Banyak orang menginginkan kesuksesan di dalam hidupnya. Namun celakanya banyak yang ingin sukses dengan jalan pintas atau instan. Mereka tidak mau bertekun dalam disiplin dan perjuangan, apalagi memperhatikan kehendak Tuhan. Proses tidak penting bagi mereka, yang penting adalah hasilnya. Kehendak Tuhan tidak diperhatikan, tapi yang diutamakan adalah kehendak ego mereka. Tentu saja mengambil jalan pintas ada resikonya, baik ditegur atasan, berurusan dengan yang berwajib, kehilangan karakter, kecelakaan, ataupun maut.
Dalam kehidupan, kita sering dihadapkan pada pilihan: mengambil jalan pintas yang terlihat mudah, atau menempuh jalan yang lebih panjang tetapi sesuai dengan kehendak Tuhan. Hari ini, kita akan belajar dari kehidupan Yesus dan tokoh-tokoh Alkitab lainnya tentang pentingnya menolak jalan pintas dan tetap setia pada rencana Tuhan.
Abram tidak mengambil jalan pintas, tetapi tetap percaya dan menantikan Tuhan (Kej. 15). Dalam Kejadian 15, kita melihat bagaimana Tuhan mengadakan perjanjian dengan Abram. Tuhan menjanjikan bahwa Abram akan memiliki keturunan yang banyaknya seperti bintang di langit, dan ia diperintahkan untuk mempersiapkan korban untuk perjanjian itu. Abram percaya Tuhan, mentaati perintah-Nya untuk mempersiapkan korban, dan setia menantikan-Nya. Tuhan sendiri yang melewati potongan-potongan hewan korban itu sebagai tanda kesetiaan-Nya. Abram tidak mengambil jalan pintas dengan mengandalkan kekuatannya sendiri, tetapi ia percaya dan menunggu penggenapan janji Tuhan, mekipun waktu penantian itu lama dan tidak mudah.
Tuhan punya waktu yang tepat untuk setiap rencana-Nya, maka hendaklah kita memiliki iman dan pengharapan untuk menantikan Tuhan. Pemazmur menulis, "Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN!" (Mazmur 27:14). Mazmur ini mengajarkan kita untuk tetap berharap dan bersabar, bahkan ketika situasi terasa sulit. Jalan pintas seringkali menggoda, tetapi menantikan Tuhan akan membawa kita pada kemenangan yang sejati.
Marilah kita mengikuti teladan Tuhan Yesus (Filipi 3:17 - 4:1). Rasul Paulus mengajak jemaat di Filipi untuk mengikuti teladan Kristus. Yesus tidak mencari kemuliaan duniawi atau jalan pintas untuk mencapai tujuan-Nya. Ia rela menderita dan taat sampai mati di kayu salib. Sebagai pengikut Kristus, kita dipanggil untuk hidup dengan integritas dan rela memikul salib kita (Mat. 16:24), bukan mencari kemudahan duniawi dan jalan pintas. Jalan salib mungkin berat, tetapi itulah jalan yang membawa kita kepada kemuliaan.
Hendaklah kita belajar dari Tuhan Yesus yang menolak jalan pintas (Luk. 13:31-35). Dalam Lukas 13, beberapa orang Farisi mencoba menakut-nakuti Yesus dengan mengatakan bahwa Herodes ingin membunuh-Nya. Namun, Yesus tidak takut atau mencari jalan pintas untuk menyelamatkan diri-Nya. Ia tetap melanjutkan pelayanan-Nya, bahkan menjawab ancaman Herodes tersebut dengan berkata: ”Pergilah dan katakanlah kepada si serigala itu: Aku mengusir setan dan menyembuhkan orang, pada hari ini dan besok, dan pada hari yang ketiga Aku akan selesai” (Luk. 13:32). Yesus tahu bahwa misi-Nya bukan untuk menghindari bahaya, tetapi untuk menyelesaikan pekerjaan yang diberikan Bapa kepada-Nya. Yesus menolak jalan pintas karena Ia tahu bahwa rencana Bapa-Nya harus digenapi. Kita pun harus belajar untuk menolak jalan pintas, dan tetap setia pada panggilan Tuhan.
Dalam kehidupan kita, godaan untuk mengambil jalan pintas selalu ada. Namun, sebagai pengikut Kristus, kita dipanggil untuk hidup dengan kesetiaan, kesabaran, dan ketekunan. Percayalah bahwa Tuhan punya rencana terbaik untuk hidup kita. Mari kita belajar dari Yesus, yang menolak jalan pintas dan tetap setia pada rencana Bapa sampai akhir.