Penulis: Yunias Monika.  Editor: Tjhia Yen Nie

 

Disadari atau tidak, perkembangan teknologi yang makin pesat telah mengubah cara hidup manusia, termasuk di dalamnya adalah bagaimana memakai waktu. Coba hitung, ada berapa grup WhatsApp dan akun media sosial di telepon pintar kita? Belum lagi jumlah akun belanja online. Manusia menjadi sangat sibuk memeriksa ruang-ruang digital yang semuanya menuntut waktu. Waktu yang dimiliki serasa tidak cukup untuk membendung dan menyaring arus informasi. Dan, tidak bisa dimungkiri bahwa di tengah-tengah kesibukan tinggal di kota besar, manusia membutuhkan pengalihan dari kesibukan. Apa yang biasanya dilakukan? Jujur saja, membaca Alkitab seringkali tidak semenarik membaca Instagram feeds atau melihat-lihat flash sales. Kesibukan-kesibukan digital telah menepikan kerinduan untuk mencari Tuhan dan firman-Nya. 

 Sebagai Ibu bekerja yang tidak punya pengasuh anak, saya harus bisa membagi diri untuk urusan domestik di rumah, belajar hal baru terkait pekerjaan paruh waktu saya, membalas surat elektronik di kotak masuk, mengajak anak lelaki saya bermain, membalas pertanyaan atau memberi ucapan kepada teman di grup-grup WhatsApp. Meskipun sudah bangun pukul 4 pagi, rasanya sulit sekali menyisihkan waktu 30 menit untuk membaca satu pasal per hari. Bagi saya, kegiatan membaca Alkitab selalu berkompetisi dengan berbagai gangguan dan kegiatan lain. 

Namun, Tuhan terus memberi saya semangat untuk membaca Alkitab. Melalui kegiatan gemar membaca Alkitab bersama yang diadakan gereja kami, saya dan suami mulai lebih rutin membaca Alkitab sejak beberapa bulan lalu. Perubahan pun terjadi. Di sela-sela kesibukan atau saat sedang dalam perjalanan ke tempat kerja, pembicaraan kami mulai diisi dengan pertanyaan seputar Firman Tuhan, misalnya, “Menurutmu, siapa sih yang disebut murid yang dikasihi Yesus di kitab Yohanes itu?” atau,“Aku baru sadar lho, kalau kisah anak yang hilang itu sebenarnya bukan cuma si bungsu doang yang berdosa, si sulung juga.” 

 Meskipun kami tidak selalu membaca di ruangan dan waktu yang sama, saya dan suami mulai menuai buah dari menyisihkan waktu untuk membaca Alkitab. Kami jadi tergerak menggali informasi dan referensi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pribadi tentang kisah dan makna pasal yang kami baca. Kami merasa bertumbuh dan batin kami lebih tenang. 

 Teknologi memang membawa ruang-ruang digital yang dapat menyita waktu dan mengalihkan perhatian, termasuk dalam memperhatikan Firman Tuhan. Meski demikian, Tuhan memberi waktu yang cukup walau kita merasa tidak cukup. 

 “Dan pergunakanlah waktu-waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat”
(Efesus 5: 16).