Pendahuluan

Saat saya diminta menulis mengenai masalah pinjaman online (pinjol) ilegal dan judi online (judol), saya pikir lebih bermanfaat jika saya menulis tentang melatih keuangan sejak usia dini, bagaimana mengelola dan melakukan perencanaan keuangan, sehingga dapat mengelola dengan bijaksana apa yang Tuhan berikan, agar dengan pertolongan Tuhan Yesus, kita tidak terjerumus ke dalam jerat dan nafsu untuk berhutang secara ilegal, bahkan terhindar dari dosa perjudian, terutama perjudian online.

Salah seorang istri teman saya terlilit utang pinjaman online ilegal. Hari itu, pasangan suami istri tersebut diteror dengan SMS. Semua kontak yang ada di telepon genggam dihubungi oleh penagih utang dengan kata-kata kasar dan ancaman. Dengan perasaan hancur, tangisan, dan setengah berlutut, mereka memohon agar dapat dipinjami uang, guna menutupi utang pokok dan bunga yang sangat besar tersebut. Hasil akhirnya dapat dengan mudah kita tebak, terjadi keributan antara suami istri. Anak pun menjadi malu ke sekolah, karena guru dan kepala sekolah juga menerima SMS tersebut. Mereka mengalami stres berat, bahkan depresi.

Ini adalah salah satu kisah nyata yang langsung saya saksikan, dari sekian peristiwa yang hampir sama, tetapi dengan media dan modus yang semakin rapi dan canggih. Peristiwa kriminal yang menjadi dampak pinjol ilegal dan judol bisa kita temukan di berita yang beredar sehari-hari dalam masyarakat. Satu peristiwa yang paling menonjol adalah mahasiswa UI yang merampas harta dan membunuh adik tingkatnya di Depok, karena terlilit utang pinjol ilegal, yang terjadi pada medio 2 Agustus 20231.

Fakta dan Data

Berdasarkan data yang dikemukakan oleh Majalah Tempo, ada lebih dari 2,1 milyar situs judol telah ditutup oleh pemerintah. Sepanjang tahun 2024, ada 14.575 transaksi, dan ada 5.000 rekening aktif yang dipakai untuk aktivitas judol. Perkiraan perputaran uang judol di Indonesia sebesar 600 Triliun, dengan jumlah sebesar tiga juta orang yang bermain, dengan nilai deposit Rp.100.000. Ada 3.145 orang yang ditetapkan sebagai tersangka oleh Kepolisian sepanjang tahun 2023 hingga 20242.

Demikian juga dengan data pinjol dari Otoritas Jasa Keuangan. Satuan Tugas Pemberantasan Aktivitas Keuangan Ilegal menemukan ada 537 pinjol ilegal. Ada tujuh belas entitas yang melakukan penawaran investasi ilegal yang berpotensi merugikan masyarakat. Sejauh ini, satgas telah menghentikan 9.062 entitas keuangan ilegal3.

Dari kedua data tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa pinjol dan judol yang ditawarkan dan beredar di masyarakat sangat masif, terstruktur, dan sistematis. Pinjol dan judol menggunakan media online, yang menawarkan kemudahan dalam bertransaksi, cepat mendapatkan persetujuan dan cepat dalam transaksi, dan menjadi alternatif pembiayaan. Di sisi lain, pinjaman online menawarkan suku bunga yang tinggi, syarat dan kondisi yang panjang dan sulit dimengerti oleh orang awam, tenor pinjaman jangka pendek, dan rentan terhadap penipuan.

Perencanaan Keuangan

Keuangan adalah suatu segi kehidupan yang penting untuk kita atur, rencanakan, dan kelola dengan baik. Sejak usia dini, kita sudah harus mulai mengajar anak untuk memahami apa itu uang, nilai dari uang, bahkan melatihnya untuk mengelola keuangan dengan cermat.

Perencanaan keuangan adalah suatu proses terus-menerus untuk mencapai tujuan seseorang, melalui pengelolaan secara terencana dan holistik. Hal ini meliputi banyak aspek yang bisa kita elaborasikan, antara lain pengaturan arus kas, manajemen utang, perencanaan pendidikan, asuransi, dana pensiun, perencanaan investasi, distribusi aset (hibah dan waris), bahkan sampai perencanaan perpajakan.

