Seorang petani di Afrika Selatan bertahun-tahun mengolah tanah kering dan berbatu-batu untuk dapat bertahan hidup. Kerja keras yang tidak memberikan hasil itu membuatnya hidup miskin dan frustrasi. Akhirnya ia menjual tanah ladangnya. 

Suatu hari, orang yang membeli ladangnya itu melihat ada batu karang yang aneh di sudut ladang itu. Dengan rasa ingin tahu, petani kedua itu membersihkannya. Setelah dicuci dan digosok, batu itu menjadi begitu indah. Ternyata itu adalah batu berlian. Petani itu menjadi kaya raya. Ladang itulah yang menjadi cikal bakal tambang berlian Kimberley.  

Perbedaan antara petani pertama dan kedua adalah masalah tahu dengan tidak tahu, dan hal itu membuat perbedaan yang besar di antara mereka. Perbedaan antara petani pertama dan kedua adalah masalah tahu dengan tidak tahu, dan hal itu membuat perbedaan yang besar di antara mereka. Petani pertama tidak tahu akan potensi kekayaan yang dimiliki sehingga tidak memanfaatkannya, petani kedua tahu dan memanfaatkannya.

Injil Kristus jauh lebih berharga dari banyak berlian. Berlian hanya dapat memberikan kekayaan dan kenikmatan yang sementara, tetapi Injil memberikan kekayaan dan kenikmatan yang kekal.

Banyak orang yang memiliki harta yang begitu berharga, tetapi tidak menyadarinya. Mereka memiliki kekayaan yang berlimpah di dalam Injil Kristus, tetapi ia tidak tahu. Mereka hidup dalam kemiskinan dan kekeringan rohani.

Syukurlah bahwa tidak sedikit orang yang menyadari betapa berharganya Injil itu. Mereka dapat menggali kekayaan yang berlimpah dari Injil itu, sehingga mereka memiliki hidup yang berlimpah di dalam-Nya. Banyak juga yang tidak hanya menikmatinya sendiri, tetapi mau membagikannya kepada orangorang lain. Contohnya adalah Rasul Paulus.

Rasul Paulus telah menerima dan percaya kepada Injil dengan cara yang sangat ajaib di kota Damsyik. Ia tahu betapa berharganya Injil itu. Injil itu tidak hanya berhenti pada dirinya, tapi ia mau dengan setia memberitakannya. Melalui Injil, ia telah mendapatkan anugerah dan kasih Allah yang berlimpah, dan ia hendak membagikannya kepada orang-orang lain.

"Banyak orang memiliki harta yang begitu berharga, tetapi tidak menyadarinya."

Dari Injil ia telah menerima kekayaan Kristus yang sedemikian berharga. Itu sebabnya ia mau terus memberitakan kepada orangorang lain, terutama orang-orang bukan Yahudi. Ia menuliskan: ”Dari Injil itu aku telah menjadi pelayannya menurut pemberian kasih karunia Allah, ... untuk memberitakan kepada orangorang bukan Yahudi kekayaan Kristus, yang tidak terduga itu” (Ef. 3:7-8).

Paulus mengatakan “Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil.”(1 Kor. 9:16b) Perkataan itu dituliskannya bukan karena ia takut pada hukuman Allah, melainkan karena ia ingin hidup berkenan kepada Allah. Paulus menyadari bahwa memberitakan Injil adalah tugas penyelenggaraan yang diberikan Tuhan kepadanya (1 Kor. 9:17). Tugas yang Tuhan percayakan kepadanya itu harus ia kerjakan dengan baik. Ia memberitakan Injil bukan karena sikap sombong dan merasa diri paling benar, melainkan karena ia tahu bahwa itulah tugas panggilannya. Ia memberitakan Injil bukan didorong oleh motivasi permusuhan dan kebencian, tetapi karena kasih. Kasih Kristus yang menguasainya dan menggerakkannya untuk menjadi utusan Injil (2 Kor. 5:14, 20).

Kasih membuatnya dapat memberitakan Injil dengan penuh gairah dan sukacita di tengah-tengah segala tantangan, tentangan dan kesulitan. Apa upahnya? Ia mengatakan bahwa upahnya adalah ini: bahwa ia boleh memberitakan Injil tanpa upah (1 Kor. 9:18). Boleh memberitakan Injil tanpa upah merupakan suatu sukacita baginya karena ada kasih Kristus di hati sanubarinya.

Dalam memberitakan Injil, Paulus sangat memperhatikan konteks budaya setempat serta keberadaan individu yang dilayani (1 Kor. 9:19-22). Bagi orang Yahudi, yang hidup di bawah hukum Taurat, ia menjadi seperti orang Yahudi. Bagi orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat ia menjadi seperti orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun ia tidak hidup di luar hukum Allah. Bagi orang-orang yang lemah ia menjadi seperti orang yang lemah. Ia mengatakan, “Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka” (1Kor. 9:22b).

Ia mengumpamakan dirinya sebagai seorang olahragawan (1 Kor. 9:23-27). Ia tidak berlari tanpa tujuan, dan ia bukan petinju yang sembarangan saja memukul. Dalam memberitakan Injil ia punya tujuan yang jelas, yaitu memenangkan banyak orang untuk mendapat keselamatan di dalam Kristus (1Kor. 9:19). Dalam hidupnya ia juga punya tujuan yang jelas, yaitu mendapat bagian dalam Injil dan memuliakan Tuhan (1 Kor. 9:23,27; 10:31).

Injil adalah kekayaan dari Allah yang sangat berharga. Injil membawa manusia kepada Allah yang Mahakasih dan menikmati kelimpahan hidup di dalam Dia. Injil adalah kabar baik yang menuntun seseorang kepada anugerah keselamatan di dalam Tuhan Yesus. Orang yang percaya mendapatkan hidup yang kekal dan hidup yang berkelimpahan di dalam Dia.

Injil adalah kekayaan dari Allah yang harus diberitakan. Kekayaan Injil tidak berkurang pada saat dibagikan, sebaliknya akan semakin berlimpah ruah. Oleh karena itu, Injil harus terus dibagikan dan diberitakan kepada semua orang.

Jadilah pekabar Injil. Mengabarkan Injil adalah amanat yang Tuhan Yesus berikan kepada kita. Marilah kita melaksanakannya dengan penuh gairah dan sukacita. Kasih Kristus yang telah kita alami hendaknya senantiasa menggerakkan kita untuk memberitakan Injil dengan setia, tanpa mengabaikan konteks budaya setempat dan keberadaan individu yang dilayani. Injil adalah kekayaan yang sangat berharga yang harus terus dibagikan dan diberitakan.