[Ditulis oleh: Tjhia Yen Nie. Editor: Carlo Santoso. Illustrasi: Dita]

Dalam sebuah sesi seminar tentang kepemimpinan, penulis pernah mendapatkan penjelasan tentang siapakah AKU? Saat itu peserta diberi kesempatan untuk menggambar orang dalam sebuah kertas kosong selama 10 menit, kemudian saling tukar dengan teman yang lain, dan melihat bahwa gambar yang digambar tiap orang berbeda. Itulah AKU.

AKU terdiri dari Ambisi, Kemampuan, dan Usaha; menyebabkan perbedaan dari setiap langkah atau goresan yang dibuat. Demikian juga dengan kehidupan ini. Seseorang yang memiliki ambisi besar untuk sukses, tanpa didukung dengan kemampuan dan usaha, adalah sia-sia, demikian juga sebaliknya. Asimilasi dari ketiga unsur tersebut; ambisi, kemampuan dan usaha itulah yang menjadikan hasil AKU yang didapat.

 

20160201Aku

 

Ambisi, Kemampuan, Usaha seperti apakah yang harus kita gali?

Ambisi untuk memuliakan Tuhan. Apabila hidup kita ditujukan untuk kemuliaan Tuhan, maka arah hidup kita akan berbeda dengan dunia ini. Mengosongkan diri dan mengisinya dengan hidup untuk Tuhan, berarti kita harus senantiasa berpaut dan berpadu, serta mengerti keinginan Tuhan. Dan itu diperoleh dari hubungan yang dekat dengan Tuhan.

Kemampuan adalah talenta yang Tuhan berikan bagi kita. Dalam perumpamaan tentang talenta….., kita melihat bahwa setiap kita diberikan talenta yang berbeda. Ada yang memiliki 2, 3 dan 5 talenta. Namun Tuhan menuntut pertanggungjawaban dari talenta yang telah Dia berikan. Siapa yang memiliki banyak, dituntut banyak, dan siapa yang memiliki sedikit, dia pun tetap dituntut menghasilkan buah dari talentanya.

Usaha merupakan tindakan nyata yang mewujudkan ambisi dan kemampuan kita. Ambisi yang besar, kemampuan yang banyak, tidak akan berarti tanpa usaha yang kita lakukan. Dalam ilmu fisika, usaha adalah perkalian gaya dengan jarak, W = F x S ( W adalah work (usaha), F adalah force (gaya), dan S adalah distance (jarak) ). Sebesar apapun gaya yang diberikan pada sebuah benda, namun benda tersebut tidak bergerak, menunjukkan usahanya adalah nol. Demikianlah penggambaran usaha manusia, sebesar apapun ambisi dan kemampuan yang kita lakukan, namun tanpa langkah nyata adalah nol.

 

Sebagai umat Tuhan, siapakah AKU dari diri kita masing-masing?

Ketiga unsur AKU dalam pribadi kita mencerminkan siapa yang ada di dalam diri kita, apa yang menjadi tujuan hidup kita. Pada kesempatan ini marilah kita merefleksikan diri kita, apakah ambisi, kemampuan dan usaha yang ada dalam diri kita diarahkan pada Sang Pemilik Hidup. Hidup sebagai anak-anak terang, sudah seyogyanya memiliki kasih dan cahaya Kristus yang memancar dalam diri kita. Bagaimanakah AKU yang kita miliki?