Pada suatu waktu, ada seorang nenek yang rajin menyirami tanaman bunga-bunganya. Saat musim kemarau tiba, setiap hari nenek menyiram tanaman bunganya dengan air mengalir, sehingga tanamannya menjadi subur.
Nenek mengikuti perlombaan bunga tapi walaupun bunganya indah, nenek tidak memiliki pot yang bagus.
Ketika perlombaan dimulai, bunga sang nenek bersinar terang tapi tidak banyak orang yang memilihnya karena potnya kotor dan jelek.
Tahun demi tahun nenek setia merawat bunga-bunganya, dan ikut perlombaan, tapi tidak pernah menang.
Lalu nenek itu semakin tua dan jatuh sakit. Dan semua bunga di rumah nenek menjadi layu karena tidak ada yang merawat, semakin layu dan layu.
Ketika dokter yang memeriksa merasa bahwa ajal sang nenek akan segera tiba, dokter mendekatkan bunga yang ada di samping nenek itu. Nenek teringat akan usahanya untuk menang dan memikirkan bunga- bunga yang dia rawat sejak dulu.
Lalu dia pun perlahan menjadi semangat kembali dan memiliki keyakinan Tuhan pasti menyelamatkannya. Bunga saja dibuat-Nya tumbuh subur, dia juga harus berusaha semangat untuk hidup.
Dan akhirnya nenek itu pun sadarkan diri karena kasih Tuhan yang memberikan semangat.
Ketika perlombaan bunga diadakan kembali, akhirnya nenek mendapatkan juara satu dan berkata, “Jika bunga dibuat-Nya subur, kita juga pasti diberkati dan dikasihi oleh-Nya dan kita juga harus mengasihi orang lain dan mahluk hidup dengan sebaik-baiknya.”