Salah satu tokoh Progressive Christianity, John Shelby Spong adalah seorang uskup Epicospal Church–Diocese (Keuskupan/Klasis) Newark pada tahun 1979–2000. Spong menulis banyak buku, di antaranya, Living in Sin, Rescuing the Bible from Fundamentalism, Why Christianity Must Change or Die, A New Christianity For A New World, The Sins of Scripture, Jesus for the Non-Religious, dan Unbelievable. Tulisan-tulisannya dalam buku tersebut menitikberatkan pembaruan total (radikal) terhadap keyakinan iman Kristen Tradisonal/Ortodoks/Historis yang telah dipegang selama berabad-abad. Pembaruan radikal dilakukan dengan mendekonstruksi ajaran pokok iman supaya relevan dengan dunia.
Penolakan Pokok-pokok Iman
Dari berbagai buku yang ditulis John Shelby Spong, kita dapat menarik kesimpulan, Spong menolak narasi besar (grand narration) Alkitab, yaitu creation, fall, redemption, consummation (CFRC). John Frame mengatakan, Alkitab adalah narasi, “It is a story, a narrative, about creation, fall, redemption, and the consummation of history” (2014, 63). Narasi Alkitab yang demikian bagi Spong tidak lebih dari sebuah mitos, sebuah kebohongan. Bagi Spong, tidak ada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, tidak ada kejatuhan manusia seperti dikisahkan dalam kitab Kejadian pasal 3. Karena tidak ada kejatuhan, tidak diperlukan penebusan Kristus di kayu salib.
Traditional Christian doctrine continues to portray Jesus as heavenly visitor who came from the God above the sky in a miraculous birth and who, when his work was complete, returned to that God by way of a cosmic flight. That completed work, says this orthodoxy, was to bring salvation to a fallen world, and this was accomplished by Jesus’ death on the cross. On every level each of these assertions has become for me not only literal nonsense but also little more than theological gobbledygook. (2007, 8)
Donohue menulis, daripada kita mengalami kesulitan menebak apa yang dipercayai Spong, akan lebih mudah bagi kita untuk menelaah apa yang tidak dipercayai Spong. Spong tidak percaya bahwa Tuhan adalah mahkluk supernatural, menolak inkarnasi Yesus, menolak mukjizat yang dilakukan Kristus, tidak percaya kelahiran Yesus dari perawan Maria, menolak kebangkitan Kristus dan kenaikan Yesus ke surga. Spong menolak bahwa Alkitab adalah firman Allah.
If we can’t be sure what Spong believes, we can be certain what he doesn't believe. We know, for example, that he does not believe that God is a supernatural being; he rejects Jesus as the earthly incarnation of God; he denies that Jesus performed miracles; he labels the Virgin Birth pure mythology; he derides the Easter celebration of Jesus rising from the dead; he finds it implausible to believe that Jesus ascended into heaven; and, for good measure, he thinks it ludicrous that the Bible is the word of God. (2009, 211)
Sebagaimana penganut Progressive Christianity, Spong menolak Kredo Pengakuan Iman Rasuli dan Kredo Nicea.
While they reflect traditional Christian beliefs, Progressive Christian do not accept the creeds’ claim about miracles. That is, Progressive Christians know that God did not create the heavens and the earth, that Jesus was not conceived by a virgin, and he did not rise again or ascend into heaven, nor do they anticipate a second coming, a future resurrection, or a life in the world to come. To say otherwise is deceptive. (King, 2023, 85)
Spong, dalam bukunya Why Christianity Must Change or Die, pada bab 1, "On Saying the Christian Creed with Honesty", mengkritik Pengakuan Iman Rasuli dan Kredo Nicea sebagai peninggalan worldview yang sudah usang. Spong bahkan sangat tersinggung dengan pembukaan kalimat Pengakuan Iman Rasuli ... Allah Yang Mahakuasa.
The words of the Apostles’ Creed, and its later expansion known as the Nicene Creed, were fashioned inside a worldview that no longer exists. Indeed, it is quite alien to the world in which I live. … The opening phrase of the Apostles’ Creed speaks first of God as the “Father Almighty.” Both of these words offend me deeply. (1998, 4 & 5)
Kredo adalah doktrin fundamental dalam iman Kristen. Doktrin yang mengikat semua orang Kristen sepanjang abad di seluruh dunia. Maka, kredo ini harus dipertahankan dari ancaman internal maupun eksternal,
The doctrines of the creed are the fundamental doctrines of the Christian faith—the doctrines which bind Christians together down the ages and across the world, and which must be defended in the face of an external or internal threat. (McGrath, 1997, 313)
Sangat disayangkan, Uskup John Shelby Spong, seorang pemimpin Episcopal Diocese Newark, yang seharusnya mempertahankan pokok-pokok iman Kristen, justru melakukan dekonstruksi (membongkar) dengan menolak doktrin warisan bapa-bapa gereja. Gereja hancur bukan karena serangan pihak luar, tetapi dari dalam, seperti yang dilakukan oleh uskup ini. “I have always contended that churches are never destroyed from the outside in, but from the inside out” (Lambert, 2025, 5).
