[ Penulis: Benedictus Leonardus. Editor: David Tobing ]

Walaupun sama sama mengaku sebagai seorang Kristen, worldview seorang Kristen dapat berbeda antara yang satu dengan lainnya. Hal ini sangat tergantung bagaimana penerimaan seseorang terhadap Alkitab. Apakah Alkitab adalah Firman Tuhan atau Alkitab berisi Firman Tuhan? Dan apakah Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat Dunia atau tidak lebih sebagai guru moral yang baik?

Walaupun semakin banyak orang Kristen yang kembali lagi kepada kebenaran-kebenaran wawasan dunia Alkitabiah (Biblical Worldview) namum kita harus waspada terhadap berbagai “isme” sekuler yang mempengaruhi wawasan kita. Mungkin saja bahasa atau istilah yang digunakan bernuansa Kristen tetapi isinya (content) mengandung isme-isme yang bertolak belakang dengan ajaran Alkitab. Gereja yang seharusnya mempengaruhi dunia ini, tetapi seringkali justru dunia yang mempengaruhi Gereja, dimana sudah tidak ada lagi perbedaan yang jelas antara pengikut Kristus dan dunia.

Kita sedang hidup di zaman dengan faham deisme, naturalisme, nihilisme, ekstensialisme, zaman baru (the new age) yang melahirkan post-modernisme, relativisme dan humanisme sekuler. Gereja sedang berada di persimpangan jalan yang kritis, karena itu kita harus siap menyuarakan kebenaran biblical worldview pada dunia yang sedang bingung mencari jawaban-jawaban problematik ini.


Christian Woldview

Christian worldview bertautan erat dengan keyakinan iman kita. Dasar atau fondasi kita untuk menilai wordview yang kita pegang adalah Alkitab. Kita harus mengakui iman kita bahwa Alkitab adalah Firman Allah. Alkitab adalah pernyataan Allah. Sejarah penebusan/penyelamatan manusia tidak bisa dilepaskan dari Alkitab. Narasi dan penciptaan dan kejatuhan manusia dalam dosa di ceritakan dalam 3 pasal pertama kitab Kejadian. Kitab selanjutnya hingga Wahyu berisi narasi sejarah penebusan/penyelamatan umat manusia. Kita juga harus meyakini/mangakui iman kita bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat dunia. Worldview dan keyakinan iman kita harus konsisten. Jika tidak, kita harus merevisi worldview kita agar konsisten dengan Alkitab atau meninggalkan Christian worldview dan beralih kepada worldview sekuler lainnya.

Dengan komitmen terhadap keyakinan iman kita, akan membawa kita untuk menjawab 4 pertanyaan yang erat kaitan dengan Christian worldview yaitu (1) siapa kita? (who am I?), (2) dimana kita? (where am I?), (3) apa yang salah? (what’s wrong?), (4) Apa yang harus diperbaiki? (what is remedy?). Tanpa komitmen terhadap iman, kita akan mengalami kesulitan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Untuk menjawab ke empat pertanyaan ini, mau tidak mau kita dibawa pada doktrin penciptaan, kejatuhan dalam dosa dan penebusan serta pemulihan menyeluruh di dalam Kristus.


Penciptaan (Creation)

Alkitab dimulai dengan kalimat, “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.” Demikan pula biblical worldview dimulai dengan pernyataan tersebut. Dimulai dengan Allah dan ciptaannya. Creation is the biblical starting point. Kita tidak dapat memahami makna kata keselamatan (salvation), penebusan (redemption) dan rekonsiliasi (reconciliation), jika kita tidak memahami makna penciptaan. Penciptaan ini lah yang terkena dampak akibat dosa dan perlu pemulihan. Tanpa memahami dengan benar wawasan alkitab mengenai penciptaan akan mengakibatan pemahaman akan dosa dan penebusan terdistorsi.

Jawaban siapa kita sangat tergantung pada apakah kita percaya kepada penciptaan atau alam semesta ini berasal dari suatu kecelakaan kosmik yang disebabkan oleh big bang (ledakan dahsyat atau dentuman besar). Sehingga kita tidak tahu dari mana asal kita dan ke mana kita akan menuju. Isu eksistensi alam semesta masih menjadi perdebatan. Ada tiga alternatif filosofis dalam perdebatan ini: (1) dunia ini menciptakan dirinya sendiri/the world is self-created; (2) dunia ini ada sendiri secara kekal/the world is eternally self-existent; (3) dunia diciptakan oleh sesuatu atau seseorang di luar dirinya yang adalah kekal/the world was created by something or someone outside itself who is self-existent.

