1 Korintus 15:10

"Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras daripada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku".

Tulisan ini mengajak kita untuk belajar dari kehidupan Rasul Paulus. Dalam 1 Korintus 15: 8-10, Paulus mengakui bahwa dia tidak layak. Dia rasul paling hina, karena telah menganiaya jemaat Yesus, tetapi Yesus dalam kasih-Nya yang besar telah mengangkat dia, mempercayakan pelayanan yang besar padanya, sehingga ia menjadi rasul Kristus.

Kalau kita pelajari perjalanan pelayanan Rasul Paulus, ia menjadi rasul yang luar biasa, merintis jemaat di mana-mana. Ia mengalami tantangan, penganiayaan, namun tetap setia mengiring Tuhan, dan dia rela mati demi Tuhan, karena ia tahu, bahwa ia ada dan bisa melayani, itu semua hanyalah karena anugerah-Nya.

Apa yang dibagikan oleh Paulus? Pertama-tama, Paulus berkata “Aku bersyukur kepada Dia, Yesus Kristus, Tuhan kita”. Paulus menyakini betapa baiknya Tuhan Yesus. Dan dia ingin mengatakan kepada kita, “Kukatakan kepada Yesus, betapa baiknya Dia” yang telah atau senantiasa menguatkan, sehingga memberikan kemampuan kepadanya. Paulus meyakini, hanya karena pertolongan Kristuslah dia sanggup melaksanakan tugasnya sebagai pelayan Kristus.

Ada tiga hal yang dapat kita renungkan:

1. Keberadaan Paulus adalah karena kasih karunia semata (1 Kor 15:10).

Bagi Paulus, keberadaannya adalah karena kasih karunia semata. Kata kasih karunia di sini diambil dari kata “kharis,” yang secara umum berarti “pemberian, hadiah, anugerah, kemurahan hati, dan karunia”. Dalam Perjanjian Baru, kata kasih karunia atau anugerah ini dihubungkan dengan keselamatan dari Allah bagi manusia. Anugerah, kasih karunia, atau grace (bahasa Inggris) berarti:

• Pemberian dari Tuhan yang bersifat cuma-cuma. Artinya, si penerima tidak perlu melakukan apapun atau memiliki syarat tertentu untuk menerima anugerah dari Tuhan.

• Pemberian Allah yang tidak selayaknya diberikan kepada kita, karena kita tidak pantas untuk menerimanya.

Sebagai ilustrasi: anak Anda dibunuh, lalu Anda membawa si pembunuh itu ke rumah dan mengadopsinya sebagai anak, juga memberi dia seluruh kasih dan hak-hak istimewa serta warisan yang akan Anda berikan kepada anak Anda. Itulah kasih karunia atau anugerah.

Mengapa Paulus memiliki konsep, bahwa seluruh hidupnya semata adalah karena kasih karunia yang dianugerahkan kepadanya? Jawabannya adalah karena kuasa kebangkitan Kristus. Jika kita mencoba melihat ke belakang, tentang siapa dan apakah yang telah Paulus lakukan sebelumnya, maka kita akan menyetujui jawaban di atas.

Rasul Paulus tidak menyia-nyiakan kasih karunia Allah yang diberikan kepadanya. Terbukti bahwa kasih karunia itu telah mengubah dirinya secara total, seperti pengakuannya dalam 1 Timotius 1:13-15, “Aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas tetapi aku telah dikasihani-Nya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan, yaitu di luar iman. Malah kasih karunia Tuhan kita itu telah dikaruniakan dengan limpahnya kepadaku dengan iman dan kasih dalam Kristus Yesus. Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: ‘Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa, dan di antara mereka akulah yang paling berdosa.’

Paulus adalah seseorang yang dapat membanggakan keberadaan dirinya secara lahiriah. Ia adalah seorang Ibrani tulen (2 Kor. 11:22; Filipi 3:4-5; Kis. 21:39; 22:3; 23:6). Secara pendidikan, ia adalah seorang sarjana besar, ahli dalam Taurat, yang dididik langsung oleh Imam Gamaliel (Kis. 22:3). Berdasarkan ketentuan-ketentuan Yahudi, Paulus memiliki hak yang lebih besar lagi untuk dihormati. Paulus adalah seorang Farisi (Kis. 23:6; Filipi 3:5). Dari segala rohaniawan Yahudi, tidak ada yang lebih dihormati daripada orang Farisi.

