Pada hari Rabu, 5 Maret 2025, di tengah cuaca yang cerah, ada 132 orang jemaat Komisi Usia Indah (Usindah) GKI Gading Serpong yang dengan bersukacita dan bersemangat menghadiri Persekutuan Usindah. Persekutuan kali ini lain dari biasanya, karena diisi dengan ceramah dan talk show psikologi dengan tema yang menarik, yaitu “Kesepian (Loneliness).” Tema ini sangat terkait dengan realitas kehidupan para opa-oma, dan di dalamnya akan dibahas cara mengatasi kesepian dalam kehidupan ini.
Persekutuan diadakan di ruang Kana, Griya Kasih, Jl. Kelapa Gading Barat, Pakulonan Barat, Kecamatan Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang, Banten. Acara dimulai pada pukul 10.00 dengan menyanyikan lagu “Mars Usindah”, yang dinyanyikan dengan bersemangat. Sebagai pembawa firman Tuhan sekaligus penceramah adalah Krisna Dewi Mahati, seorang konselor keluarga dan penginjil dari Gereja Kristen Jawa Tangerang.
Pembicara membuka ceramah dengan menanyakan, “Siapakah di antara kita yang tidak pernah merasakan kesepian?” Setiap manusia pasti pernah merasa kesepian. Bahkan, Tuhan Yesus sebagai manusia sejati pun pernah merasa kesepian. Firman Tuhan diambil dari Matius 26:38, “Lalu kata-Nya kepada mereka, ‘Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku.’” Yesus merasa kesepian, sedih, takut, cemas, merasa tak berdaya, ingin mati, merasa ditinggalkan Allah, sewaktu mengetahui diri-Nya akan mati untuk menebus dosa manusia. Namun, Yesus tetap percaya kepada Allah, dan mengatakan, “Jadilah kehendak-Mu!” (Mat. 26:42).
Allah selalu hadir. Ada sebuah janji Tuhan yang indah, yang dapat kita jadikan sebagai pegangan dalam hidup kita, “Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan” (Yesaya 41:10).
Apakah Kesepian itu?
Kesepian adalah perasaan tersisih dari orang lain, merasa tidak ada yang memperhatikan, tidak ada yang mengajak bicara, tidak ada yang peduli, kemudian dapat timbul emosi-emosi yang negatif, seperti rasa tidak percaya diri, tidak berharga, tidak berdaya, hidup tidak berarti, minder, ingin mati, dan lain-lain.
Yang menyebabkan seseorang merasa kesepian sebenarnya bukan karena ketidakhadiran orang lain. Buktinya, ada orang yang hidup sendiri, tetapi tetap bersemangat dan bersukacita. Sebenarnya, penyebabnya adalah keegoisan diri sendiri, yang ingin lebih diperhatikan, tanpa memedulikan keadaan atau kesibukan orang lain. Itu karena kita tidak berfokus pada Tuhan, melainkan pada diri sendiri, pada keegoisan kita.
Kita perlu realistis, tidak egois atau minder, supaya terlihat seolah-olah memelas, ingin dikasihani, menyalahkan orang lain karena keadaan kita (misalnya menyalahkan anak kita yang jarang datang menjenguk, tanpa mengingat mereka sudah mempunyai keluarga dan kesibukan sendiri).
Mazmur 3:4 mengatakan, “Tetapi, Engkau, TUHAN, adalah perisai yang melindungi aku. Engkaulah kemuliaanku dan yang mengangkat kepalaku.” Mazmur ini dapat menguatkan, bila kita merasa kesepian dan tidak percaya diri.
Cara mengatasi kesepian adalah dengan dukungan keluarga, berbicara terbuka dengan keluarga tentang apa yang kita inginkan. Jangan menutup diri sehingga merasa kesepian seorang diri. Jalinlah relasi dengan tetangga; memiliki komunitas yang membangun; beraktivitas, seperti mengikuti paduan suara, bermain angklung, mengikuti persekutuan wilayah, mengisi hari-hari dengan hal-hal yang positif.
Cara lainnya adalah dengan berfokus pada Tuhan, bukan pada keadaan dan diri sendiri. Hubungan dengan Tuhan adalah yang utama, karena Tuhanlah yang Maha Tahu segalanya. Berdoa dan terbukalah kepada Tuhan. Katakanlah kepada-Nya, “Saya sedih, jangan tinggalkan saya.”
Ada beberapa ayat yang dapat menguatkan kita, seperti Mazmur 37:23, “TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya.” Amsal 4:23, “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari sanalah terpancar kehidupan.” Ada pula lirik lagu, “Tenanglah kini hatiku, Tuhan memimpin langkahku. Di tiap saat dan kerja, tetap kurasa tangan-Nya.”
Saat merasa kesepian, kita perlu menyelidiki hati. Mazmur 139:23 mengatakan, “Selidikilah aku, ya Allah, dan selamilah hatiku, ujilah aku dan ketahuilah pikiran-pikiranku.” Kita perlu berkomitmen, “Saya mau berfokus pada Tuhan, tetap beraktivitas, dan bersemangat. Saya tidak mau egois, merasa tidak berdaya, dan minta dikasihani.”
Acara ceramah ditutup dengan bersama-sama menyanyikan lagu “Sekarang Aku Sudah Tua”, dipimpin oleh pembicara. Acara kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab, dipimpin oleh Pdt. Erma Primastuti Kristiyono, yang melayani sebagai moderator. Ada beberapa kasus yang dibahas dalam tanya jawab tersebut.
Kasus pertama, ada seorang bapak yang berusia 75 tahun. Setelah pensiun, kondisi mentalnya semakin menurun. Dalam kondisi seperti ini, apakah ia perlu berkonsultasi dengan konselor, dan apa yang perlu dilakukan pihak keluarga? Jawaban dari pembicara adalah, konseling akan lebih efektif dan berhasil, bila orang itu sendirilah yang menyadari, bahwa dia memerlukan konseling. Hal itu tidak bisa dipaksakan oleh keluarga. Keluarganya sebaiknya lebih banyak mengajaknya berkomunikasi, ajak ia melakukan hal-hal yang disukainya. Jangan mengeluarkan kata-kata yang bersifat menghakimi, melainkan melakukan tindakan-tindakan yang dapat membuat pasien merasa senang, dan dengan santai mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat membantu pasien mengutarakan apa yang dirasakan, dipikirkan, dan apa yang ingin dilakukan.
Kasus kedua yang dibahas adalah seorang ibu yang telah menikah selama sebelas tahun, lalu suaminya meninggal saat pandemi. Tiga tahun setelah suaminya meninggal, setiap bulan ia masih ke makam suaminya. Pada tahun keempat, setiap tiga bulan. Pakaian suaminya masih tersusun dalam lemari, agar terasa seolah-olah ia masih ditemani suami, dan tidak boleh diberikan kepada orang lain. Apakah kondisi seperti ini masih wajar? Jawaban dari pembicara, dalam setiap perpisahan, pasutri perlu proses untuk dapat move-on. Ini memang suatu hal yang relatif sulit, dan masih wajar bila berlangsung hingga lima tahun. Lagi pula, ibu tersebut sudah menunjukkan kemajuan pada tahun keempat. Sebaiknya ia menerapkan cara mengatasi kesepian, terutama berfokus pada Tuhan.
Pesekutuan dan ceramah psikologi pun ditutup dengan doa syafaat dan doa berkat oleh pembicara.
*Penulis adalah jemaat Komisi Usia Indah GKI Gading Serpong.