Kami keluarga Allah, keluarga yang taat dan bahagia

Sebab memiliki Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat

Kami k’luarga Allah yang taat dan bahagia, sebab memiliki Yesus Kristus, Oh...

Kami k’luarga Allah, kami k’luarga Allah, k’luarga yang taat dan bahagia.

1 Oktober 2025

Persekutuan di hari tersebut mengawali bulan Oktober, yang merupakan bulan keluarga. Di Griya Kasih, Jl. Kelapa Gading Barat Blok AG15 No.16, sebelum persekutuan dimulai, VG Anugerah menyanyikan lagu “Kami Keluarga Allah”, yang merupakan lagu tema bulan keluarga. Jemaat ikut bernyanyi dengan sukacita.

Pdt. Erma Kristiyono menyampaikan firman Tuhan berdasarkan 1Tesalonika 5: 15–22, dengan tema “Keluargaku dalam Tuhan”. Keluarga adalah anugerah Tuhan yang tidak ternilai dalam kehidupan kita. Dalam kehidupan berkeluarga, kita harus saling mengasihi, saling memaafkan, saling menghargai, dan harus hidup sebagai keluarga dalam Tuhan, sesuai nasihat Rasul Paulus, yaitu dengan sukacita, berdoa, mengucap syukur, dan menjauhi ketidakbaikan.

Selesai persekutuan, ada permainan “Mencari Keluargaku”. Kepada setiap peserta dibagikan satu kartu bergambar, dan mereka harus mencari “keluarga”-nya, yaitu sesama peserta yang mempunyai kartu yang bergambar sama, dengan syarat tidak boleh mengeluarkan suara. Dengan bersemangat dan bersukacita, jemaat mencari keluarganya masing-masing tanpa suara, hanya berlalu lalang. Akhirnya, terkumpul dua keluarga yang beranggotakan sepuluh peserta. Mereka pun mendapatkan kenang-kenangan yang dibagikan oleh Pdt. Erma Kristiyono dan Pnt. Toba Sitorus. Persekutuan terasa penuh sukacita bagi peserta dan pengurus. Beberapa jemaat usindah bahkan berjoget bersama, menjadi kenangan yang mengesankan bagi semuanya.

8 Oktober 2025

Pukul 9.00 pagi, sudah terlihat kesibukan di Griya Kasih. Terlihat singer dan pianis mulai berlatih, mempersiapkan lagu pujian untuk persekutuan. Juga, kelompok 5 MMA (Membaca dan Memahami Alkitab) terlihat berlatih untuk menyiapkan lagu tema bulan keluarga, yang akan dinyanyikan sebelum persekutuan. Sebagian jemaat sudah datang berkerumun, melihat pameran lukisan hasil karya para oma, hasil bimbingan Hendro Kuncoro, yang dipajang sepanjang dinding Griya Kasih. Terdengar komentar-komentar kecil, seperti “Bagus amat ini bunganya! Doggy ini hidup amat matanya, mirip anjing saya!”, dan lain-lain. Ada juga oma-oma yang duduk-duduk di kursi depan, sambil berbincang dengan sesama jemaat. Terlihat suasana sukacita dan kekeluargaan di antara jemaat.

Pukul 10.00, persekutuan dimulai, dengan tema “Keluarga yang Bertumbuh dalam Tuhan”, didasari Mazmur 1, dengan pembawa firman Pdt. Addi S. Patriabara, dari GKI Kavling Polri. Menurut Pdt. Addi, kebahagiaan semua orang, termasuk lansia akan tercapai, bila kesukaannya adalah membaca Taurat Tuhan, merenungkannya siang dan malam, dan menjalankan firman Tuhan tersebut dalam hidupnya, bagaikan tumbuhan yang bertumbuh ke atas dan ke bawah, serta berakar kuat. Akar yang bertumbuh kuat ke bawah bagaikan pertumbuhan iman kita, yang meskipun tidak terlihat dari luar, tetapi terus bertumbuh semakin kuat dan semakin beriman kepada Yesus Kristus. Sedangkan pertumbuhan ke atas adalah pertumbuhan yang dapat dilihat oleh semua orang, yaitu semakin mencintai Yesus, dan hidup seperti yang dikehendaki-Nya, yaitu mencerminkan kasih, menjadi pembawa damai dan sukacita, penuh rasa syukur, dan setia melayani Tuhan. Dan, semua ini dapat kita mulai dari keluarga kita.