Alternatif pertama tidak dapat diterima logika. Untuk dapat menciptakan diri sendiri, sesuatu harus ada sebelumnya agar dapat menciptakan. Alternatif yang kedua membangkitkan pertanyaan ilmiah yang serius. Untuk menyatakan bahwa alam semesta ada dengan sendirinya berarti menyatakan bahwa alam semesta ini kekal. Alternatif ketiga menyatakan bahwa alam semesta ini diciptakan oleh sesuatu atau seseorang yang kekal dan memiliki kuasa keberadaan dalam dirinya.

Iman yang berdasarkan Alkitab tidak memberikan deskripsi ilmiah tentang asal usul alam semesta, tetapi memberikan jawaban terhadap Siapa (Who) yang menciptakan. Allah menghadirkan dunia dari ex nihilio (dari tidak ada). Alkitab menjelaskan penciptaan dalam istilah kuasa perintah Allah yang menakjubkan berdasarkan perintah atau ketetapan ilahi. Allah memerintahkan dunia ada, maka dunia ada (Sproul, 1998, 65).

Allah yang menciptakan adalah Allah yang berdaulat penuh atas ciptaanNya. Doktrin penciptaan menggambarkan relasi mendasar tentang Allah yang menakjubkan. Segala keberadaan terjadi karena Allah memerintahkanNya ada maka segala sesuatu ada. The doctrine of creation includes an understanding of the basic relationship between the awesome God and everything else, since everything else exists only because he has called it into exixstence (Goheen dan Bartholomew, 2011, 33).


Kejatuhan (Fall)

Seluruh ciptaan termasuk manusia itu sungguh amat baik. Manusia diciptakan Allah menurut gambar/citra-Nya. Manusia diciptakan sebagai laki-laki dan perempuan dan diberi tugas mandat budaya untuk beranak cucu dan memenuhi bumi serta untuk menguasai, mengelola dan memelihara seluruh ciptaan Allah. Hal ini menunjukkan ada perjanjian atau kovenan antara Allah dan manusia yang disebut “covenant of creation.” Allah memberikan posisi yang mulia dalam hal ini kepada manusia. Semua kehidupan dibawah kuasa manusia yang harus mengelola dibawah otoritas/kedaulatan Allah.

This original bond between God and man is designated the “covenant of creation” by which man was created to be a caretaker or trustee over the entire creation, an exalted position even above that of the angel . . . All of life was placed under the dominion of man who was to rule under God’s authority (Kappele dan Currid, 1986, 23)

Manusia sebagai makhluk ciptaan yang harus taat kepada pencipta-Nya. Namun manusia yang diciptakan ini mempunyai keinginan untuk mendahukan diri sendiri ketimbang Tuhan dengan menolak untuk menerima kedudukannya sebagai ciptaan dan ingin menjadi seperti Allah. Adam terbujuk oleh rayuan iblis dengan memakan buah terlarang karena ingin menjadi Allah. Ia dikuasai iblis dan menjadi hamba dosa. Kejatuhan manusia pertama ini menyeret seluruh manusia ke dalam perbudakan dosa dimana kecenderungan manusia hanya membuahkan kejahatan semata-mata.

Adam desire and therefore willed to put his first love, himself, above God. So he ate the forbidden fruit in a vain attempt to become like God. Thus the fall, resulting from man’s free desire and choice to put himself before God, was a sin of pride. . . Sin enslaved his will and distorted his judgment. . . Through Adam the whole human race was plunged into the bondage of sin, which produced people’s various sinful acts (MacKenzie, 1986, 90).

Kejatuhan manusia dalam dosa ini menyebabkan kerusakan total terhadap keseluruhan diri manusia. Manusia “being” yang telah rusak ini berimbas kepada aktivitas manusia “doing” yang juga tercemar oleh dosa. Semua aktivitas manusia – pikiran manusia, nilai-nilai, panggilan, tindakan dalam sejarah, tujuan akhir, semuanya sudah tercemar dosa. All human activity – man’s ideas, values, vocation, actions in history, and ultimate destiny – lies under the effect of sin . . . (Hoffecker, 1986, 5).

