Apa yang kalian pikirkan, seandainya kalian bertemu idola, dan ia berkata, bahwa kalian boleh melakukan apa saja yang kalian suka? Kalau hal itu sampai terjadi, tentunya saya pasti akan berkata, bahwa saya mau bertukar kehidupan dengannya! Namun sesungguhnya, belum tentu hidup sang idola nyaman dan tentram. Jadi lebih baik jadilah diri sendiri dengan pedoman hidup yang baik, seperti tokoh yang akan kita bahas kali ini, yaitu tokoh revolusioner antiapartheid, yaitu Nelson Mandela. Mari belajar dari pribadi yang luar biasa ini: pejuang hak asasi orang kulit hitam dan presiden kulit hitam pertama, yang berhasil memberantas rasisme dan kesenjangan sosial, dan memproklamasikan penghapusan apartheid di di Afrika Selatan.

Dalam perjuangannya, banyak yang membenci beliau, sehingga beliau berkali-kali dipenjarakan karena fitnah. Sebagai presiden, beliau tetap mempedulikan rakyat sekitar dan tidak memilih-milih pergaulan. Meskipun ada yang mengecap beliau sebagai simpatisan komunis, namun itu semua ditepisnya dengan segudang prestasi dan gelar yang mumpuni, serta pengakuan dari dunia internasional. Beliau mendapatkan lebih dari dua ratus lima puluh penghargaan, termasuk hadiah Nobel perdamaian di tahun 1993. Beliau juga mendapat julukan sebagai Bapak Bangsa Afrika Selatan.

Mari kita flashback sejenak ke kehidupan masa mudanya, di mana beliau dikenal sebagai pembuat onar. Beliau berasal dari keluarga yang ternama. Kakek buyutnya adalah penguasa suku di bagian timur Afrika Selatan. Beliau juga menjadi anggota dewan kerajaan turun-temurun, sebagai seorang keturunan klan Ixhiba. Siapa yang tidak mengenal beliau, dengan sikap menentangnya yang keras, namun memiliki hati yang baik dan peduli pada orang sekitar? Berbeda dari muda-mudi yang lain, beliau adalah pribadi yang taat dan pekerja keras. Beliau mau bekerja sebagai penjaga sapi, di saat anak seumurannya masih bermain-main dan bermalas-malasan. Beliau termasuk anak muda yang berbakat dan giat belajar, terutama tentang sejarah dunia. Beliau juga dikenal sebagai orang yang religius, meskipun kadang bersikap keras dalam membela apa yang menurutnya benar, saat beliau melakukan yang sesuai dengan ajaran Kristen.

Beliau sempat melakukan pemboikotan dan aksi mogok karena menentang keras politik apartheid, yang membedakan orang berdasarkan warna kulitnya, sehingga mempersulit seseorang untuk memenuhi kewajiban keagamaannya dan beribadah. Pada akhirnya, usahanya memperoleh hasil. Perjuangan politiknya berpengaruh pada kehidupan masyarakat sekitar dan memungkinkan siapa saja untuk menunaikan ibadah, tanpa memandang warna kulit mereka.

Sudah sepantasnya beliau disebut sebagai Bapak Segala Bangsa, karena berkat kerja kerasnya, tidak hanya di Afrika Selatan, namun juga di seluruh dunia, ada desakan agar orang boleh datang ke tempat ibadah untuk melaksanakan kewajiban agamanya masing-masing, tanpa dihambat. Terima kasih kami ucapkan kepada Nelson Mandela.