Saat berdoa, apakah kita hanya mengatakan hal yang itu-itu saja? Apakah kehidupan doa kita terasa menjemukan dan membosankan? Donald S Whitney dalam pengalamannya sebagai pendeta lebih dari empat puluh tahun telah memperhatikan banyak jemaat mengalami kehidupan doa yang monoton, yang sering membawa keengganan untuk terus berdoa. 

Dengan lugas ia menuliskan: “Kita meyakini doa, dan Roh Allah mendorong kita untuk berdoa, tapi karena kita selalu mengulang kata-kata yang sama, maka sepertinya yang kita lakukan hanyalah mengucapkan kata-kata kosong. Meski ini mengeringkan motivasi untuk bicara dengan Allah, kita tetap berusaha berdoa, tapi pikiran kita terus menerus berkelana dan kita menghukum diri sendiri karena memandangnya sebagai kegagalan rohani” (hal. 15-16). Whitney melihat hal ini sebagai masalah universal dan menolak kesimpulan yang berujung seperti ini, “Pasti saya yang salah. Doa tidak seharusnya seperti ini. Saya rasa saya bukan orang Kristen yang berkualitas” (hal. 13, 23). 

 

Atas hal tersebut, Whitney menawarkan suatu alternatif yang berdasarkan pengalamannya dapat membawa kesegaran baru berdoa. Ia melihat bahwa masalahnya bukan pada diri kita, tetapi pada metode berdoa yang kita lakukan. Solusi yang ditawarkan terlihat sederhana, yaitu berdoa dengan membaca Alkitab. Dari beberapa jenis karya sastra dalam Alkitab, ia menawarkan pembacaan Mazmur sebagai panduan dalam berdoa. Tulisan dalam kitab Mazmur dapat menolong para pendoa untuk berdoa dengan dibimbing oleh ayat-ayat yang ada di kitab tersebut. Ia pun juga menyodorkan metode berdoa dengan menggunakan jenis tulisan lain dalam Alkitab, misalnya dengan bentuk surat (misalnya surat-surat Paulus) maupun yang berbentuk narasi (misalnya kitab Yohanes). Namun demikian, titik tekannya adalah kitab Mazmur. Pembaca akan disuguhkan dengan banyak contoh dan latihan berdoa dengan kitab Mazmur, termasuk usulan pembagian doa selama 30 hari dengan 150 pasal, yang dapat diulang sesuai kebutuhan.

 

Apakah berdoa dengan cara ini membutuhkan kemampuan memahami Alkitab sebagai prasyarat utama? Buku ini menyadari adanya potensi kesulitan berdoa jika tidak memiliki pemahaman awal terhadap tulisan di Alkitab. Pembaca dapat masuk ke dalam area menafsirkan Alkitab yang tidak sesuai dengan maksud penulis kitab ketika berdoa. Terhadap hal ini, Whitney mengulasnya secara khusus dalam bab 4 agar pembaca dapat mengerti perbedaan antara memahami Alkitab, dan berdoa dengan menggunakan Alkitab. 

 

Singkatnya, buku tipis ini (hanya 99 halaman dengan ukuran A5) menawarkan alternatif metode berdoa, yaitu dengan menggunakan Alkitab sebagai panduan. Dari sisi bahasa, meski merupakan buku terjemahan, pembaca akan menemukan terjemahan bahasa Indonesia yang mengalir lancar tanpa harus mencoba menerka-nerka bahasa aslinya. Buku ini juga tidak dimaksudkan untuk hanya dibaca sekali kemudian ditinggal, namun sebagai rujukan yang dapat ditengok ulang ketika pembaca berusaha memahami dan mempraktikkan berdoa dengan menggunakan Alkitab. Jika tidak ingin sendirian ketika melakukan doa dengan membaca Alkitab, buku ini pun menyediakan panduan melakukannya dalam kelompok. 

 

Akhirnya, buku ini menjadi alternatif menarik bagi mereka yang merasa kehidupan doanya kering karena terlalu sering mengulang-ulang kata yang sama dalam doa. Buku ini juga mengundang pembaca yang ingin berdoa dengan memadukan refleksi hidup keseharian dengan pembacaan Alkitab, dan dapat berfungsi sebagai gerbang bagi pembaca yang ingin memperkaya metode doa ke bentuk lain yang lebih luas. 

 

Jika tertarik, beberapa marketplace online menyediakan buku ini dengan harga yang terjangkau, sekitar Rp. 30.000-Rp.40.000 belum termasuk ongkos kirim. Selamat memperkaya kehidupan doa anda dengan mempergunakan metode ini. 

 

 

Praying the Bible (Berdoa Dengan Menggunakan Alkitab)

Donald S Whitney, published by Crossway, Wheaton, Illinois, 2015

Edisi Bahasa Indonesa

Alih Bahasa: Tim Literatur Perkantas Jawa Timur 

Cetakan pertama, April 2019

ISBN: 978-602-1302-67-5