Kejatuhan manusia dalam dosa ini bersifat universal. Alkitab mengatakan tidak ada manusia yang tidak berdosa (2 Tawarikh 6: 36); “…sama seperti dosa telah masuk kedalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.” (Roma 5:12).


Penebusan (Redemption) and Pemulihan (Restoration)

Walaupun manusia telah jatuh dalam dosa, Allah tetap mengasihi manusia yang telah Ia ciptakan menurut gambar-Nya. Oleh karena itu Allah tetap memelihara manusia dari sejak semula. Allah merancang penyelamatan manusia dari kuasa dosa dan kebinasaan serta memulihkan relasi ke dalam hubungan yang benar dengan Allah. Sejarah penebusan dan keselamatan yang dinyatakan melalui perjanjian-Nya disebut dengan “the covenant of redemption.”

Man’s sin destroyed the creation covenant and fractured his relationship with Creator. Because God loved man, however, He provided a means by which man could be restored to a right relationship: the covenant of redemption (Kappele dan Currid, 1986, 25).

Kovenan penyelamatan ini dimulai dari sejarah tindakan Allah melalui umat Israel dan sepanjang sejarah. Karya penyelamatan Allah yang melingkupi seluruh waktu dan peristiwa dalam dunia ini sejak manusia jatuh ke dalam dosa sampai akhir zaman. Karya penyelamatan ini mencapai puncaknya di dalam Tuhan Yesus Kristus. Di kayu salib, Yesus Kristus mengalahkan kuasa kegelapan yang membelenggu manusia. Christ’s death accomplished our salvation and fulfilled the covenant of redemption (Beale dan Bibza, 1986, 66). Melalui kematian dan kebangkitan Kristus, relasi yang rusak antara manusia dan Allah dipulihkan.

In his life, Jesus shows us what salvation looks like: the power of God to heal and to make new is vividly present in all his words and actions. In his death, Jesus accomplishes that salvation: at the cross he wages war against this power of evil and defeats them. In his resurrection, Jesus opens the door to the new creation – and then holds that door open and invites us to join him (Bartholomew dan Goheen, 2006, 129)

Jika mengikuti narasi/kisah karya Allah dalam sejarah hingga kedatangan, kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, kita dapat melihat karya Allah yang menakjubkan dalam sejarah penebusan/penyelamatan umat manusia. Melalui salib, Allah menghukum pemberontakan dan dosa manusia dan menggenapkan karya penyelamatan dunia ini. It is at the cross that God delivers the deathblow to human sin and rebellion and accomplishes the salvation of his world (Bartholomew dan Goheen, 2006, 160). Melalui kematian-Nya, Yesus menaklukkan dosa dan melalui kebangkitan-Nya Yesus memproklamirkan era baru bagi penyelamatan dan pemulihan.


Restorasi Menyeluruh

Melalui kematian dan kebangkitan Yesus, pemulihan seluruh ciptaan Allah dinyatakan. Penyelamatan tidak berhenti hanya pada umat manusia tetapi mencakup seluruh ciptaan. Salvation does not stop with humankind: it embraces the whole creation (see Romans 8:21). (Bartholomew dan Goheen, 2006, 50). Penebusan umat manusia adalah pemulihan gambar/citra Allah yang telah rusak dalam segala lini kehidupan manusia diantaranya pada aras personal, transendensi diri, inteligensia, moralitas, kemampuan bersosialisasi dan kreativitas. Melalui penebusan, manusia telah sepenuhnya dipulihan dan mempunyai kehidupan yang damai dan akrab dengan Allah, sesama manusia dan diri sendiri.

Redeemed humanity is humanity on the way to the restoration od the defaced image of God – in other words, substantial healing in every area – personality, self-transcendence, intelligence, morality, social capacity and creativity. Glorified humanity is humanity totally healed and at peace with God, and individuals at peace with others and themselves (Sire, 1990, 39).

