Warta Jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 28 Juni 2020
Matius 10 : 37 - 42 berbicara dua pesan penting bagi murid Yesus, yaitu harga mengikut Yesus dan apa upah mengikut Yesus. Minggu lalu sepintas kita telah membahas apa harga mengikut Yesus.
Harga mengikut Yesus adalah pertama memiliki kasih kepada Tuhan dengan kasih yang total. Sebuah refleksi mengatakan : Yang dikehendaki Yesus adalah :
- Bagi Yesus kesibukan utama orang Kristen adalah meluapkan kasih.
- Bagi Yesus komitmen terpenting adalah melakukan kasih.
- Bagi Yesus bisnis utamanya adalah mewujudkan kasih.
- Bagi Yesus resep utama kehidupan adalah dalam kasih.
- Bagi Yesus tanpa kasih maka hidup pengikut Yesus adalah neraka.
Kedua, menjadi murid Yesus memikul salib dan mengikut Aku: Yesus minta kepada murid-Nya untuk rela memikul salib, bukan hanya salib diri sendiri atau menjalani penderitaan sendiri tetapi juga menjalani penderitaan orang lain. Yesus sendiri menderita dan mati disalib bukan karena Ia menikmati penderitaan sendiri, tetapi demi umat berdosa.
Ketiga : Ada harga yang harus dibayar : pengorbanan yang paling berharga. Jadi Tuhan menuntut berkorban bahkan kehilangan yang berharga, mulia dan agung, walupun sampai kehilangan nyawa karena nyawa yang dimiliki bukan milik yang harus dipertahankan-Nya untuk selamanya.
Apa upah melakukan semuanya itu? Matius 10 : 40 - 42 Yesus menyapa dan memberi semangat, “Murid-muridKu, kamu adalah utusanKu, yang berarti juga utusan BapaKu.” Menjadi murid yang adalah utusan adalah tugas mulia, tugas dari Allah, itu sebabnya para murid jangan takut atau tidak perlu takut. Menyambut utusan dan menerima pesan utusan berarti menyambut orang yang mengirim utusan. Menyambut seorang murid berarti menyambut Yesus, dan menyambut Yesus berarti menyambut orang yang mengutus-Nya, yaitu Tuhan Allah. Bahkan janji penyertaan Tuhan bagi utusan bukan hanya rohani tetapi jasmani.
Lukas 10 : 16 Yesus berkata, “Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku.”
SO