Bagaimana anggota gereja dapat bertumbuh, jika uskupnya sendiri tidak percaya kepada Allah Pencipta langit dan bumi? “... faith is trusting God, so we grow as believers as we trust him” (Frame, 2014, 211). Hal ini mengakibatkan banyak anggota meninggalkan gereja yang tidak lagi berpegang pada keyakinan Ortodoks/Tradisional/Historis. Episcopal Diocese of Newark telah kehilangan 46% anggotanya selama John Spong memimpin, 16% gereja di bawah diocese ini ditutup, dan tidak ada kelahiran jemaat baru.
I chanced upon some statistics concerning a once-potent epicospal diocese–the one headquartered in Newark, New Jersey, and for years led by a media savvy bishop, John Spong, whose favorite theme was the need for radical overhaul of the Christian faith. It seemed the Episcopal Diocese of Newark, since 1972, had lost 46 percent of its members. Sixteen percent of its churches had closed down forever. Nor, the report went on, had a single new church or mission opened anywhere in the diocese during the past sixteen years. The picture was of ecclesiastical rigor mortis, of flies buzzing about a waxen countenance. (Murchison, 2009, 36)
Gereja yang Ditinggalkan
Gereja Liberal mengalami pendarahan karena meninggalkan pokok-pokok ajaran ortodoks. Mereka menolak keilahian Kristus, menolak realita dosa, meragukan kematian dan kebangkitan Kristus, sehingga mengalami kehilangan banyak anggota. Stanton melukiskan kondisi ini seperti anggota gereja berebutan menyelamatkan diri dari kobaran api dalam gedung yang sedang terbakar.
Liberal churches are hemorrhaging members. Churches that are bailing on Christian orthodoxy—those denying the deity of Christ, rejecting the reality of sin; doubting the historical reality of Christ’ death and resurrection; … are in a drastic free fall. People are leaving those churches as though the buildings were on fire. They can’t get out fast enough. (Stanton, 2019)
Pengakuan Iman Rasuli dan Kredo Nicea merupakan ringkasan (summary) pokok-pokok keyakinan iman Kristen, yang bersumber dan berakar pada Alkitab. Jika kita menolak pengakuan iman ini, apakah kita masih layak disebut orang Kristen?
The difficulty is, of course, to know what is essential belief. Fortunately, we do not have to invent a standard. The early church produced the Apostles’ and Nicene Creeds as sufficient statements of the Christian faith, and no better guides to the essentials have ever been produced. Rooted solidly in Scripture and affirming the major facts of Christ’s life, death, and resurrection, the creeds contain that which orthodox followers of the faith have always accepted. Many Christians believe more, but none should believe less. (Reeves, 1996, 176, 177)
Gereja Arus Utama (mainline) mengabaikan pengajaran/pembinaan teologi. Teologi tidak lagi menjadi fokus utama kehidupan gereja. Yang diimani semata-mata Tuhan itu baik dan kasih, tak perlu lagi memahami doktrin tentang Allah Tritunggal, inkarnasi, keselamatan, dosa, pertobatan, penghakiman, dan lain-lain.
Solid teaching is at a premium, and the basics about sin, repentance, judgment, and hell frequently go unexplored. Theological education has been neglected in the mainline churches to the point that one student of the subject contends, “theology no longer plays an important role in the church’s life. It is all too often presumed that God is wholly and merely … nice. (Reeves, 1996, 24)
Kekristenan Progresif berkeyakinan, manusia pada dasarnya baik, mengabaikan dosa asal, menekankan kasih Allah dengan menyingkirkan murka Allah, lebih menekankan pengalaman religius daripada kemurnian doktrin, meremehkan sakramen, menempatkan etika progresif sebagai kebenaran.
They also stressed the goodness of human nature over original sin, emphasized the love of God rather than his wrath, gave more weight to religious experience than doctrinal purity, disparaged the sacramental nature of the faith, and argued that “progressive” ethics were the test for religious truth. (Reeves, 1996, 91)
Gereja Kekristenan Progresif menggeser fokusnya kepada tema-tema yang berkaitan dengan keadilan sosial dan pelestarian lingkungan.
