah sempat tercipta di atas gunung Tabor.

Bagi Yesus, para murid harus turun dari kemuliaan di gunung dan hidup di dunia real, berjuang dan bahkan menderita. Petrus tidak boleh “memenjarakan” Yesus di atas gunung Tabor dan menghalangi jalan-Nya menuju ke Yerusalem, dimana Ia akan hidup dalam perjuangan dan penderitaan di Salib.

SO