Banyak hal yang terjadi menjelang peristiwa penyaliban Yesus. Kita baca dalam Yohanes 12:12, “Keesokan harinya ketika orang banyak yang datang merayakan pesta mendengar bahwa Yesus sedang dalam perjalanan menuju Yerusalem …” Yesus dan murid-murid-Nya sudah berada di Yerusalem pada saat Hari Raya Penahbisan Bait Allah (Yohanes 10:22-23). Dia bertanya-jawab dengan orang-orang Yahudi yang berada di Yerusalem. Orang-orang Yahudi tidak puas dengan jawaban Yesus, dan ingin melempari-Nya dengan batu serta menangkap-Nya, tetapi tidak berhasil (Yohanes 10:31, 39). Akhirnya Yesus meninggalkan Yerusalem dan bermalam di seberang sungai Yordan. Banyak orang di sana yang menjadi percaya kepada-Nya.
Ketika sedang bermalam di seberang sungai Yordan, tiba-tiba Marta dan Maria mengirimkan kabar, saudara mereka, Lazarus, sakit keras. Mereka mengharapkan Yesus datang dan menyembuhkannya. Namun, Yesus sengaja menunda keberangkatan ke Betania selama dua hari. Kepergian Yesus ke Betania sempat dipertanyakan oleh murid-murid-Nya, karena belum lama mereka hampir dilempari batu oleh orang-orang Yahudi (Betania hanya berjarak kira-kira tiga kilometer dari Yerusalem). Yesus mengatakan bahwa kepergian mereka itu ada hubungannya dengan Lazarus yang sudah meninggal (Yohanes 11:14-15).
Sesampainya di Betania, Yesus datang ke kubur Lazarus dan membangkitkannya. Marta, Maria, dan orang-orang Yahudi yang datang untuk menghibur kedua saudara Lazarus itu menyaksikan sendiri bagaimana Yesus membangkitkan Lazarus. Sebagian dari mereka menjadi percaya kepada Yesus, tetapi sebagian lagi masih membenci Dia dan pergi melaporkan perbuatan Yesus kepada orang-orang Farisi di Yerusalem (Yohanes 11:45-46).
Setelah kejadian itu, Yesus dan murid-murid-Nya pergi ke Efraim, dan baru kembali ke Yerusalem beberapa hari sebelum perayaan Paskah. Sebelum memasuki Yerusalem, Yesus singgah ke Betania untuk mengunjungi Lazarus, Marta, dan Maria, dan diadakan perjamuan makan bagi Yesus. Esok harinya, barulah Yesus dan murid-murid-Nya pergi menuju Yerusalem.
Kedatangan Yesus ke Yerusalem ternyata sudah dinantikan oleh orang banyak. Orang-orang Yahudi yang datang ke Yerusalem untuk mengikuti perayaan Paskah mendengar dari orang-orang, yang menyaksikan bagaimana Yesus membangkitkan Lazarus. Mereka ingin bertemu langsung dengan Yesus. Ketika orang banyak itu mendengar bahwa Yesus bergerak menuju Yerusalem, mereka bersiap-siap untuk menyambut Dia, “Mereka mengambil daun-daun palem, dan pergi menyongsong Dia …” (Yohanes 12:13a). Matthew Henry, dalam bukunya, Tafsiran Matthew Henry: Injil Yohanes (2010), menyatakan pohon palem pada saat itu melambangkan kemenangan dan kejayaan. Rakyat yang sudah melihat sendiri ataupun mendengar tentang mukjizat yang dilakukan Yesus yakin, Dia adalah Raja yang akan membawa mereka keluar dari penjajahan bangsa Romawi. Dengan antusias, mereka menyambut-Nya, melambaikan daun palem, tanda sukacita dan penghormatan kepada Raja.
Bahkan, mereka juga berseru-seru, “Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel!” (Yohanes 12:13b). “Hosana” yang berarti keselamatan, diserukan kepada Yesus. Ini dapat diartikan sebagai doa bagi keselamatan Yesus sebagai Raja atau Mesias. Rakyat mengakui keberadaan Yesus sebagai Raja, walaupun kenyataannya Yesus belum tampak sebagai Raja yang berdaulat atau berkuasa. “Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan” menunjukkan kepercayaan mereka, bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan. Mereka percaya setelah melihat atau mendengar Lazarus dibangkitkan, sehingga dengan yakin mengatakan Yesus adalah Raja mereka, “Raja Israel”.
