Hari Anak Nasional

Hari Anak Nasional pertama kali dicetuskan dalam Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) pada tahun 1951, tetapi baru mulai dirayakan pada tahun 1952, saat Presiden Soekarno menjabat. Hari Anak Nasional ditetapkan setiap tanggal 23 Juli melalui Keputusan Presiden (Keppres) No. 44/1984. Menurut https://tirto.id/sejarah-hari-anak-nasional-alasan-diperingati-setiap-23-juli-eeSs, peringatan Hari Anak Nasional dimaknai sebagai kepedulian seluruh bangsa terhadap perlindungan anak Indonesia, agar tumbuh dan berkembang secara optimal. Caranya adalah dengan mendorong keluarga menjadi lembaga pertama dan utama dalam memberikan perlindungan kepada anak, sehingga akan menghasilkan generasi penerus bangsa yang sehat, cerdas, ceria, berakhlak mulia, dan cinta tanah air.

Dari https://www.detik.com/jatim/budaya/d-7450928/sejarah-hari-anak-nasional-hingga-tujuan-diperingati-23-juli dan laman Direktorat Sekolah Dasar Kemendikbud RI, Hari Anak Nasional menjadi momentum penting dalam meningkatkan kepedulian dan partisipasi dalam menjamin hak anak. Yang dimaksudkan adalah hak hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar, sesuai harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (secara jasmani, psikis, dan rohani).

Sementara, di laman resmi Komnas HAM, anak menjadi perhatian serius bagi pemerintah dan orang tua. Bertepatan dengan momen ini, orang tua dapat membimbing dan mengarahkan anak tanpa mendikte atau menentukan jalan hidup mereka. Sebab, masih ditemukan anak-anak yang tertekan dan kehilangan mimpi-mimpinya, hanya untuk memenuhi keinginan orang tua. Sebagian dari mereka juga harus merasakan tekanan akibat tuntutan masyarakat.

Refleksi Penulis

Dalam konseling yang saya lakukan, beberapa klien telah menjadi korban akibat pengetahuan dan pola asuh orang tua yang terbatas, serta kurangnya sumber acuan untuk memperkaya wacana didik dan sudut pandang para orang tua dalam mengantisipasi kehidupan yang sehat, tanpa ketakutan yang berlebihan. Misalnya, ketika akan meniti karier di kantor atau di luar rumah, seorang ibu harus mempersiapkan orang lain yang dapat dipercaya, membuat banyak persiapan matang, secara sehat dan sportif mempersiapkan asisten rumah tangga yang bermutu dan berkualitas baik, untuk mendukung tumbuh kembang anak secara holistik. Mereka harus terdidik dengan baik; teruji oleh waktu, situasi dan kondisi; beradaptasi baik dengan lingkungan; berasal dari keluarga yang baik; terpantau CCTV; dan siap dengan nomor kontak satpam, dokter, atau orang kepercayaan lainnya.

Terkadang seorang ibu harus membuat pilihan, yaitu merelakan karier, bekerja dari rumah, lebih mengutamakan perhatian pada tumbuh kembang anak dan pekerjaan domestik. Orang tua dan asisten rumah tangga yang membantu tumbuh kembang anak harus dipersiapkan secara matang, dewasa, terbuka, dan jujur untuk menghindari pelecehan dan penyalahgunaan seksual pada anak-anak. Mereka harus tahu apa kewajibannya, melakukannya dengan baik, dan terpantau oleh alat rekam keamanan, sehingga meminimalkan, bahkan mencegah terjadinya kecelakaan kerja secara jasmani maupun emosi. Hal ini membutuhkan sinergi antara pemerhati lingkungan, yaitu kita semua, tokoh agama, instansi pendidikan, instansi konseling, dan yayasan yang bergerak pada tumbuh kembang anak, untuk menyuarakan hal-hal yang benar dan mengkaji permasalahan yang ada secara transparan, sehingga dapat mendidik semua kalangan.