Bagi Paulus, kuasa kebangkitan membuat dia mengalami kemenangan dalam hidup, mengalami perubahan hidup dari lama menjadi baru, dan menjadikannya hidup berpengharapan, karena Kristus telah mengalahkan kematian, padahal kematian adalah sesuatu yang mustahil dikalahkan.

Panggilan pelayanan yang kita peroleh adalah kasih karunia Allah. Menyadari bahwa semua yang kita peroleh itu adalah berkat kasih karunia Allah, akan membuat kita tidak lupa diri atau sombong (bandingkan 1 Kor. 5:9; Roma 7:19- 25). Bahkan seluruh keberadaan kita, jasmani maupun rohani, adalah kasih karunia Tuhan. Hendaknya kita mengerti dan menyadari hal ini. Paulus berkata bahwa ia ada sebagaimana ia ada, itu semua karena kasih karunia. Jangan ada seorang pun yang berkata, “Aku berhasil karena aku pintar, aku rajin, aku kuat, dsb.” Musa mengingatkan bangsa Israel (Ul. 8:17-18), bahwa kalau kita berhasil, itu semua hanya karena Tuhan yang memberi kemampuan kepada kita.

2. Kasih karunia memberi tanggung jawab (1 Kor. 15:10; 2 Kor. 6:1)

”....... dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku” (1 Kor. 15:10). Paulus mau mengingatkan kita, agar kita tidak menyia-nyiakan kasih karunia yang telah kita terima.

Sebagai respons atas anugerah dan kasih karunia yang diterimanya itu, Paulus tidak menyia-nyiakannya, melainkan ia melayani dengan giat. Ia bekerja keras, walaupun ada banyak tantangan dan ancaman yang dapat membuatnya kecewa atau berhenti melayani (bandingkan 2 Kor. 11:23-29; 4:7-12). Bagi Paulus, jika dia harus hidup, maka baginya itu berarti bekerja untuk menghasilkan buah.

Dalam menjalankan tugas yang telah diterimanya dari Yesus, Sang Kepala Gereja, Paulus tidak pernah memandang rendah atau ringan. Sebaliknya, ia telah bekerja sangat keras (1 Kor. 15:10) untuk dapat menjalankan setiap bagian tugas tersebut. Paulus berkata, “Aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku …” (Kis. 20:24). Bila kita menyadari bahwa keberadaan kita adalah karena kasih karunia, maka kita mempunyai tanggung jawab untuk menggunakan itu dengan baik, dan itu juga menjadi alasan bagi kita untuk melayani Tuhan. Namun, jika kita tidak menyadari anugerah-Nya, maka hal ini akan mendatangkan konsekuensi yang tidak baik bagi pelayanan kita. Kita melayani bukan karena kita layak, tetapi karena Allah bermurah hati untuk melibatkan kita. Setiap tugas pelayanan yang diberikan kita terima dengan rasa syukur dan penuh tanggung jawab (bandingkan 2 Kor. 4:1,16-18).

3. Kasih karunia Allah memotivasi Paulus untuk memuliakan Allah.

Paulus berkata, “Karena aku adalah yang paling hina dari semua rasul, bahkan tidak layak disebut rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah” (1Kor.15:9).

Tak ada yang dapat dibanggakan. Masa lalu Paulus jelek dan rusak. Hal inilah yang mendorong Paulus untuk berkata: “Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selamalamanya” (Roma 11:36).

Kasih karunia Tuhan memampukan Rasul Paulus dan kita untuk bekerja keras. Kerja keras disertai komitmen yang tinggi dan hati yang tulus dalam melaksanakan tugas-tugas dan pelayanan menjadi tanggung jawab kita, atas fondasi kasih karunia Tuhan. Tidak ada alasan untuk kita menyombongkan diri, bahwa “Aku telah bekerja keras,” dengan harapan dihargai oleh karena itu. Nama Tuhan yang dimuliakan, itu cukup.