Sebagai orang yang bertemperamen flegmatis, saya cenderung melakukan segala sesuatu secara ala kadarnya, artinya tidak berlebihan, bahkan sering juga melakukan kecerobohan. Tentunya hal ini tidak saya kehendaki, namun itulah yang saya lakukan. Tidak munafik, sering kali saya pun mengharapkan pujian dari orang lain atas apa yang sudah saya lakukan.
Melalui kalimat yang disampaikan dalam buku Santapan Harian, Sabtu, 1 Februari 2025, dengan bacaan yang diambil dari Keluaran 25:10-22, saya menjadi tertegur atas sikap saya selama ini. Dikatakan di sana, “Terlihat bahwa mereka (bangsa Israel) membuat ini semua bukan karena itu yang tampak indah atau terkesan megah bagi mereka, melainkan karena itulah yang dikehendaki TUHAN.” Dalam membuat tabut perjanjian, TUHAN memberi instruksi yang sangat rinci kepada umat Israel, dalam hal bahan, ukuran, lapisan aksesori, maupun pelengkapnya. Selama ini, ketika membaca ayat-ayat Alkitab demikian, saya hanya menganggap, umat Israel “sekadar” mengikuti apa yang diminta TUHAN. Namun, ternyata dibutuhkan ketaatan untuk menjalankannya. TUHAN meminta umat-Nya untuk membuat semua itu dengan teliti, terlihat dari apa yang diinstruksikan-Nya kepada umat Israel. Tentunya, apa yang dibuat bangsa Israel mengundang decak kagum bangsa-bangsa lain. Namun, ternyata mereka bukan sekadar membuat sesuatu yang “wow”, tetapi karena memang itulah yang dikehendaki TUHAN.
Saya jadi teringat akan gereja kita sedang membangun gedung gereja. Pertanyaan yang patut direnungkan bagi kita semua, apakah dalam membangun gedung gereja, kita hanya mementingkan keindahan dan kemegahannya, ataukah kita sudah terlebih dahulu bersungguh-sungguh mencari kehendak TUHAN?
Semoga selanjutnya, kita semua dapat lebih bersungguh-sungguh mencari kehendak TUHAN, mendengarkan perintah-Nya, lebih teliti dan bertanggung jawab, sehingga apa saja yang kita lakukan, tidak dilakukan untuk sekadar mencari nama atau ala kadarnya saja, sehingga melalui itu semua, nama TUHAN dimuliakan.
*Penulis adalah anggota GKI Gading Serpong.