Disamping pemulihan relasi antara manusia dengan Allah. Pemulihan menyeluruh juga berarti restorasi terhadap nonhuman creation sebagaimana Yesus menenangkan badai (Markus 4:35-41). Segala sesuatu baik di sorga dan dunia akan ditebus, Penebusan mencakup kosmik. All things (in heaven and on earth) are to be redeemed, Redemption is truly cosmic in scope (Wash and Middleton, 2010, 80).

Restorasi menyeluruh ini merupakan lingkup kerajaan Allah dan gereja. Yesus sendiri yang memproklamirkan kedatangan kerajaaan Allah. Kerajaan Allah telah datang. Markus 1:14-15, “Sesudah Yohanes ditangkap datanglah Yesus ke Galilea memberitakan Injil Allah, kata-Nya: “Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percaya kepada Injil.” Yesus memberitakan khabar baik bahwa kuasa Allah untuk menyelamatkan ciptaan-Nya telah tiba. Allah telah datang dalam sejarah manusia untuk membebaskan, menyembuhkan dan memperbarui dunia. Allah bertindak dalam kasih dan otoritasnya melalui Yesus dan Roh Kudus untuk memulihkan segala ciptaan dan kehidupan umat manusia untuk menjalani kehidupan di dalam kasih dibawah kedaulatan Allah sendiri.  God is now acting in love and power through Jesus and by his Spirit to restore all of creation and all of human life to again live under the benevolent reign of God himself (Bartholomew dan Goheen, 2006, 135).

Restorasi menyeluruh merupakan misi gereja. Kehadiran gereja untuk melaksanakan misi Allah. Yoh 20:21, “Maka kata Yesus sekali lagi: “Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.” Gereja dalam melaksanakan misi harus mencakup seluruh lini kehidupan. Sebagai pengikut Kristus, kita harus memberitakan otoritas Allah atas kehidupan umat manusia, menyatakannya di dalam kehidupan kita, meperlihatkannya dalam tindakan kita.

The church is, indeed, defined by an urgent call to mission: “As the Father has sent me, so I send you’ defines the very being of the Church as mission. In this sense everything that the Church is and does can be and should be part of all-embracing. Following Jesus, we are called to make known God’s rule over all of human life, embodying it in our lives, demonstrating it in our actions, and announcing it with our words (Goheen dan Bartholomew, 2011, 60)

Pemulihan menyeluruh secara eksplisit terekam dalam Alkitab. Petrus menafsirkan pesan para nabi sebagai pemulihan menyeluruh. “Kristus itu harus tinggal di sorga sampai waktu pemulihan segala sesuatu, seperti yang difirmankan Allah dengan perantaraan nabi-nabiNya yang kudus di zaman dahulu” (Kis. 3:21). Allah sendiri yang mempermaklumkan pemulihan menyeluruh di akhir drama Biblikal, “Lihatlah Aku menjadikan segala sesuatu baru!” Jelas penyelamatan adalah pemulihan kehidupan umat manusia dan ciptaan lainnya juga. Inilah cakupan penyelamatan yang Alkitabiah.


Kerajaan Allah Sudah dan Belum Datang

Kerajaan Allah sudah datang sebagaimana diproklamirkan Yesus tetapi belum mencapai puncaknya/penggenapannya. The kingdom Jesus describes is both present and future: already begun here, not yet here in fullness (Bartholomew dan Goheen, 2006, 146). Saat ini adalah masa/waktu diantara kedatangan Yesus yang pertama dan kedua. Johanes pembaptis mempersiapkan kedatangan Kristus yg pertama. Apostle mempersiapkan kedatangan Yesus yg kedua. Diantara kedua waktu ini, kita sebagai umat Allah ikut serta sebagai rekan sekerja Allah dalam melaksanakan misi Allah. Kita hidup diantara masa Jesus telah datang dan menantikan inagurasi ciptaan baru melalui kematian dan kebangkitan-Nya. Kita menantikan kedatangan Yesus kedua kalinya untuk menyelesaikan/menggenapi tugas penyelamatan secara menyeluruh. Kerajaan Allah telah hadir melalui pekerjaan roh Kudus tetapi belum mencapai puncak penggenapannya.

