Setiap kita pasti pernah merasakan “cemas” atau “khawatir”. Misalnya ketika cuaca mendung, kita cemas apakah akan turun hujan; atau ketika melakukan presentasi di kampus atau di kantor, kita cemas apakah pendengar akan puas dengan presentasi kita; atau ketika anggota keluarga kita belum pulang ke rumah, kita cemas apakah ada kendala di perjalanan, dan lain sebagainya. Apakah hal tersebut normal? Ataukah termasuk gangguan psikologis? Mari kita mengenal lebih jauh apa yang dinamakan sebagai Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorder).

Ada tujuh gangguan yang termasuk dalam Gangguan Kecemasan:

1. Gangguan Kecemasan Perpisahan (Separation Anxiety Disorder), yaitu kecemasan berlebihan yang tidak semestinya ketika terjadi perpisahan dengan orang atau objek yang memiliki keterikatan dengan individu (ibu, orang tua, pengasuh, lingkungan rumah, pasangan, dsb). Gangguan ini juga bisa dialami oleh hewan peliharaan yang menjadi sangat ketakutan ketika ditinggal oleh majikannya nih!

2. Mutisme Selektif (Selective Mutism), yaitu ketika anak tidak mau berbicara atau merespons ketika diajak berbicara oleh orang lain dalam situasi sosial. Anak dengan mutisme selektif akan mampu berkomunikasi verbal secara aktif di rumah, tetapi mengalami hambatan di sekolah.

3. Gangguan Fobia Spesifik (Spesific Phobia Disorder), yaitu kecemasan atau ketakutan irasional yang kuat, menetap, dan berlebihan terhadap objek atau situasi, yang dipersepsi individu sebagai sesuatu yang menakutkan dan mengancam. Fobia atau ketakutan itu bisa terhadap binatang (anjing, kecoa, serangga, dsb.), terhadap kondisi alam (ketinggian, laut, petir, dsb), terhadap cedera atau injeksi darah (suntikan, darah, tes darah, prosedur medis invasif, dsb.), atau terhadap situasi tertentu (ruang tertutup, pesawat terbang, gelap, dsb.).

4. Gangguan Kecemasan Sosial (Social Anxiety Disorder), atau dahulu sering disebut dengan fobia sosial, adalah kecemasan terhadap situasi sosial atau tampil di depan publik. Ada kekuatiran akan dinilai, dikritik, atau dievaluasi secara negatif oleh orang lain, yang akan membuatnya malu. Situasi sosial ini bisa berupa tempat kerja, lingkungan sekolah atau aktivitas sehari-hari.

5. Agorafobia (Agoraphobia), yaitu kecemasan berlebihan dan menghindari untuk berada di tempat terbuka atau keramaian, di mana diyakini ia akan sulit keluar atau mendapatkan bantuan, jika mengalami gejala panik yang memalukan di tempat atau situasi tersebut.

6. Gangguan Panik (Panic Disorder), yaitu gelombang rasa takut yang intens dan hebat, terjadi tibatiba dan mencapai puncaknya dalam beberapa menit, ditandai dengan reaksi fisik seperti jantung berdebar-debar, gemetar, sesak napas, mati rasa, nyeri dada, rasa tercekik, gangguan perut, dsb. Ada ketakutan terhadap bencana atau kehilangan kendali, bahkan ketika tidak ada bahaya yang nyata. Serangan ini dapat terjadi kapan saja, dan banyak orang dengan gangguan panik kemudian merasa khawatir dengan kemungkinan serangan lain.

7. Gangguan Kecemasan Menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder), yaitu kecemasan yang berlebihan terkait aktivitas sehari-hari, yang disertai gejala fisik, yang menyebabkan gangguan bermakna pada fungsi sosial, pekerjaan dan lainnya. Hal yang dikhawatirkan misalnya relasi interpersonal, kesehatan, keuangan, atau juga pada hal-hal kecil yang terjadi dalam kehidupannya.

Secara umum, ciri yang dapat terlihat ketika seseorang mengalami Gangguan Kecemasan adalah adanya rasa khawatir yang berlebihan, disertai reaksi fisik yang menghambat atau mengganggu aktivitas sehari-hari, serta berlangsung pada durasi yang cukup lama. Tentunya tidak nyaman apabila karena cemas, kita jadi enggan bersekolah/bekerja, menghindar bertemu orang lain, prestasi belajar/kerja menurun, tidak bisa tidur, tidak nafsu makan, dsb. Jika hal tersebut terjadi, silakan melakukan konsultasi kepada psikolog, agar bisa dilakukan analisis terhadap gangguan tersebut, dan diberikan terapi yang terbaik untuk mengatasinya.

Apabila kecemasan yang muncul masih dalam batas wajar, dalam arti dialami hanya beberapa jam saja dan tidak setiap hari, kemudian tidak menghambat aktivitas sehari-hari (makan, tidur, belajar/bekerja semua normal), maka tidak perlu overthinking ya! Itu adalah hal yang wajar kita rasakan sebagai manusia. Jadi, pertanyaan di awal artikel ini sudah terjawab ‘kan?

Sumber:

American Psychiatric Association (2013). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM) V, (5th Ed). Washington DC:APA.

Dian K. Habsara dkk (2021). Penatalaksanaan Gangguan Psikologis Edisi 1 Jilid 1. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.