Yesus merespons sambutan rakyat Yahudi dengan menaiki seekor keledai muda. Dalam ayat keempat belas, disebutkan bahwa Yesus menemukan seekor keledai muda. Pada Injil Sinoptik, peristiwa Yesus memasuki Yerusalem dengan menaiki keledai dituliskan lebih jelas. Bukan sekadar menemukan, tetapi Yesus mengutus dua orang murid-Nya untuk menjemput keledai muda di suatu kampung dekat Yerusalem (Matius 21:2-3, Markus 11:2-3, Lukas 19:30-31). Bagi Yohanes, proses menemukan keledai itu tidak bisa diabaikan, karena ia mau menyoroti sosok Yesus yang datang dengan menunggang keledai, menggenapi nubuat nabi Zakharia (Zakharia 9:9).
Herman N. Ridderbos, dalam bukunya, Injil Yohanes: Suatu Tafsiran Theologis (2012), menyatakan bahwa peristiwa Yesus menaiki keledai memiliki dua arti. Yang pertama untuk menegaskan, Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Raja, seperti yang diserukan oleh rakyat. Dia menerima jabatan raja dari Allah, dan akan ditinggikan di atas kayu salib. Yang kedua, ini menandakan Yesus hadir sebagai raja damai yang sederhana dan rendah hati, bukan sebagai raja duniawi pada umumnya. Dapat disimpulkan, Yesus adalah raja yang membawa perdamaian, bukan peperangan.
Dalam ayat kelima belas, Yohanes menulis, “Jangan takut, hai Putri Sion, lihatlah, Rajamu datang, duduk di atas seekor anak keledai.” Yohanes mengutip nubuat Nabi Zakharia, “Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai Putri Sion, bersorak-sorailah, hai Putri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan menunggang seekor keledai, seekor keledai beban yang muda” (Zakharia 9:9), untuk menunjukkan Yesus merupakan Mesias yang dinubuatkan para nabi.
Yerusalem, disebut juga Sion, merupakan kota yang sangat penting bagi orang Yahudi, karena kota ini merupakan ibu kota Kerajaan Israel (sebelum pecah menjadi Israel dan Yehuda) dan kemudian menjadi ibukota Kerajaan Yehuda. Di sana pula Bait Allah terletak. Yerusalem juga disebut sebagai kota Daud, karena pada masa pemerintahan raja Daud, kota itu direbut bangsa Israel, dan dijadikan ibu kota oleh Daud (2Samuel 5:7).
Nabi Yesaya pernah menubuatkan, dari keturunan Daud akan datang seorang Raja Damai, yang akan memerintah sampai selama-lamanya (Yesaya 9:6-7). Yesus adalah keturunan Raja Daud, dan Dia memasuki kota Daud, Sion, dengan menunggang keledai muda, dan disambut oleh rakyat dengan lambaian daun palem dan seruan Hosana. Yesus adalah penggenapan nubuat tentang Mesias yang dijanjikan Tuhan kepada bangsa Israel.
Di ayat keenam belas, dikatakan, “Mula-mula murid-murid Yesus tidak mengerti akan hal itu, tetapi sesudah Yesus dimuliakan, teringatlah mereka, bahwa hal itu ditulis mengenai Dia, dan telah dilakukan untuk Dia.” Konsep Mesias yang mula-mula dipahami murid-murid adalah raja duniawi, raja yang memimpin bangsanya mencapai kemakmuran dan kejayaan. Dalam konteks ini, mereka berharap, Yesus mau melawan penjajah Romawi, sehingga bangsa Yahudi dapat memperoleh kemerdekaannya kembali. Oleh sebab itu, mereka tidak menyadari bahwa Yesus sedang sedang menyembunyikan identitas-Nya sebagai raja, sehingga memilih naik keledai, bukan kuda, yang merupakan simbol raja yang perkasa.
Setelah Yesus bangkit dan naik ke Surga, barulah Roh Kudus membukakan hati dan pikiran mereka, sehingga mereka baru dapat memahami peristiwa-peristiwa yang mereka alami bersama Yesus, termasuk peristiwa ini. Akhirnya mereka dapat menghubungkan nubuat nabi Zakharia dengan alasan Yesus memilih keledai untuk memasuki Yerusalem.