Pembacaan puisi “Masa Tua” oleh Jenny Shintawaty H. mengisi ruang kesaksian kali ini, dan dibacakan dengan penuh perasaan. Inilah penggalan dari puisi tersebut, yang melekat di hati saya.

Tua bukanlah usang, tapi matang

Dan, yang matang tidak mudah goyah oleh gaduh

Terangi usia tua dengan memberi, tanpa perlu dikenal

Jangan risau jika kebaikanmu tidak disebut Jangan kecil hati bila kau dilupakan

Sebab, tangan yang memberi di usia senja adalah cahaya yang disimpan Tuhan diam-diam

Usia tua adalah surat cinta dari langit

Isinya adalah kesempatan untuk kembali kepada diri, kepada Tuhan, dan kepada hidup yang sebenar-benarnya.

Maka, ketika fajar datang dan engkau masih terbangun, katakan dalam hatimu,

“Terima kasih, ya Allah. Hari ini aku tidak harus hebat, aku hanya ingin CUKUP.

Cukup sehat, cukup damai, cukup tahu arah pulang.”

Dan, itulah tanda engkau sudah menua dengan anggun.

(versi lengkapnya dapat dilihat di https://www.youtube.com/watch?v=beP5730qF78).

15 Oktober 2025

Matahari bersinar cerah. Terlihat jemaat berdatangan dengan wajah gembira dan sukacita. Apalagi, minggu sebelumnya diumumkan agar jemaat membawa alat tulis. Mereka bertanya-tanya, ada acara apa lagi minggu ini? Lagu “Kami Keluarga Allah” dialunkan Kelompok MMA 9, untuk memulai persekutuan, dilanjutkan dengan lagu “Mars Usindah”.

Persekutuan berjalan dengan baik. Firman Tuhan disampaikan oleh Reni Yuliastuti, dengan tema “Berkat atas Keluarga”, yang diambil dari Mazmur 128. Orang yang berbahagia adalah mereka yang hidupnya takut dan taat akan Tuhan, yang dinyatakan dalam kehidupan sehari-hari. Kebahagiaan sejati berarti berbahagia secara jasmani maupun rohani. Jadi, kebahagiaan itu berasal dari dalam diri kita maupun dari hubungan kita dengan Tuhan. Bila taat dan takut akan Tuhan, kita akan memperoleh kebahagiaan serta berkat dari Tuhan, di antaranya berkat atas keluarga dan pekerjaan, berkat atas komunitas yang dapat dinikmati, serta bisa menjadi berkat bagi orang lain.

Yulia Dharma membawakan kesaksian betapa Tuhan mencintai dan menguatkan dirinya menghadapi pencobaan hidup. Flashback ke tahun 2009, pukul 14.00 supirnya menelepon, mengabarkan bahwa suaminya jatuh dan pingsan di Atrium Senen. Buru-buru, ia dan anaknya ke sana, dan menemukan suaminya dengan kondisi berlumuran darah di sekitar mata, terbaring di lantai parkiran mobil.

Sang supir bercerita, suaminya jatuh sewaktu turun dari mobil, dengan kepala menghantam lantai, sehingga kacamatanya pecah, melukai wajahnya, dengan kaki masih berada di dalam mobil. Dibawanya sang suami ke Rumah Sakit Husada, dan dinyatakan harus dirawat di ICU. Ternyata, ia mengalami strok di bagian memori dan saraf mata. Akibatnya, semua memorinya hilang. Bahkan, nama anaknya pun ia tidak tahu. Akhirnya, ia bisa pulang ke rumah. Namun, tiga bulan kemudian, suaminya mengalami kejang-kejang. Semua kaki dan tangannya bergerak-gerak tanpa henti. Yulia terus memohon kepada Tuhan supaya menolongnya. Hal ini terus terjadi setiap tiga bulan, dan memerlukan perawatan di rumah sakit untuk menghentikan kejangnya.

