Dalam perjalanan hidup, kita pasti pernah merasakan dan mengalami sakit hati. Kita kadang mendendam, karena diperlakukan secara buruk, kadang patah hati dan putus asa. Tanpa disadari, menyimpan dendam dan sakit hati dapat berakibat buruk bagi kesehatan mental maupun fisik tubuh kita. Jika kita membiarkan hati kita terus terluka, stress dan frustasi selama bertahun-tahun dapat mengakibatkan berbagai penyakit, seperti nyeri lambung, sakit kepala yang tak kunjung sembuh, bahkan kita bisa terkena serangan jantung.

Ketika disakiti oleh orang lain dan kita sangat sulit untuk memaafkan, artinya kita memelihara penyakit dalam tubuh kita sendiri. Mengampuni adalah perintah Tuhan yang harus ditaati. Suka atau tidak suka, mau tidak mau kita harus mengampuni 70 x 7 kali, bukan hanya satu kali, walaupun secara manusiawi kita tidak akan pernah mampu untuk memberi pengampunan, apalagi jika luka itu berulang-ulang dilakukan oleh orang yang kita kasihi, cintai, atau orang terdekat kita.

Hari kemarin adalah pelajaran, hari esok adalah pengharapan, hari ini adalah saat kita belajar, masalah boleh ada, pergumulan boleh datang silih berganti, tapi Tuhan kita lebih besar dari segala sesuatu. Seberat apapun masalah dan tekanan yang kita alami, kita harus tetap berdiri teguh dan bertahan. Kemenangan bukan karena kita tidak menghadapi masalah, tetapi karena kita mampu menghadapi masalah, tidak lari dari kenyataan. Masa lalu yang buruk tidak boleh merusak masa depan, hari ini adalah kehidupan, hari esok kemenangan.
Terkadang penghambat luka yang tak kunjung sembuh adalah pribadi kita sendiri, karena kesombongan, cepat tersinggung, iri hati, cepat putus asa, jiwa pemberontak dan tidak taat.

Penyebab seseorang terluka, antara lain:

  1. Kesalahan orang tua terhadap anaknya, misalnya karena adanya rencana aborsi selama dalam rahim, adanya kekerasan yang mengakibatkan luka hati, dilahirkan dengan kondisi di luar pernikahan.
  2. Sering diperbandingkan dengan saudara kandung atau yang lain oleh keluarga dan orang-orang di sekitarnya.
  3. Memiliki pengalaman-pengalaman yang memalukan, mungkin pernah melakukan hubungan sexual sebelum nikah, atau pernah tidak naik kelas, akhirnya setelah dewasa menjadi pemberontak.

Seseorang yang menyimpan luka sangat dalam dan tidak bersedia mengampuni, merusak jiwanya, dan akhirnya membuat dia melakukan hal-hal di luar kebiasaan untuk mencari perhatian atau memberontak, bisa pula menjadi tidak berpendirian.

Bagaimana menyembuhkan jiwa yang terluka?

  1. Dimulai dengan menyadari adanya luka dalam diri kita. Terkadang kita tidak akan datang ke dokter gigi kalau gigi kita tidak sakit. Jangan menunggu sampai sakit! Yefta sadar kalau dia diciptakan bukan untuk jadi seorang perampok.
  2. Kita harus bangkit dan keluar dari luka, mau belajar dan berjuang. Harus menerima dan memberi pengampunan. Manusia mereka-reka yang jahat tapi rencana Tuhan adalah kebaikan.
  3. Menyadari ada harga yang harus dibayar dalam hidup kita yang berharga, sehingga kita tidak memusingkan kondisi atau masalah apapun.
  4. Menyadari bahwa jiwa terluka yang tidak diatasi akan dipakai iblis untuk menghancurkan, namun jiwa terluka yang terobati akan menjadi berkat dan sukacita untuk kemulian nama-Nya.

Kita harus menyadari bahwa kita berharga di mata Tuhan, kita ada bukan secara kebetulan tapi Tuhan menciptakan kita untuk memuliakan nama-Nya. Biarlah setiap hati kita melekat pada Tuhan Yesus, sehingga ketika hati disakiti selalu ada pemulihan, supaya hidup kita dapat memuliakan nama-Nya.