The kingdom has not yet come. We live in that gap between the time when Jesus inaugurated the new creation (in his death and resurrection) and the time when he will return to finish what he has begun. The kingdom of God is already here by the work of the Spirit, but has not yet been completed (Goheen dan Bartholomew, 2011, 59)

Apa yang harus kita lakukan pada masa ini, di dalam menantikan kedatangan Yesus yang kedua kalinya. Kita harus memberitakan khabar baik tentang Injil yang menyelamatkan. Melalui penebusan dan restorasi menyeluruh sebagaimana yang Alkitab ajarkan, tugas kita adalah menghidupi khabar baik disegala lini kehidupan kita termasuk kehidupan publik kita. Di dalam mewujudkan keutuhan ciptaan, kita harus peduli dan terlibat dengan lingkungan hidup kita, relasi pada aras internasional, keadilan ekonomi, business, media, pendidikan, keluarga, jurnalistik, industry, hukum, dll. Jika penebusan hanya direduksi dan dibatasi pada hal yang bersifat spiritual dan sorgawi, maka banyak lini kehidupan yang tidak dijangkau oleh gereja. Akibatnya kita menyerahkan sebagaian besar ciptaan Allah kepada kuasa kegelapan dan kita akan gagal untuk menyatakan bahwa Yesus adalah Pencipta alam semesta dan Tuhan atas semuanya.

We have seen thar mission is the meaning of this time period between the first coming of Jesus and his return, and that mission is to be, to speak, and to do the good news. If redemption is, as the Bible teaches, the restoration of the whole of creation, then our mission is to embody this good news; every part of creational life, including the public life of our culture, is being restored. The good news will be evident in our care for the environment, in our approach to international relations, economic justice, business, media, scholarship, family, journalism, industry, and law. But if redemption were merely about an otherworldly salvation then our mission would be reduced to the sort of evangelism that tries to get people into heaven. Most of life would then fall outside the mission of the church. We would be forced to surrender most of God’s creation to the evil power that claim it for their own, and we would fail in our calling to proclaim that Christ is Creator and Lord of all (Goheen dan Bartholomew, 2011, 66)


Misi Gereja Kristen Indonesia

Walaupun Tata Gereja GKI tidak menyebut istilah Christian worldview secara eksplisit, namun Christian worldview sangat kentara sekali tersirat dalam Tata Gereja GKI terutama Mukadimah dan Penjelasan Tentang Mukadimah, Tata Dasar dan Penjelasan Tentang Tata Dasar, Lampiran 1 – 6 Tata Gereja GKI. GKI mengaku imannya bahwa Alkitab adalah Firman Allah dan Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat Dunia (Pengakuan Iman GKI, Pasal 3, Tata Dasar, Tata Gereja GKI, 2009, 22). Berdasarkan pengakuan iman tersebut, jelas sekali penekanan terhadap karya penciptaan, kejatuhan dalam dosa dan penebusan serta pemulihan menyeluruh di dalam Kristus. Karya penciptaan (creation) adalah titik awal membangun Christian worldview.

GKI megakui bahwa alam semesta ini termasuk manusia adalah ciptaan Allah bukan dari sebuah proses kekacauan kosmik akibat big bang dan proses evolusi. Pegangan Ajaran mengenai Alkitab, 2.2, 345 : “Alkitab berisikan kesaksian menyeluruh mengenai Allah yang menyatakan diri-Nya, kehendak-Nya serta karya penciptaan, pemeliharaan, penyelamatan, dan penggenapan-Nya kepada manusia dan dunia. Kesaksian Alkitab mengenai Allah ini cukup dan menjadi ukuran (kanon) bagi iman kita dan untuk menggumuli kehidupan iman kita dalam kesetiaan kepada-Nya. Kesaksian menyeluruh ini dipahami dan diajarkan secara utuh.

Walaupun manusia telah jatuh dalam dosa tetapi Allah di dalam kemurahanNya merencanakan pemeliharan, penebusan dan penyelamatan dunia yang mencapai puncaknya pada kedatangan, kematian dan kebangkitan Kristus. Bagi GKI, secara universal, gereja bersumber pada Allah yang menyelamatkan melalui karya-Nya di dalam dan sepanjang sejarah. Karya penyelamatan Allah – yang mencapai puncaknya dalam Tuhan Yesus Kristus – dilakukan secara menyeluruh dan meliputi segala sesuatu menuju pemenuhan Kerajaan Allah (Mukadimah, Alinea 2, Tata Gereja GKI, 2009, 5).

