Warta Jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 16 November 2025
Bacaan Alkitab: Maleakhi 4:1-2; Mazmur 98; 2 Tesalonika 3:6-13; Lukas 21:5-19
Tema ketekunan terasa cukup menonjol dalam bacaan-bacaan minggu ini. Di Maleakhi, kita melihat umat yang mulai lelah menghadapi realitas yang tidak sesuai dengan harapan mereka. Mereka mempertanyakan makna kesetiaan dalam situasi seperti itu. Kitab ini tidak mengabaikan pertanyaan itu; justru dari sana muncul pengingat bahwa Allah tetap bekerja, meski tidak selalu terlihat dalam waktu yang kita inginkan.
Mazmur 98 membantu kita melihat hidup dengan perspektif yang lebih luas. Pemazmur mengajak umat membaca perjalanan mereka bukan hanya dari apa yang sedang terjadi saat ini, tetapi dari karya Tuhan yang memimpin mereka sepanjang sejarah. Sikap seperti ini penting, karena kita pun sering menilai hidup berdasarkan apa yang tampak di depan mata, bukan dari proses panjang yang Tuhan kerjakan.
Dalam surat 2 Tesalonika, Paulus menunjukkan bentuk ketekunan yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Ia mendorong jemaat menjaga ritme yang baik: bekerja dengan sungguh-sungguh, berbuat baik, dan memelihara disiplin sederhana yang membuat komunitas tetap sehat. Ketekunan di sini bukan tentang semangat besar, tetapi kesetiaan yang dijalani secara konsisten.
Lukas 21 membawa kita pada percakapan Yesus tentang masa yang penuh pergolakan. Ia tidak memoles kenyataan itu. Tetapi Ia juga tidak meminta murid-murid hidup dalam ketakutan. Yesus justru mengarahkan mereka menjaga sikap dan tetap berpegang pada hal-hal yang benar. Ketika Ia mengatakan, “Dalam ketabahanmu, kamu akan memperoleh hidupmu,” (ay. 19), Yesus sedang menegaskan bahwa ketekunan adalah bagian dari proses bertumbuh, bahkan ketika keadaan tidak nyaman.
Dalam kehidupan kita sebagai jemaat, ketekunan sering tampil dalam bentuk yang sederhana: menyelesaikan tugas sehari-hari, merawat relasi, menata ulang prioritas, dan tetap terlibat dalam komunitas. Langkah-langkah kecil seperti ini sering terlupakan, tetapi justru di situlah spiritualitas kita dibentuk.
Kiranya bacaan minggu ini menolong kita melihat bahwa bertahan bukan sekadar menahan beban, tetapi menjaga arah. Dan selama arah itu terjaga, kita belajar menemukan kehadiran Allah di dalam proses yang kita jalani hari demi hari.
Amin.
Pdt. Devina E. Minerva