Saat ini, suaminya menderita demensia. Menurut dokter, itu karena terlalu lama meminum obat. Suaminya menjadi sering marah, serta mau memukul orang di sekitarnya. Tak henti-hentinya Yulia mendoakan supaya Tuhan menolong suaminya. Hanya, sebagai manusia biasa yang lemah, timbul kekesalan dan kekecewaan di hatinya. Mengapa ini terjadi? Dalam kekesalan hatinya, ia selalu menyanyikan lagu KJ 408, “Di Jalanku 'Ku Diiring” dan NKB 48, “Hanya Dialah yang Tahu”. Dengan menyanyikan kedua lagu ini secara terus-menerus, Tuhan memulihkan kekuatan dan meredakan kekecewaannya. Ia percaya, Tuhanlah penolong yang memberi kekuatan kepadanya. Yulia berpesan kepada jemaat, supaya bila ada yang mengalami hal seperti itu, hendaknya jangan menyerah dan tetap yakin, hanya Tuhanlah satu-satunya penolong dan penghibur kita.

Setelah persekutuan berakhir, Janne Idris mengumumkan pengurus akan membagikan kertas bertuliskan “Keluarga Allah”, dan meminta jemaat menuliskan nama teman-teman yang dikenalnya di jemaat usindah dalam waktu lima menit. Yang dapat menuliskan nama lengkap dengan benar akan mendapatkan nilai dua poin, sedangkan yang hanya dapat menuliskan nama panggilan satu poin. Sepuluh orang yang mendapatkan poin terbanyak akan mendapatkan hadiah. Sukacita dan semangat terlihat di wajah jemaat usindah. Mereka pun menuliskan nama-nama tersebut, sambil bertanya ke teman-teman di sebelah, depan, dan belakang mereka masing-masing. Tujuan permainan ini adalah agar jemaat bisa lebih saling mengenal satu dengan yang lain. Pemenang dan hadiahnya akan diumumkan serta dibagikan di persekutuan Rabu berikutnya.

22 Oktober 2025

Ruang Kana, Griya Kasih terlihat cantik dengan dekor yang dibuat Nuryani Yusup, dengan bantuan beberapa orang pengurus. Terlihat guci yang mengalirkan air, yang melambangkan berkat Tuhan yang tiada hentinya mengalir dalam hidup kita, yang wajib kita syukuri.

Pukul 10.00, persekutuan dimulai dengan dihadiri 149 orang. Ruang Kana terlihat penuh sesak dengan tambahan deretan kursi, dan terasa agak panas, walaupun AC sudah dinyalakan dengan kekuatan maksimal. Namun, itu tidak mengurangi sukacita dan semangat jemaat usindah untuk mengikuti persekutuan.

Tema persekutuan hari ini adalah “Keluarga yang Saling Menopang”, dari Galatia 6: 1–10, dengan Pdt. Danny Purnama sebagai pembawa firman. Dijelaskan, keluarga yang saling menopang terpancar dalam tiga hal. Bila ada anggota keluarga yang terpeleset, berbuat sesuatu yang tidak baik dengan tidak sengaja, hendaknya kita tidak menggunjingkannya, melainkan mengingatkan dan membimbing keluarga kita tersebut untuk kembali ke jalan yang benar. Kita harus bertolong-tolongan dalam menanggung beban keluarga, dengan mengingat pepatah lama, ringan sama dijinjing, berat sama dipikul. Kiranya kita selalu berusaha berbuat baik, dimulai dari dalam keluarga, sehingga keluarga hidup dalam ikatan kasih dan saling menopang. Perbuatan baik itu seharusnya tidak hanya dilakukan di dalam lingkup keluarga saja, tetapi juga terhadap saudara seiman, bahkan kepada semua orang.

Tiba saatnya memberikan persembahan, yang dilakukan dua kali, yaitu persembahan umum berupa kantong yang diedarkan, disusul persembahan yang diberikan dalam amplop. Sudah tiga minggu berturut-turut diumumkan, jemaat usindah akan diberi kesempatan untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan gedung gereja yang baru, sebagai ungkapan syukur atas kasih Tuhan yang tiada hentinya kepada kita semua. Dua minggu sebelumnya telah dibagikan amplop yang bertuliskan “Aku ikut membangun rumah Tuhan”. Hari ini, tiba saatnya mereka mengumpulkan amplop tersebut. Jemaat maju ke depan secara bergantian sambil membawa amplop yang sudah dipersiapkan, dan dimasukkan ke dalam guci yang ada di kanan dan kiri panggung.

