“Sebab sama seperti pada satu tubuh kita mempunyai banyak anggota, tetapi tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang sama, demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain.” (Roma 12:4-5)

Suatu ketika di grup WhatsApp teman-teman persekutuan semasa kuliah saya, ada perdebatan, karena ada yang berpendapat, bahwa sedikit sekali alumni yang dahulu semasa kuliah aktif melayani, setelah lulus masih aktif melayani di gereja. Teman yang lain lalu menimpali, mengapa harus membatasi pelayanan di gereja saja? Bukankah kita juga bisa melayani melalui lembaga pelayanan lain? Ya, tentu saja bisa! Bahkan bukan hanya melalui lembaga pelayanan lain, tapi juga bisa melalui pekerjaan kita masing-masing, pergaulan kita, dan bahkan melalui kegiatan kita di rumah masing-masing, bagaimana kita melayani pasangan, orang tua, dan anak-anak kita, serta memastikan anak-anak yang Tuhan anugerahkan kepada kita sudah mengenal Tuhan dan juruselamatnya!

Saya ingat, betapa saya terpesona ketika mendengarkan kuliah Biologi Sel dulu. Dosen saya menegaskan, tidak ada satu organel pun di dalam sel - yang begitu kecil - yang tidak memiliki fungsi. Demikian pula Tuhan telah menetapkan panggilan hidup yang berbeda bagi setiap anak-anak-Nya. Bagi setiap orang Ia telah memberikan pengalaman hidup, minat dan bakat, talenta serta karunia rohani yang berlain-lainan, yang telah dirancang-Nya secara khusus bagi tiap-tiap orang, sehingga masing-masing dapat berfungsi di tempat dan peran khusus yang telah Tuhan tetapkan baginya.

Di Roma 12:3 dikatakan, “Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing.” Jadi janganlah kita mengukur diri lebih tinggi ataupun lebih rendah daripada yang telah Tuhan tetapkan. Tidak ada satu bagian atau peranan pun yang boleh menganggap diri lebih penting daripada yang lain. Sebaliknya, tidak ada satu peranan - betapa pun tampaknya sepele - yang dapat diabaikan.

Karena tubuh juga tidak terdiri dari satu anggota, tetapi atas banyak anggota. Andaikata kaki berkata ”Karena aku bukan tangan, aku tidak termasuk tubuh”, jadi benarkah ia tidak termasuk tubuh? Dan andaikata telinga berkata: ”Karena aku bukan mata, aku tidak termasuk tubuh”, jadi benarkah ia tidak termasuk tubuh? Andaikata tubuh seluruhnya adalah mata, di manakah pendengaran? Andaikata seluruhnya adalah telinga, di manakah penciuman? Tetapi Allah telah memberikan kepada anggota, masing-masing secara khusus, suatu tempat pada tubuh, seperti yang dikehendaki-Nya. (1Kor. 12:14-18) Ayat-ayat ini berbicara tentang jemaat sebagai tubuh Kristus. Sebagaimana sebuah tubuh terdiri dari banyak anggota yang masing-masing memiliki tempat dan fungsi tersendiri, demikian pula tubuh Kristus.

Tidak hanya profesi sebagai hamba Tuhan yang diperlukan oleh dunia ini. Para hamba Tuhan tidak akan mampu mengerjakan semua hal yang diperlukan untuk menjaga kehidupan ini dapat berlangsung dengan baik dan tertib. Dunia juga memerlukan para guru yang mengajar dengan baik, para tenaga kesehatan, para ahli pertanian yang mengembangkan sistem pertanian yang baik, staf administrasi, penegak hukum, penjaga keamanan, staf pengembangan produk makanan yang menjamin produk yang dibuatnya hanya menggunakan bahan makanan yang aman dikonsumsi, ahli konstruksi yang memastikan keamanan gedung yang dibangun, bahkan petugas cleaning service, dan berbagai pekerjaan dan profesi lainnya. Di manakah Tuhan menempatkan kita? Di situlah bidang pelayanan kita! Terkadang kita silau dengan jabatan, seolah-olah mereka yang menjadi pengurus persekutuan, penatua, dsb. itu lebih suci, lebih mulia daripada pekerjaan dan pelayanan kita yang tampak remeh. Namun kita lupa, kita sama-sama manusia. Ada saja pemegang jabatan rohani yang sewaktu-waktu dapat jatuh dalam dosa, bahkan meninggalkan imannya. Sebaliknya ada pula orang-orang kecil yang tidak memegang jabatan kerohanian apapun, namun ternyata memiliki iman luar biasa, bahkan tanpa diketahui siapapun, ternyata mempunyai pelayanan yang sangat berarti bagi sesamanya. Biarlah Tuhan saja yang menilai, apakah kita sudah menjalankan tugas pelayanan kita dengan baik. Tidak perlu sombong atau sebaliknya, iri pada orang lain ataupun rendah diri, karena sesungguhnya pelayanan itu pun bukan sebuah pencapaian.

Kita melayani sebagai luapan rasa syukur atas kasih yang telah Allah nyatakan dalam hidup kita, sebagaimana yang langsung dilakukan oleh ibu mertua Petrus ketika Tuhan Yesus menyembuhkannya (Matius 8:15). “I will serve Thee, because I love Thee. You have given life to me. I was nothing until You found me, You have given life to me,” demikian lirik lagu yang diciptakan oleh William dan Gloria Gaither ini. Bahwa kita dapat melayani, itu pun adalah suatu anugerah kepercayaan dari Allah (1 Tim. 1:12). Biarlah masing-masing bertanggung jawab menggunakan setiap talenta dan karunia yang dipercayakan padanya, sehingga kelak Allah menilainya sebagai hamba yang layak dipercaya (1Kor. 4:2).

Saya menemukan kata-kata dari akun bernama Strengthinverses ini ketika sedang menelusuri Instagram, “I believe churches are meant for praising God. But so are 2 AM car rides, showers, coffee shops, the gym, conversations with friends, strangers, etc. Don’t let a building confine your faith because we will never change the world by just going to church, we need to be the church.” Ya, gereja memang dibangun sebagai sarana penyembahan kita kepada Allah. Tetapi kegiatan sehari-hari yang biasa dipandang remeh, seperti mengendarai mobil di tengah malam untuk mengantar keluarga terkasih, menjaga kebersihan tubuh, berolah raga, bercakap-cakap dengan teman atau seseorang yang tidak kita kenal pun bisa menjadi sarana kita menyembah Tuhan.

Biarlah iman kita tidak dibatasi oleh sebuah bangunan bernama gereja. Kitalah yang harus menjadi gereja, sebagaimana bunyi sebuah lagu sekolah Minggu, “Aku gereja, kau pun gereja. Kita sama-sama gereja. Dan pengikut Kristus di seluruh dunia, kita sama-sama gereja! Gereja bukanlah gedungnya, dan bukan pula menaranya. Bukalah pintunya, lihat di dalamnya, gereja adalah orangnya!” Terkungkung dalam gedung gereja saja, tidak banyak yang dapat kita lakukan untuk mewartakan Kristus kepada dunia. Bila masing-masing kita berfungsi menjalankan bagiannya, barulah keutuhan tubuh Kristus itu dapat dinyatakan kepada dunia, sehingga yang belum percaya dapat mengenal-Nya.

Sumber:

https://www.instagram.com/p/CrCMbiPLYuv/?igshid=MTc4MmM1YmI2Ng==