Warta Jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 6 Oktober 2024
Bacaan Alkitab: Kejadian 2:18-24; Mazmur 8; Ibrani 1:1-4, 2:5-12; Markus 10:2-16
Inilah rumah kami, rumah yang damai dan senang
Siapa yang menjamin? Tak lain, Tuhan sajalah
Reff: Alangkah baik dan indah, jikalau Tuhan beserta
Sejahtera semua, sekeluarga bahagia
Betapalah mesranya, ayah dan ibu contohnya
Semua anak-anak ikut teladan tindaknya
“Inilah Rumah Kami”, sebuah lagu dari PKJ 288 yang mengingatkan kepada kita bahwa sungguhlah indah jikalau Tuhan menjadi landasan dalam kehidupan rumah tangga, sungguhlah indah jikalau Tuhan beserta; sejahtera semua sekeluarga bahagia. Sungguh rumah yang damai dan senang jikalau ayah dan ibu dapat menjadi teladan, dan anak-anak meneruskan teladan tersebut dalam hidup sehari-hari. Rasanya inilah harapan setiap keluarga kita, menjadi rumah yang damai sejahtera, di mana setiap keluarga senantiasa berelasi intim dengan Tuhan dan memiliki kesatuan antara sesama anggota keluarga.
Kesatuan inilah yang turut diinginkan Tuhan Yesus dalam kehidupan kita, terkhusus dalam kehidupan berkeluarga. Ketika orang-orang Farisi datang menguji Yesus tentang hukum Yahudi mengenai perceraian, Yesus dengan tegas mengingatkan kembali esensi pernikahan dalam Kitab Kejadian 1:27 dan 2:22-24 bahwa relasi laki-laki dan perempuan yang dilembagakan dalam pernikahan merupakan iniastif Allah. Allah menciptakan laki-laki dan perempuan dan menjadikan mereka satu daging, karena itu apa yang sudah dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia.
Laki-laki dan perempuan diciptakan Allah setara dan sepadan, maka tidak boleh laki-laki ataupun perempuan memandang pasangannya sebagai objek dan melakukan hal yang sewenang-wenang terhadap pasangan maupun keluarga. Perikop Tuhan Yesus memberkati anak-anak, menegaskan bahwa Yesus pun melihat anak-anak sebagai subjek bukan objek. Yesus menerima, merangkul dan mengasihi anak-anak.
Tuhan Yesus mengajarkan dan mengajak kita untuk membangun relasi keluarga yang damai sejahtera dan berbahagia di mana ada ‘kesatuan, saling menghormati, saling menerima, dan saling mengasihi di dalamnya’. Selamat terus memperjuangkan relasi kesatuan di tengah-tengah kehidupan kita, terkhusus di tengah-tengah relasi berkeluarga.
Pdt. Erma Primastuti Kristiyono