Persekutuan ditutup dengan doa berkat dari Pdt. Danny. Sesudah warta jemaat, Janne Idris mengumumkan nama-nama pemenang lomba menulis nama-nama teman sepersekutuan, seperti yang sudah dijanjikan pada minggu sebelumnya. Pdt. Danny kemudian membagikan kenang-kenangan kecil untuk para pemenang, membawa suasana sukacita bagi jemaat usindah.

29 Oktober 2025

Hari ini adalah Rabu terakhir di bulan Oktober, dan merupakan puncak acara Bulan Keluarga Persekutuan Usindah GKI Gading Serpong. Persekutuan hari ini bertema “Harmoni Keluarga”, diambil dari 1Korintus12: 12–27. Ratna Kartika menjelaskan, tidak ada keluarga yang sempurna, karena dalam satu keluarga banyak anggota keluarga yang berbeda-beda. Seperti yang dinyatakan dalam ayat pengantar, dalam satu tubuh banyak anggota yang tidak bisa berdiri sendiri, melainkan harus saling melengkapi, sehingga terjadi keharmonisan. Pasangan, anak, cucu, dan cicit kita adalah anugerah Tuhan. Meskipun anggotanya berbeda-beda, keluarga harus saling melengkapi dan mengasihi, sehingga tercipta keharmonisan.

Setelah persekutuan, acara dilanjutkan dengan ceramah psikologi bertema “Sudahkah Aku Mengampuni?”, yang dibawakan oleh Dr. Stefanus Soejanto, S.Pd., M.Si. (K) dari UKRIDA. Ceramah psikologi ini dapat diikuti secara lengkap di link https://youtu.be/sjxTQ2S20Zc?si=Tp8xNWwCya9ls9Wc.

Mengampuni sangat diperlukan, terutama bagi lansia yang hidupnya tinggal singkat ini, supaya kita juga mendapatkan pengampunan dari Allah dan dapat memasuki kerajaan surgawi. Pengampunan juga membuat hidup kita lebih berbahagia, lebih sehat, dan dapat berbuat baik.

Ada beberapa jenis pengampunan. Yang pertama adalah no forgiveness. Artinya, tidak bisa dan tidak mau mengampuni si peluka batin sama sekali. Kedua, hollow forgiveness. Sudah mengampuni, tetapi di dalam hati masih ada kemarahan dan sakit hati. Orang tersebut akan menjauhi atau menghindari orang yang telah melukainya. Ketiga, silent forgiveness. Pengampunan sudah diberikan, tidak ada sakit hati dan kemarahan di hatinya, tetapi masih tidak bisa bergaul akrab dengan si peluka batin seperti sedia kala. Keempat, total forgiveness. Inilah jenis pengampunan yang terbaik. Sudah tidak ada kemarahan dan dendam sama sekali kepada si peluka batin, bahkan dapat berbuat baik kepada orang tersebut.

Mengampuni bisa dilakukan kepada diri sendiri maupun orang lain (Matius 6:14–15), dan merupakan syarat kita memperoleh pengampunan Ilahi (divine forgiveness). Tidak ada batas dalam memberikan pengampunan. Dikatakan, kita harus mengampuni tujuh puluh kali tujuh kali (Matius 18:21–30). Hidup manusia itu singkat (Mazmur 90), jadi jangan sampai kita terlambat mengampuni orang lain ataupun diri sendiri, supaya kita dapat memperoleh pengampuni Ilahi, yang merupakan syarat supaya dapat masuk ke Rumah Bapa di Surga, bila kehidupan duniawi kita berakhir.

Demikianlah rangkaian acara bulan keluarga di Persekutuan Usindah GKI Gading Serpong. Sukacita dalam membangun iman, untuk mencapai keluarga yang harmonis dan bahagia, yang telah dibekalkan kepada jemaat usindah, dan untuk dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

*Penulis adalah ketua Komisi Usia Indah GKI Gading Serpong untuk masa pelayanan 2022-2026.