Kekeringan/Kekosongan Rohani
Kondisi yang demikian membuat Thomas Reeves mengungkapkan pergumulan pribadinya. Untuk apa bangun pagi dan pergi ke gereja, jika pesan khotbah di mimbar gereja tidak jauh berbeda dengan pesan media di luar gereja? “There’s no reason to get up on Sunday morning to go and hear a sermon about AIDS and a God who is nice. I can stay home and read the New York Times and get the same message” (Donohue, 2009, 204).
Thomas Reeves merasakan kekosongan dan kekeringan rohani. Sam Hailes dalam artikel “Bart Campolo Says Progressive Christians Turn into Atheists. Maybe He's Right”, mengutip Bart Campolo, seorang penganut Kekristenan Progresif, memprediksi empat puluh persen anggota Kekristenan Progresif akan menjadi ateis. Banyak gereja yang terpapar Kekristenan Progresif mengalami kemerosotan jumlah anggota, karena sebagian menjadi skeptis, agnostik, ateis, dan sebagian lagi eksodus ke Gereja Konservatif/Tradisional. Anggota yang tidak terpenuhi kebutuhan pertumbuhan spiritualnya akan eksodus ke Gereja Konservatif dan Injili, yang dapat memuaskan rasa lapar dan haus rohaninya. “Conservative and evangelical churches preach the timeless and ever useful gospel, opening hearts and minds to the supernatural, amending lives, and satisfying the spiritual hunger of millions” (Reeves, 1996, 172).
Gereja Konservatif dan Injili, yang mengkhotbahkan kebenaran Alkitab, yang membuka hati dan pikiran terhadap sentuhan supernatural, yang memotivasi perubahan hidup, akan terus mengalami peningkatan jumlah anggota. Bahkan, di dalam denominasi yang sama, Gereja Konservatif yang mempertahankan kebenaran Alkitab mengalami peningkatan anggota. Sebaliknya, gereja yang mengadopsi pemahaman teologi Liberal akan stagnan, bahkan jumlah anggotanya turun drastis. “Churches that were more conservative in their theology and practice tended to grow, while those with more liberal beliefs did not do so in the long run, even within the same denomination” (Stanton, 2019, 62).
Waspada Selalu
Ironis sekali, Uskup Spong, yang seharusnya percaya dan memberitakan kebenaran firman Tuhan justru menghancurkan kebenaran itu sendiri! Pdt. Eka Darmaputera mengingatkan kita untuk waspada terhadap ajaran yang menyimpang dari kebenaran firman Tuhan. Ajaran yang melenceng ini mungkin sudah menyusup dalam bentuk parasit, dan akan terus menghancurkan gereja itu sendiri.
Komitmen terhadap ortodoksi tentu saja penting. … Tuhan membenci gereja yang “jorok” dalam hal ajaran, … Gereja “jorok” seperti ini … mengimani spekulasi serta teori rekaannya sendiri, bukan lagi oleh kebenaran firman Tuhan. … gejala mengerikan ini kian mengharu-biru gereja-gereja kita di Indonesia saat ini. Waspadalah! (2002, 42, 43).
Pdt. Eka Darmaputera menyerukan gereja untuk dengan sadar dan terus-menerus mempertahankan ortodoksinya, agar tidak dihanyutkan atau ditenggelamkan begitu saja oleh dunia. “Di lain pihak, ada pula gereja-gereja kita yang begitu terobsesi untuk menjadi gereja yang relevan, begitu takut dijuluki sebagai gereja yang ketinggalan zaman, lalu kehilangan ortodoksinya, dan—oleh karena itu—seluruh jati diri dan kepribadiannya” (2002, 34).
Pdt. Eka Darmaputera lebih lanjut mengingatkan kita, “Kepedulian utama ortodoksi an sich adalah seperangkat prinsip kebenaran yang pasti, baku, dan resmi. Dan karena itu tidak boleh diganggu gugat” (43).
Kita juga diingatkan juga oleh Pdt. Eka Darmaputera untuk tidak merelatifkan prinsip kebenaran. Waspada untuk tidak “seperti kanak-kanak yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh kepalsuan manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan” (2004b, 23).
Kita jangan teperdaya oleh ajaran pendeta yang melenceng. Kita harus bersikap kritis untuk menyelidiki pengajaran pendeta tersebut, dengan menggunakan tolak ukur Alkitab. “Bagaimana kita tahu kalau ia menambah-nambah atau mengurang-ngurangi firman Tuhan? Tidak ada jalan lain. Anda sendiri harus akrab bergaul dengan firman Tuhan. Harus rajin mempelajari firman Tuhan” (2005b, hal. 63).