Melihat peristiwa ini, “Lalu bersaksilah orang banyak yang bersama-sama dengan Dia ketika Ia memanggil Lazarus keluar dari kubur dan membangkitkannya dari antara orang mati. Sebab itu, orang banyak pergi menyongsong Dia, karena mereka mendengar bahwa Ia yang membuat tanda mukjizat itu” (Yohanes 12:17-18). Menjelang Paskah, banyak orang datang dari berbagai tempat ke Yerusalem untuk merayakan Paskah. Banyak di antara mereka yang sudah datang lebih dahulu, dan sempat menyaksikan sendiri bagaimana Yesus membangkitkan Lazarus yang sudah meninggal empat hari lamanya. Mereka yang melihat sendiri Lazarus berjalan keluar dari kuburnya, masih terbungkus sebagian dengan kain kafan, bersaksi kepada orang-orang di sekitarnya, memang benar Yesus melakukan mukjizat membangkitkan orang mati.
Mendengar kesaksian dari orang-oarang itu, semakin banyak orang yang percaya kepada Yesus sebagai Mesias. Mereka melupakan ketakutan mereka (menyebut Yesus sebagai raja mereka dapat dianggap sebagai pemberontakan oleh pemerintah Romawi) dan keluar dengan sukacita, menyongsong Yesus dengan melambaikan daun palem dan berseru-seru, “Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel!”
Melihat apa yang dilakukan orang banyak, “Lalu kata orang-orang Farisi seorang kepada yang lain, ‘Kamu lihat sendiri, bahwa kita sama sekali tidak berhasil, lihatlah, seluruh dunia datang mengikuti Dia.’”(Yohanes 12:19). Perseteruan antara Yesus dan orang-orang Yahudi (Farisi) beberapa kali dicatat oleh Yohanes. Orang-orang Yahudi yang merasa Yesus menghujat Allah melempari-Nya dengan batu (Yohanes 8:59, 10:31) dan berusaha menangkap-Nya (Yohanes 10:39). Tetapi, ada juga sebagian orang Yahudi yang mulai percaya ajaran Yesus, menjadi bimbang (Yohanes 10:19-21, 24), dan mulai percaya (Yohanes 10:41-42).
Ketika semakin banyak orang Yahudi yang percaya kepada Yesus setelah peristiwa Lazarus dibangkitkan (Yohanes 11:45), orang-orang Farisi dan imam-imam kepala sepakat untuk membunuh Yesus (Yohanes 11:53). Mereka agak lega karena Yesus pergi meninggalkan Yerusalem (Yohanes 11:54). Tetapi, menjelang Paskah Yesus datang kembali ke Yerusalem dan orang banyak turun ke jalan menyambut kedatangan Yesus. Hal ini menunjukkan semakin banyak orang Yahudi yang percaya, Yesus adalah Mesias yang dinubuatkan dan menaruh harapan besar kepada-Nya.
Orang-orang Farisi yang melihat itu merasa marah dan kesal, karena Yesus kembali lagi ke Yerusalem, dan didukung oleh orang-orang Yahudi yang datang juga untuk merayakan Paskah. Mereka tidak dapat berbuat apa-apa untuk mencegah kejadian itu, dan mereka juga tidak berani membubarkan orang banyak yang berseru-seru menyambut Yesus. Mereka hanya dapat saling “menyemangati”, dan mulai merencanakan untuk membunuh Dia.
Lalu, apa yang dapat kita refleksikan dari peristiwa ini? Yerusalem adalah titik awal dari Via Dolorosa, yang harus dijalani Yesus untuk menebus dosa manusia. Yesus mau melakukan itu semua karena Dia taat pada rencana Allah, dan karena kasih-Nya kepada kita, manusia yang berdosa.
Yesus memang sudah datang ke dunia sekitar dua ribu tahun yang lalu, lahir di Bethlehem, untuk menggenapi karya keselamatan Allah bagi manusia. Kita sekarang sudah tahu, Dialah Anak Allah, yang datang ke dunia untuk mati di bukit Golgota, menebus dosa kita, bangkit pada hari ketiga, dan menang atas maut. Sudahkah kita menyambut kedatangan-Nya dengan sukacita? Sudahkah kita sungguh-sungguh percaya bahwa Yesus adalah Tuhan, Juru Selamat kita?
*Penulis adalah guru Sekolah Minggu GKI Gading Serpong. Artikel Lepas 22 Januari