Warta Jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 9 September 2018
Suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) dapat menjadi tembok tinggi yang memisahkan manusia dengan manusia lainnya. Tidak sedikit orang yang mengartikan sesama manusia sebagai orang-orang yang memiliki suku, agama, ras dan antargolongan yang sama dengan dirinya (Yoh. 4:9).
Apakah sesama manusia itu hanya terbatas orang-orang yang sama suku, agama, ras dan antargolongannya saja? Ternyata tidak sesempit itu!
Menjawab pertanyaan si ahli Taurat, “Siapakah sesamaku manusia?” (Luk. 10:29), Tuhan Yesus menceritakan kisah seorang Samaria yang murah hati dan melayani melampaui sekat duniawi. Dia menceritakan bahwa ada seorang (Yahudi) yang turun dari Yerusalem ke Yerikho. Di tengah jalan ia dirampok habis-habisan dan dipukuli setengah mati. Orang yang menolongnya bukan imam Yahudi atau orang Lewi yang pada waktu itu melewati tempat tersebut. Orang yang menolongnya justru adalah seorang Samaria. Padahal orang Yahudi tidak bergaul dengan orang-orang Samaria karena berbeda SARA, bahkan senantiasa memandang rendah kepada mereka. Karena tergerak oleh belas kasihan orang Samaria itu mendekati orang yang terluka tersebut, kemudian mengobati dan membalut lukanya, kemudian membawanya ke penginapan, merawatnya dan membantunya hingga tuntas. Orang Samaria itu melayani melampaui sekat duniawi.
Kemudian Tuhan Yesus bertanya kepada ahli Taurat itu: “Siapakah dari ketiga orang ini (imam, orang Lewi, orang Samaria), menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?” (Luk. 10:36) Jawabnya: “Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya” (Luk. 10:37a). Kata Yesus kepadanya: “Pergilah, dan perbuatlah demikian!” (Luk. 10:37b). Tuhan Yesus tidak hanya mengajarkan bahwa sesama manusia itu melampaui SARA, tetapi juga mendorong agar ahli Taurat itu dapat mencontoh orang Samaria yang telah melayani melampaui sekat duniawi tersebut.
Apa yang Tuhan Yesus ajarkan itu berlaku juga bagi kita pada saat ini. Janganlah membangun tembok yang memisahkan kita dengan sesama, tapi bangunlan jembatan yang dapat menghubungkan. Layanilah sesama kita dengan kasih Tuhan, sehingga kita dimampukan untuk melayani melampaui sekat duniawi.
AL