20160103Kepercayaan

 

Dalam 1 Samuel 20, kita menemukan kisah persahabatan antara Daud dan Yonatan.  Mereka  menyadari rencana Saul untuk membunuh Daud, dan saling mengikat janji. “Jika aku masih hidup, bukankah engkau akan menunjukkan kasih setia Tuhan? Tetapi jika aku sudah mati, janganlah engkau memutuskan kasih setiamu terhadap keturunanku sampai selamanya…” (1 Samuel 20:14-15a).  Yonatan pun merencanakan strategi pelarian diri Daud seperti tertera pada 1 Samuel 20:21-22, “Dan ketahuilah, aku akan menyuruh bujangku: Pergilah mencari anak-anak panah itu. Jika tegas kukatakan kepada bujang itu: Lihat anak-anak panah itu lebih ke mari, ambillah! – maka datanglah, sebab, demi Tuhan yang hidup, engkau selamat dan tidak ada bahaya apa-apa.  Tetapi jika begini kukatakan kepada orang muda itu: Lihat anak-anak panah itu lebih ke sana! – maka pergilah, sebab Tuhan menyuruh engkau pergi.”

Inti dari kisah tersebut adalah kepercayaan. Daud mempercayakan keselamatan nyawanya pada Yonatan, dan Yonatan mempercayakan keselamatan keluarganya pada Daud. Ikatan yang mempersatukan mereka adalah persahabatan yang melahirkan kepercayaan satu sama lain bahwa yang satu akan menolong yang lain.

Kepercayaan adalah suatu penghargaan yang tak ternilai. Saat kita menempuh bahtera rumah tangga, hal utama dalam mengikat janji pernikahan adalah kepercayaan bahwa kita dan pasangan kita akan saling topang tanpa batas waktu. Saat kita memperoleh anak, itu juga menunjukkan Sang Pencipta memberikan kepercayaan pada kita untuk mengasuh dan membesarkannya.

Demikian juga dalam pekerjaan, perusahaan menerima lamaran pencari kerja, karena setelah mereka membaca, menyeleksi dan mewawancarai, mereka percaya bahwa si pencari kerja sesuai dengan kriteria yang mereka cari.

Kita menyandang gelar atau suatu profesi, itu juga menunjukkan bahwa masyarakat mempercayai kita memiliki kredibilitas sesuai dengan gelar dan profesi kita.

Dan semua itu, waktulah yang akan mengujinya.  Huru-hara pencopotan anggota DPR, reshuffle kabinet, pemidanaan mantan para pejabat negara menunjukkan bahwa mereka yang sebelumnya mendapat kepercayaan dari masyarakat dan pemerintah, dalam perjalanan waktu menunjukkan sebaliknya.

Bagaimana kepercayaan dalam pelayanan?
Tentu ada perbedaan yang signifikan antara pelayanan dan pekerjaan, walaupun seharusnya pelayanan dan kehidupan adalah suatu kesatuan, termasuk pekerjaan di dalamnya. Seseorang yang mendapatkan kepercayaan terlibat dalam suatu pelayanan, sudah pasti sebelumnya diberi kesempatan untuk menyetujuinya dahulu. Dan tentu saja ini mengandung konsekuensi yang jauh lebih besar dari konsekuensi kepercayaan dalam pekerjaan atau profesi, karena walaupun tidak ada sanksi hukum atau sosial, sebenarnya kepercayaan itu dipertanggungjawabkan secara langsung kepada Sang Empunya Kehidupan.

2 Samuel 9:1, Berkatalah Daud: “Masih adakah orang yang tinggal dari keluarga Saul? Maka aku akan menunjukkan kasihku kepadanya oleh karena Yonatan.” Ayat ini menunjukkan setelah melewati berbagai kejadian dan waktu, kepercayaan yang Yonatan berikan pada Daud tidak lekang dari genggaman Daud. Mefiboset, anak Yonatan yang cacat kakinya, dipanggil Daud. 2 Samuel 9:7a, Kemudian berkatalah Daud kepadanya: ”Janganlah takut, sebab aku pasti akan menunjukkan kasihku kepadamu oleh karena Yonatan, ayahmu…”

Memasuki tahun 2016 ini, biarlah kita menghitung kepercayaan-kepercayaan yang telah diberikan kepada kita.  Kepercayaan atas nafas yang masih kita hembuskan, kaki yang masih bisa melangkah, mata yang masih bisa melihat, tangan yang masih bergerak, pasangan hidup yang mendampingi kita dengan setia, anak-anak yang Tuhan titipkan bagi kita, teman-teman dan sahabat di sekitar kita, pekerjaan, aktivitas sosial, pelayanan, dsb.

Apakah kita bisa mensyukurinya dan menggenggam semua kepercayaan tersebut? ataukah kita mengganggapnya sebagai angin lalu?

Waktulah yang akan mengujinya.

Selamat Tahun Baru. Selamat Dipercayai Sang Mahabesar!

 

 

Penulis: Tjhia Yen Nie. Editor: David Tobing