Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Mungkin kita sering mendengar peribahasa ini saat bersekolah. Gotong royong yang diilustrasikan oleh ikatan sapu lidi, membuat lidi-lidi yang diikat menjadi teguh dan kuat dan dapat digunakan, dibandingkan dengan sebatang lidi yang rapuh. Efesus 4:16 mengatakan, “Dari Dialah seluruh tubuh, yang rapi tersusun dan diikat menjadi satu oleh semua sendi yang menopangnya, menerima pertumbuhannya sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota, dan membangun dirinya dalam kasih.”

Pelayanan di GKI Gading Serpong pun demikian. Dari berbagai talenta, karakter, dan kemampuan yang berbedabeda, kita dijadikan satu, disusun secara rapi dalam pelayanan oleh Sang Maha Penyusun, untuk memuliakan Sang Pencipta. Ini adalah pengalaman saya, saat melayani selama lima tahun di Komisi Anak GKI Gading Serpong. Iman saya tergetar dan semakin takjub akan karya Allah yang luar biasa.

Saya menyaksikan bagaimana seluruh guru sekolah Minggu mencoba untuk terus sehati sepikir. Mereka diikat dalam satu kesatuan, rapi tersusun, saling menolong, bahu-membahu, saling melengkapi, saling mengingatkan, menegur dalam kasih, dan membangun karakter Kristus. Mereka berakar, bertumbuh, dan berbuah, seperti ungkapan besi menajamkan besi, manusia menajamkan sesamanya. Meskipun jumlahnya ratusan orang, tetapi mereka memiliki pola pikir yang sama, yang terarah dan terpusat kepada Tuhan. Dalam pelbagai pergumulan dalam pelayanan, kami selalu diingatkan untuk terus memandang salib Yesus. Semua hal yang kami kerjakan hanya untuk Dia, dari Dia, dan untuk kemuliaan nama-Nya saja.

Para guru yang lebih senior dengan sukacita mengarahkan, membimbing, menolong, mendukung, memberi masukan, mengingatkan, menegur, memperhatikan, menghibur, bahkan membela saya. Rekan-rekan yang lebih muda pun sangat luar biasa. Seperti bejana yang siap dibentuk, mereka bersedia dibimbing dan dibangun dalam pelayanan. Sedari muda, mereka sudah memberi diri kepada Allah, melatih diri dalam pertumbuhan iman. Mereka menjadi kawan sekerja Allah dengan mengikis keegoisan. Bisa saja mereka memilih untuk mencari kesenangan sendiri, menikmati masa muda bersama teman-temannya, namun mereka memilih untuk masuk dalam dunia pelayanan. Ini merupakan suatu komitmen yang tidak mudah, namun mereka tetap setia.

Di kelas, di kepengurusan, maupun kepanitiaan, guru-guru yang lebih senior akan membimbing para juniornya, sehingga mereka bisa memberikan pelayanan yang terbaik. Jika ada kesulitan yang dihadapi oleh para junior, yang senior akan segera membantu. 

Di dalam Komisi Anak GKI Gading Serpong juga ada kelompok kecil. Para guru senior yang menjadi mentor, membantu para guru junior berakar, bertumbuh, dan berbuah dalam Kristus. Kelompok kecil ini juga menjadi sarana para guru sekolah Minggu untuk saling mengasihi, memperhatikan, mendukung, dan mengembangkan diri, menjadi pribadi yang lebih baik di hadapan Tuhan.

Saya sungguh bersyukur memiliki mentor-mentor yang berhikmat dan bijaksana, yang begitu rendah hati dan tulus melayani Allah. Sebagian dari mereka adalah pekerja yang disibukkan oleh berbagai aktivitas pekerjaan yang menyita sebagian besar waktu. Namun, mereka tetap berupaya memberi diri untuk melayani secara total. Bukan dengan sisa tenaga, tetapi dengan seluruh keberadaan mereka. Mereka benar-benar memberikan persembahan yang berkenan di mata Allah. Tenaga, pikiran, perasaan, waktu, dan seluruh hidup, mereka persembahkan untuk kemuliaan Tuhan. Hal ini sungguh menjadi teladan iman bagi saya.

*Penulis adalah pengerja dan pembina Sekolah Minggu GKI Gading Serpong.