Pernahkah kita merasa marah, kecewa, sedih, atau terluka karena sikap atau perilaku dari orang yang kita sayangi?

Andaikan yang melakukannya orang lain yang tidak terlalu dekat di hati kita, saya yakin pasti tidak akan terlalu mengecewakan, pasti tidak sesedih itu, pasti tidak sebegitu menyakitkan. Mengapa bisa demikian?

Terkadang kita mendengar adanya kejadian-kejadian tragis di pemberitaan media, misalnya seorang anak yang membunuh orang tuanya, atau seorang suami menganiaya istrinya, dan berbagai macam tindakan kejahatan yang dilakukan, justru kepada orang yang "sebelumnya" adalah orang yang mereka sayangi. Mungkin kita berpikir, mengapa bisa sedemikian teganya mereka melakukan semuanya itu? Mengapa mereka bisa melakukan hal sekejam itu, justru kepada orang yang seharusnya mereka sayangi?

Dalam hubungan antar sesama manusia, ada banyak hubungan yang tidak didasari kedekatan emosi, tapi lebih didasari kesamaan kebutuhan atau kepentingan, atau bersifat transaksional, misalnya hubungan jual beli antara pedagang dan pembeli, hubungan bisnis, atau hubungan profesional pekerjaan antara atasan dan bawahan. Hubungan ini berbeda dari hubungan yang dilandasi oleh perasaan sayang atau yang lebih melibatkan faktor emosional, misalnya hubungan yang terjalin di dalam keluarga, antara suami dan istri, orang tua dan anak, kakak dan adik, atau antara mertua dan menantu; atau bisa juga hubungan di luar keluarga, misalnya hubungan persahabatan atau hubungan antara sepasang kekasih.

Tanpa kita sadari, hubungan yang melibatkan perasaan sayang sebenarnya juga memiliki harapan-harapan tertentu, namun mungkin banyak di antaranya yang tidak terucapkan. Harapan-harapan itu juga tidak serta-merta disepakati, seperti yang terjadi dalam hubungan transaksional. Tidak pernah ada harapan yang disampaikan dan disepakati secara tertulis dalam hubungan dalam keluarga. Mungkin pernah disampaikan, tapi mungkin tidak pernah disepakati. Atau mungkin disepakati, tapi apakah jika tidak dilakukan akan ada sanksi?

Ketika harapan yang tidak pernah terucapkan dan disepakati ini tidak terwujud, perasaan yang tak terhindarkan pun bermunculan: mulai dari sedih, kecewa, marah, dan semua emosi negatif yang dapat begitu mendalam dan sangat melukai. Semakin besar harapan yang tak terucapkan, maka akan semakin besar pula potensi kita untuk terlukai, justru oleh orang-orang yang kita sayangi. Makin banyak harapan yang tidak terpenuhi, makin besar luka yang akan timbul, dan makin besar pula potensi perasaan sayang itu berubah menjadi perasaan yang berlawan, yaitu benci, bahkan mendorong timbulnya tindakan agresif dan keji.

Oleh karenanya, jika kita menyayangi seseorang, kita juga perlu belajar untuk menyikapi dan mengelola perasaan sayang kita itu, sehingga kelak tidak akan menimbulkan luka batin, yang justru berpotensi merusak dan membahayakan. Berikut adalah beberapa hal yang harus kita perhatikan, supaya perasaan sayang kita terkelola dengan sehat:

  1. Sayangilah orang yang kita sayangi dengan tulus. Artinya sayangilah sebagaimana adanya, dengan segala keterbatasan orang itu. Kita harus selalu ingat, bahwa walaupun orang yang kita sayangi punya banyak kelebihan, tapi ia juga mempunyai banyak keterbatasan dan kelemahan. Kenalilah semuanya itu.
  2. Sampaikanlah harapan-harapan yang kita inginkan darinya. Bukan hanya setahun sekali di hari istimewanya, tapi di setiap kali ada kesempatan, setiap kali harapan itu muncul di hati kita. Jika harapan kita terkait dengan perilaku dari orang yang kita sayangi, sampaikanlah secara lebih spesifik, sehingga ia dapat mengetahuinya dengan jelas. Selalu sampaikan harapan kita, walaupun kita harus tetap bersiap, bahwa ada kemungkinan harapan kita tidak akan dapat dipenuhi olehnya.
  3. Kelolalah harapan-harapan kita sesuai dengan kelebihan dan keterbatasan atau kelemahan dari orang yang kita sayangi. Jangan pernah menaruh harapan untuk sesuatu yang kita tahu tidak mungkin dapat dilakukan olehnya. Jangan berangan-angan. Berharaplah untuk sesuatu yang kita tahu pasti dapat dilakukannya. Jika kita sendiri tidak pasti apakah ia dapat melakukannya, sampaikanlah dan diskusikanlah itu.
  4. Tanyakan juga harapan apa yang diinginkan oleh orang yang kita sayangi terhadap diri kita. Janganlah egois! Mereka juga punya harapan terhadap diri kita. Berusahalah untuk melakukannya. Sampaikan dan diskusikanlah kesulitan-kesulitan yang kita hadapi, jika kita tak dapat memenuhi harapannya. Cobalah terus! Percayalah, orang yang kita sayangi akan semakin menyayangi kita, ketika melihat usaha terbaik terus kita berikan, terlepas dari hasil akhirnya kelak.
  5. Ungapkanlah perasaan senang ketika harapan kita, baik yang sudah maupun yang belum pernah terucap, akhirnya terpenuhi atau diwujudkan oleh orang yang kita sayangi. Jangan gengsi untuk menunjukkan rasa senang itu. Orang yang kita sayangi pasti akan senang untuk melakukannya kembali di lain waktu, karena ia juga ingin kita selalu merasa senang.
  6. Sampaikanlah perasaan tidak senang, sedih, kecewa, atau perasaan negatif lainnya, yang kita rasakan ketika harapan kita tidak dapat diwujudkan oleh orang yang kita sayangi itu. Pilih waktu dan cara yang tepat untuk menyampaikannya. Jangan disimpan dalam hati, semata-mata karena alasan bahwa orang yang kita sayangi tidak perlu tahu kalau kita sedih atau kecewa. Karena tanpa mengungkapkannya, berarti kita tanpa sadar telah membiarkan hati kita tetap terluka. Percayalah, walaupun sulit dan tidak nyaman untuk mengungkapkannya, bahkan dapat menimbulkan perdebatan, namun selama kita menyampaikannya dengan tulus dan penuh kasih, justru proses komunikasi inilah yang akan menyembuhkan luka kita, dan membuat kita semakin saling memahami apa harapan-harapan kita masing-masing.
  7. Last but not least, jangan lupa memberikan maaf dan pengampunan untuk orang yang kita sayangi, ketika mereka tidak berhasil mewujudkan harapan kita. Seperti yang kita sadari sejak awal, mereka juga adalah manusia yang memiliki kelemahan dan keterbatasan. Ketika kita memaafkan dan mengampuninya, percayalah, hati kita yang terluka sedang berproses untuk sembuh, dan kesembuhan itu akan melahirkan perasaan sayang yang lebih kuat lagi.

Kata ‘menyayangi’ adalah kata kerja. Jadi teruslah menyayangi dengan melakukan usaha kita yang terbaik! Teruslah berkomunikasi untuk memahami harapan kita masing-masing, dan memperkuat rasa sayang kita satu sama lain!