“Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.”

Yesaya 41:10

Merantau untuk studi dan bekerja di negeri yang jauh dari negara asal kita bukanlah sebuah perkara yang mudah. Salah seorang Jemaat GKI Gading Serpong akan membagikan perjalanannya bersama dengan Tuhan di negeri orang.

Adi Suryanata Herwana, lahir sebagai anak kedua dari dua bersaudara. Saat ini, Adi – begitu sapaannya – berusia 25 tahun. Ia sedang mengenyam pendidikan magister di Singapura, di NUS (National University of Singapore). Sebelumnya ia mengenyam pendidikan strata satu di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat, tepatnya di University of Illinois jurusan computer science, di mana ia mempelajari semua hal tentang komputer dan data. Adi memilih jurusan ini, karena ia merasa saat ini komputer digunakan dalam banyak aspek, baik untuk hal fungsional hingga hiburan. Dunia telah memasuki era digital, di mana banyak hal tergantung pada komputer.

Ia memilih studi di USA, karena ia merasa bahwa adalah suatu keharusan seorang individu mencari ajang, di mana dirinya bisa mengembangkan diri sendiri tanpa pengaruh orang lain, baik secara profesional maupun secara personal. Menjadi pertimbangan juga, karena perusahaan teknologi besar seperti Tokopedia, Gojek, dan lainnya belum terlalu berkembang di Asia Tenggara, sehingga ia merasa bahwa banyak hal yang bisa dipelajari dari Atlanta, yang kelak bisa diterapkan. Setelah menyelesaikan kuliah tingkat sarjananya, Adi bekerja di perusahaan financial technology, atau yang sering disingkat sebagai fintech, mencakup beragam perusahaan (beberapa di antaranya memberikan layanan dukungan untuk perusahaan keuangan tradisional, atau menawarkan alternatif kepada perusahaan jasa perbankan) selama tiga tahun. Selama bekerja, Adi menemukan banyak sekali rekan kerja baru dari berbagai negara yang berbeda. Wawasan, pengetahuan, serta pengalaman kerja baru pun ia dapatkan. Karena perusahaan tempatnya bekerja memiliki banyak divisi, sering kali antar divisi tersebut harus bekerja sama. Tapi karena kita tidak seratus persen memahami cara kerja pihak yang lain (dan sebaliknya), maka setiap kali kita harus menjelaskan secara singkat dan menetapkan bentuk kerjasama yang diperlukan. Itulah kendala yang Adi rasakan ketika bekerja, yakni adanya kendala bahasa.

Tantangan terbesar selama merantau ialah merasa kangen rumah di waktu tertentu. Adi mengatasi tantangan itu dengan berdoa, supaya Tuhan selalu menjaga dan melindungi kedua orang tuanya di Indonesia. Terkadang ada kekhawatiran dan ketakutan akan hidupnya. Terlintas di benak Adi, jika ia sampai jatuh sakit di negara orang, maka tentu keluarganya tidak akan bisa menolongnya dalam waktu cepat. Begitu juga sebaliknya, kalau mereka sakit, Adi hanya bisa berdoa, tak bisa menjenguk secara fisik. Maka pada tahun 2022, Adi pun memutuskan melanjutkan studinya di Singapura, karena jaraknya yang lebih dekat dengan Indonesia. Adi juga mempunyai lebih banyak koneksi, yaitu teman maupun keluarga yang bekerja di sana. Sekarang bidang teknologi di Asia Tenggara pun sudah cukup maju. Gelar dari NUS – universitasnya, diharapkan bisa membangun kredensial untuk pasar Singapura.

Adi merasa sangat bersyukur, karena tidak semua orang memiliki kesempatan untuk merantau ke luar negeri, ditambah dengan orang tuanya yang mendukung keputusannya dari segi finansial maupun mental. Adi juga bersyukur kepada Tuhan, sudah memberi lingkungan yang cocok di masa kuliah maupun di tempat kerjanya, ada orang-orang yang baik selama ia merantau. Ia pun mensyukuri ketabahan yang diperolehnya ketika melewati semua tantangan yang dilaluinya selama hidup di luar negeri.

Layaknya orang yang telah tinggal di luar negeri dalam kurun waktu yang panjang, culture shock juga dialaminya. Berkuliah dan bekerja di dua negara yang berasal dari dua benua berbeda, Adi menemukan ada banyak perbedaan kecil, seperti gaya pengajaran, jadwal kelas, atau tugas serta ujian yang bertubi-tubi. Bak pisau bermata dua, tak hanya rintangan, Adi juga merasakan hikmah atau berkat yang selama merantau. Bagi pembaca yang sedang merantau, Adi berpesan supaya tetap di dalam Tuhan, meskipun berada di negara yang jauh. Adi ingin menjadi pribadi yang takut akan Tuhan. “Sukses adalah ketika hidup kita sesuai dengan rencana Tuhan dan bisa berkarya bagi kemuliaan Tuhan dan sesama,” tambahnya.

Ada suatu kenangan yang menurutnya paling berkesan selama merantau, yakni saat di Atlanta, ia harus menjalani operasi gigi bungsu. Karena dibius, perlu ada orang untuk mengantarkannya pulang. Untunglah ada teman kerja yang dengan sukarela bersedia mengantarkannya kembali ke apartemennya. Jadi, Adi pergi sendiri ke dokter dan pulangnya diantar oleh rekan kerjanya tersebut. Semua karena pertolongan Tuhan dalam menggerakkan hati rekan kerjanya.

Adi berpesan bagi siapa pun yang ingin merantau ke luar negeri, pasti ada banyak perubahan saat pindah dari Indonesia, serta tantangan untuk beradaptasi dengan budaya yang baru. Ini tidak perlu terlalu dipikirkan sampai kewalahan ataupun menyerah. Perlahan tapi pasti, kita pasti bisa melaluinya, dan terbiasa menjalani kehidupan di sana. Tinggallah setia bersama Tuhan, dan setia pada jati diri sendiri, maka semua ketakutan dan keraguan kita akan sirna. Tuhan membimbing Adi memperoleh komunitas gereja yang terdiri dari kumpulan orang Indonesia. Tinggal dalam komunitas seperti ini sangat penting, karena kemungkinan besar orang-orang ini sudah lebih dahulu mengalami kesulitan yang ia rasakan. Komunitas seperti ini tidak sulit ditemukan di universitas-universitas besar di Atlanta. Contohnya, seperti yang dulu dialaminya semasa kuliah, Adi mendapatkan komunitas seperti ini di PERMIAS UIUC.

Di kala mengalami keraguan akan dirinya, Adi mengingat akan segala pencapaian dalam hidupnya, baik dalam segi pertemanan, pengalaman hidup, maupun prestasinya. Jika menemukan sebuah tantangan besar, ia berusaha memecah hal itu menjadi bagian yang kecil-kecil, maka akan terasa lebih mudah untuk melewati setiap bagiannya, hari demi hari, dan pada akhirnya akan selesai juga. Kalau dipikirkan semuanya sekaligus, akan merasa semakin lelah dan ketakutan, atau yang lebih parah, menyerah.

Sebagai penutup, setelah melihat dan mengalami banyak hal di berbagai tempat, Adi merasa relasinya dengan Tuhan menjadi lebih dalam. Tiap orang pasti memiliki pengalaman yang berbeda. Tapi suatu hal yang pasti, jika kamu mau Tuhan hadir dalam hidupmu, maka usahakanlah hadir bagi-Nya. Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa (Roma 12:12)!