Banyak orang tua mengeluh, penggunaan media sosial berlebihan pada anak telah menciptakan isu serius yang dapat mengganggu nilai akademik, perkembangan psikologis, emosi, sikap, perkataan, dan perbuatan mereka. Semakin mudah akses informasi, isu inses antar saudara, anggota keluarga yang dipercaya untuk mengasuh, anak dengan orang tua, menantu dan mertua semakin terkuak, menjadi kenyataan yang menyedihkan dan mengoyak hati korban maupun keluarganya. Oleh sebab itu, ajaran tentang kasih yang jelas dan layak dipilih, jati diri pribadi, dan pendidikan seks perlu ditanamkan sejak dini pada anak-anak, bahkan pada kita semua tanpa terkecuali, baik pendidik, pelaku dan penggiat kesehatan, tokoh agama, tokoh hukum, dan siapa pun juga. Diharapkan, dengan adanya keterbukaan yang dikomunikasikan secara sehat dan baik, dapat membuka mata para pemerhati anak di seluruh penjuru dunia, dan di tanah air Indonesia pada khususnya. Pemahaman ini dapat juga mencelikkan mata kita, yang terkadang terkesiap oleh peluang kejahatan yang mengintai, baik oleh orang terdidik maupun tidak.

Dalam pengertian kristiani, kasih terbagi menjadi kasih agape, phileô, storgê dan eros. Storgê adalah kasih mesra dari orang tua kepada anak dan sebaliknya. Eros adalah kasih asmara antara pria dan wanita yang mengandung nafsu birahi. Phileô adalah kasih sayang antar sahabat dekat. Agapaô atau agape adalah kasih tanpa memperhitungkan orang macam apa yang dikasihinya. Bila kita melihat pengertian empat macam kasih di atas, dapat disimpulkan, tidak ada urutan terbesar dan terkecil. Hanya saja, kasih itu diungkapkan seseorang pada waktu, kondisi, jenis kelamin, usia, dan pribadi yang berbeda. Keempat macam kasih tersebut saling berkaitan satu dengan yang lain, demikian yang dapat kita baca dari https://paulusutedjo.weebly.com/my-blog/rahasia-4-jenis-kasih-storge-eros-phileo-dan-agape.

Manusia pun dapat saling memberikan kasih agape. Contoh pertama, kasih agape dapat ditunjukkan orang tua terhadap anaknya. Banyak orang tua bersedia berkorban demi anaknya. Demikianlah seharusnya orang tua bersikap. Jadi, orang tua yang adalah manusia pun mampu memberikan kasih agape. Contoh kedua, kasih suami kepada istri, atau sebaliknya. Sepasang suami istri pun dapat memberikan kasih agape, seperti kisah mengharukan dalam novel When Spring Ends I’ll See You Again (Love Never Fails), karya Shu Ke (2019). Contoh ketiga, seorang sahabat juga dapat memberi kasih agape. Penulis sangat yakin ada orang di sekitar pembaca yang bersedia memberikan kasih agape, walaupun tidak mempunyai hubungan darah. Penulis pernah bertemu dengan seseorang yang tidak dikenal, tetapi memberikan kasih agape. Seorang pengendara motor datang menolong saat motor penulis mogok di tengah jalan, karena kehabisan bensin. Orang tersebut meniup lubang bensin, sehingga mesin motor dapat dinyalakan kembali. Akhirnya penulis dapat sampai di SPBU terdekat dengan selamat. Bahkan, orang tersebut tidak mau diberi imbalan.

Tuhan memberikan kasih agape dalam Yohanes 3:16 untuk menunjukkan kasih yang tanpa syarat (unconditional love). "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." Dalam terjemahan lain: "For God so loved the world, that he gave his only begotten Son, that whosoever believeth in him should not perish, but have everlasting life" (KJV). Kata "kasih” yang digunakan dalam ayat ini tidak boleh dipisahkan dari kata “Allah". “Kasih Allah”—yang tidak dimiliki oleh manusia—adalah jenis kasih yang diberikan oleh Allah. Karena telah diberikan oleh Allah, manusia pun mampu memberikan kasih agape tersebut kepada sesamanya.

Semahal-mahalnya sebuah gitar, ia hanya akan menjadi barang rongsokan, bila tidak ada yang memainkannya. Begitu juga pelajaran empat jenis kasih ini hanya akan menjadi teori, bila kita tidak pernah menerapkannya dalam kehidupan masing-masing secara sehat dan tepat sesuai dengan norma dan batasan yang ada. Selamat Hari Anak Nasional 2025. Kasih Tuhan beserta semua anak Indonesia, serta kiranya menginspirasi dunia dan kita, para penjaganya.

*Penulis adalah pemimpin redaksi Majalah Sepercik Anugerah GKI Gading Serpong.