Toni namanya, usianya menginjak 35 tahun, lulusan perguruan tinggi negeri terkenal. Hari itu dia berbicara pada seorang teman tentang pentingnya mempunyai saham. Namun pada kesempatan yang lain, teman ini mulai merasakan keanehannya ketika dia berdebat bahwa bumi itu kotak. Beragam teori diungkapkannya untuk menyatakan bahwa bumi ini tidak bulat, tapi kotak. Toni adalah penderita schizophrenia.
Sedangkan Rinto adalah seorang cerdas dengan IQ di atas rata-rata, mendapatkan pendidikan tinggi di luar negeri. Rinto yang sekarang memasuki usia 30 tahun, ternyata mendapat kepahitan dari seorang gurunya yang mengatakan dia tidak berbakat. Orangtuanya mengatakan bahwa Rinto adalah penderita sindrom asperger, berusaha mencari guru masa kecil anaknya yang sudah belasan tahun tidak berhubungan, untuk mendamaikan hati anaknya.
Berbeda dengan Andi, anak berusia 12 tahun. Sudah 4 sekolah dilaluinya selama 5 tahun di SD. “Pacarku hilang diambil orang….,” tiba-tiba dia menyanyikan lagu dangdut sambil menarikannya saat pelajaran musik klasik dimulai. Dengan pertanyaan dan pernyataan yang selalu diulang-ulang, dia tidak berhenti bergerak. Namun walaupun demikian, Andi dapat memainkan sebuah lagu dengan baik. Andi berpindah-pindah sekolah karena ditolak lingkungannya. “Mengganggu kelas,” kata seorang gurunya. Namun yang sering terjadi teman-teman sekelasnya pun menolak, dan mem-bully dirinya.
Mereka itu ternyata ada di sekitar kita, Toni, Rinto, Andi, dan entah siapa lagi. Namun yang sering terjadi, kita menutup mata terhadap mereka. Tentu saja kita lebih senang berhubungan dengan orang-orang yang se-ide dengan kita, se-normal kita. Betapa anehnya mendengar alasan Toni bahwa bumi ini kotak, melihat kelakuan Rinto yang tidak menyenangkan, atau begitu menjengkelkannya ketika Andi menanyakan hal yang sama berulang-ulang. Namun disadari atau tidak, mereka itu diciptakan Tuhan ada di tengah-tengah kita, dengan tujuanNya yang sempurna.
Forest Gump, film yang dibintangi Tom Hanks pada 1994, mengisahkan perjalanan hidup Forest Gump yang memiliki kecerdasan di bawah rata-rata dan keterbatasan fisik saat kecil. Teriakan sahabatnya untuk menghindari bullying teman-temannya, “Run…Forest…Run!” menjadikannya seorang yang memiliki keahlian lari sangat cepat. Apakah yang kita lakukan bila Forest Gump tiba-tiba hadir di tengah komunitas kita?
Ketika kita mengatakan KasihNya Nyata, Sang Juruselamat yang datang ke dunia di kandang domba itu hadir untuk semua orang, tentu Dia juga hadir untuk mereka yang kita anggap tidak senormal kita. Kasih Tuhan itu sama seperti matahari yang bersinar merata tanpa memandang derajat, status, dan kondisi.
Lalu ketika kita semua merasakan kasih Tuhan, memujikan kasih Tuhan, menyebarkan kasih Tuhan. Kasih Tuhan yang manakah yang kita respon? Kasih Tuhan seperti yang kita mau, atau kasih Tuhan yang tidak terbatas seperti sinar matahari. Selamat Hari Natal. Selamat berbagi kasihNya yang nyata!
Penulis: Tjhia Yen Nie. Editor: David Tobing