Kita menyadari, kehidupan manusia zaman ini sangat dinamis, cepat berubah, dan dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Media sosial memengaruhi gaya hidup kita, sehingga akan meningkatkan biaya hidup. Hal lain adalah risiko ekonomi, risiko kehidupan, inflasi, bahkan teknologi, dan demografi. Semua risiko ini harus dibungkus rapi dalam perencanaan keuangan, agar kita tidak terjerat oleh pinjol ilegal dan judol. Apalagi sampai kecanduan judol dan menggunakan fasilitas pinjol ilegal untuk berjudi, maka kita terjerumus dalam dua perangkap sekaligus, dan hampir pasti akan mengalami kebangkrutan ekonomi, fisik, dan rohani.

Literasi, Kemampuan, dan Kebiasaan Keuangan

Gereja diharapkan mampu menjawab tantangan ini melalui peletakan dasar pemahaman firman Tuhan yang benar mengenai keuangan, serta pengelolaan dan manajemen keuangan. Dalam lingkungan gereja, antar jemaat dapat berperan dalam memperkaya literasi keuangan jemaat, yaitu pengetahuan dalam mengambil keputusan keuangan, sekaligus memberikan pengetahuan akan inklusi keuangan, ketersediaan akses pada lembaga, produk dan layanan jasa keuangan yang resmi, sehingga jemaat tidak terjerumus dalam pinjol dan judol.

Jemaat diharapkan mampu mengukur kemampuan keuangan melalui alat ukur, seperti rasio dana darurat (Jumlah biaya hidup dalam 1 bulan x 3-12 bulan, tergantung apakah Anda hidup sendiri atau sudah punya tanggungan anggota keluarga). Rasio menabung (nilai total tabungan/jumlah pendapatan tahunan) x 100%. Semakin tinggi persentase tabungan, maka akan lebih baik. Selanjutnya rasio cicilan utang (total cicilan setiap bulan/pendapatan kotor setiap bulan) x100%. Semakin rendah persentase rasionya, maka keuangan Anda semakin sehat.

Menjadi kaya dan menjadi “seperti kaya” adalah dua hal yang berbeda. Perilaku dan kebiasaan keuangan agar menjadi kaya adalah bekerja keras, berhemat, menabung, dan melakukan investasi. Sebaliknya, kebiasaan keuangan menjadi “seperti kaya” adalah membeli banyak barang konsumtif, bahkan dengan cara pinjol untuk memenuhi gaya hidup, sedikit berinvestasi, menabung seperlunya saja.

Cerdik Keuangan: Solusi Terhindar dari Pinjol Ilegal dan Judol

1. Disiplin mencatat dan membukukan pendapatan dan pengeluaran. Pendapatan bisa dari pendapatan aktif dan pasif, seperti menyewakan rumah. Jaga pengeluaran yang bukan prioritas, sehingga kita tahu ke mana pengeluaran kita salurkan.

2. Menabung sejak dini. Selain melatih kedisiplinan dalam mengatur uang yang dimiliki guna memenuhi kebutuhan kita secara mandiri, menabung juga berfungsi menyediakan dana darurat, jika suatu saat diperlukan.

3. Bijak dalam membeli. Ukuran yang paling sederhana adalah tahu membedakan kebutuhan dan keinginan. Belilah barang sesuai dengan kebutuhan kita, yaitu hal paling mendasar yang harus dipenuhi untuk kelangsungan hidup, bukan membeli yang kita inginkan.

4. Pola hidup sederhana. Kita maknai hal ini sebagai suatu pola hidup yang disesuaikan dengan kondisi sebenarnya.

5. Punya perencanaan keuangan dan konsisten menjalaninya.

Matius 25:14-30 menceritakan perumpamaan tentang talenta. Setiap orang dipercayakan talenta oleh Tuhan dalam jumlah dan bentuk yang sesuai dengan kesanggupan masing-masing. Yang terpenting bukanlah jumlahnya, tetapi tujuan dari talenta itu diberikan. Setiap talenta yang diberikan dituntut untuk dikembangkan, bahkan digandakan. Jadi, kita tidak dituntut atas potensi yang tidak kita miliki. Yang ada di tangan, itulah yang dituntut untuk dikembangkan. Kita harus berusaha semaksimal untuk menggandakan talenta kita, dan Tuhan berjanji akan mempercayakan tanggung jawab yang lebih kepada kita, sehingga kita dapat menjadi kesaksian yang memuliakan nama Tuhan Yesus Kristus.

1 Kompas, 6 Agustus 2023, “Fakta Mahasiswa UI Bunuh Adik Kelasnya, Rampas Harta Korban karena Terlilit Pinjol.”

2 Majalah Tempo, 24 – 30 Juni 2024, “Angka Judi Online”, hal 16.

3 Kontan.co.id, 08 Juli 2024, “Daftar 537 Pinjol Ilegal Terbaru 2024 dari OJK.”

*Penulis adalah konsultan pajak dan perencana keuangan.