Kita harus berkomitmen untuk terus belajar kebenaran firman Tuhan melalui berbagai sarana pembinaan, seperti dalam kelompok kecil, sebagai murid yang memuridkan. Dengan demikian, kita mempunyai perisai untuk menghindari perangkap serigala berbulu domba. “Hanya dengan pengetahuan dan komitmen kita akan ajaran yang benar itulah yang memampukan kita menelanjangi para serigala yang berbulu domba, dan ‘mendapati mereka pendusta’” (2002, 41) [penekanan ditambahkan].
Sekali lagi, Pdt. Eka mengingatkan kita untuk menguji setiap roh.
Para penyesat umat itu masih diberi kesempatan untuk bertobat. Kita-kita saja—umat yang polos dan lugu—yang mesti waspada dan pandai-pandai menjaga diri, agar jangan sampai teperdaya. Selalu kritis dan siaga, tak gampang-gampang percaya. Siap “menguji setiap roh” (1Yohanes 4:1). (2005a, 67)
Menangkal Ajaran Menyimpang
Bagaimana kita sebagai jemaat GKI menangkal ajaran yang menyimpang ini? Kita dapat menggunakan Pengakuan Iman GKI, yang oleh Pdt. Eka Darmaputera disebut sebagai identitas GKI, sebagai tolok ukur untuk menilai, apakah sebuah ajaran ortodoks atau bukan. Pengakuan Iman GKI terdapat dalam pasal 3 Tata Gereja–Pengakuan Iman, Tata Dasar, Tata Gereja GKI, disertai dengan Pengakuan Iman Rasuli (Lampiran 1), Pengakuan Iman Nicea Konstantinopel (Lampiran 2), Pengakuan Iman Athanasius (Lampiran 3), Pemahaman Bersama Iman Kristen (Lampiran 4), Pegangan Ajaran Mengenai Alkitab (Lampiran 5), Pegangan Ajaran mengenai Gereja (Lampiran 6) dapat menjadi perisai untuk menangkal ajaran yang menyimpang dari kebenaran Alkitab.
*Penulis adalah anggota GKI Gading Serpong
Daftar Pustaka
BPMS GKI. 2009. Tata Gereja dan Tata Laksana Gereja Kristen Indonesia. PT. Adhitya Andrebina Agung, Jakarta.
Darmaputera, Eka. 2004a. Identitas GKI di dalam Hodos: GKI di Tengah Kepelbagaian Ajaran. Kelompok Kerja Pembinaan GKI Jabar, Jakarta.
Darmaputera, Eka. 2004b. Identitas dan Kepelbagaian di dalam Hodos: GKI di Tengah Kepelbagaian Ajaran. Kelompok Kerja Pembinaan GKI Jabar, Jakarta.
Darmaputera, Eka. 2002. Dengarlah yang Dikatakan Roh. Gloria Cyber Ministries, Yogyakarta.
Darmaputera, Eka. 2005a. Sepuluh Perintah Allah - Museumkan Saja? Gloria Graffa, Yogyakarta.
Darmaputera, Eka. 2005b. Iman dan Tantangan Zaman. BPK Gunung Mulia, Jakarta.
Donohue, Bill. 2009. Secular Sabotage: How Liberals Are Destroying Religion and Culture in America. Faith Words, USA.
Frame, John M. 2014. “Narrative and the Picture Theory of Theology” di dalam John Frame’s Selected Shorter Writing. P&R Publishing, USA.
Hailes, Sam. 2017. “Bart Campolo Says Progressive Christians Turn into Atheists. Maybe He's Right.” Diakses 02 Oktober 2025. https://www.premierchristianity.com/home/bart-campolo-says-progressive-christians-turn-into-atheists-maybe-hes-right/3759.article
King, Rebekka. 2023. The New Heretics: Skepticism, Secularism, and Progressive Christianity. New York University Press, USA. McGrath, Alister E. 1997. Studies in Doctrine. Zondervan Academic, USA.
Murchison, William. 2009. Mortal Follies: Episcopalians and The Crisis of Mainline Christianity. Encounter Book, USA.
Reeves, Thomas C. 1996. The Empty Church: The Suicide of Liberal Christianity. The Free Press, USA.
Spong, John Shelby. 1998. Why Christian Must Change or Die: A Bishop Speaks to Believers in Exile. Harper San Fransisco. USA Spong, John Shelby, 2007. Jesus for the Non-Religious. HarperOne, USA.
Stanton, Glenn. T. 2019. The Myth of the Dying Church: How Christianity is Actually Thriving in America and The World. Hachette Book Group, USA.