Allah sendirilah yang melakukan karya penyelamatan-Nya di dalam dan sepanjang sejarah. Ungkapan “di dalam dan sepanjang sejarah” menunjuk pada karya penyelamatan Allah yang melingkupi seluruh waktu dan peristiwa dalam dunia ini sejak manusia jatuh ke dalam dosa sampai akhir zaman. Karya penyelamatan ini melibatkan umat manusia dan dunia (Penjelasan Mukadimah, Alinea 2.1, Tata Gereja GKI, 2009, 9).

Karya penyelamatan Allah itu membebaskan dunia dan manusia dari dosa dan membawa dunia serta manusia kepada kehidupan baru yang sesungguhnya dalam relasi yang benar dengan Allah, dengan sesama, dan seluruh ciptaan (Penjelasan Mukadimah, Alinea 2.2, Tata Gereja GKI, 2009, 9).

Dari segi perjanjian dalam kerangka sejarah penyelamatan Allah itu. Tuhan Yesus Kristus adalah Dasar dan Kepala Gereja yang mencirikan keberadaan gereja sebagai umat Allah yang baru. Pada satu pihak, gereja tidak dapat dilepaskan dari umat Israel dalam Perjanjian Lama. Pada pihak lain, keberadaan gereja sebagai umat yang baru berdasar pada Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat dunia (Penjelasan Mukadimah, Alinea 2.5, Tata Gereja GKI, 2009, 10).

Yesus Kristus sendiri yang memberitakan Kerajaan Allah sudah datang dan akan digenapi (Pegangan Ajaran Mengenai Alkitab, 4, 346). Apa yang harus gereja lakukan menuju penggenapan/pemenuhan Kerajan Allah pada kedatangan Yesus yang kedua kalinya? Gereja hadir untuk melaksanakan misi Allah. Misi Allah adalah karya penyelamatan Allah yang universal dan meliputi segala sesuatu. Dalam kerangka sejarah peneyelamatan Allah di dunia, misi Allah dinyatakan juga melalui misi gereja, dan dengan demikian misi gereja bersumber dari dan melayani misi Allah (Penjelasan Mukadimah, Alinea 3.1, Tata Gereja GKI, 2009, 11).

GKI sangat menekankan restorasi menyeluruh yaitu pemulihan keutuhan seluruh ciptaan. GKI terpanggil untuk mengusahakan kesejahteraan – yaitu syalom – yang berisikan keadilan, perdamaian, dan keutuhan seluruh ciptaan. Untuk mewujudkannya, GKI harus membuka diri bersedia bekerja sama dan berdialog dengan semua pihak dan golongan yang berkemauan baik (Penjelasan Mukadimah, Alinea 10.1, Tata Gereja GKI, 2009, 15).

Mengusahakan keadilan, perdamaian, dan keutuhan ciptaan adalah tiga (3) sisi missioner yang saling terkait dan tak terpisahkan. Keadilan dan pendamaian itu bukan hanya antar manusia saja, melainkan keadilan dan pendamaian di dalam konteks keutuhan seluruh ciptaan Allah (Penjelasan Mukadimah, Alinea 10.2, Tata Gereja GKI, 2009, 15).

Yang dimaksud dengan “keutuhan ciptaan” adalah bahwa seluruh ciptaan Allah saling terkait di dalam satu sistem kehidupan yang integral, di mana semua yang ada di dalamnya saling bergantung dan saling membutuhkan satu sama lain. Punahnya atau rusaknya satu unsur akan mengganggu keutuhan seluruh sistem. Pada gilirannya ini akan membahayakan semua unsur di dalam sistem yang bersangkutan (Penjelasan Mukadimah, Alinea 10.3, Tata Gereja GKI, 2009, 15).

Manusia tidak boleh hanya memikirkan kepentingan dan kenyamanannya sendiri, dengan mengabaikan hak hidup ciptaan yang lain. GKI dipanggail bukan hanya untuk mengusahakan kesejahteraan bagi manusia saja, melainkan bagi seluruh kehidupan di dalam seluruh alam ciptaan Allah (Penjelasan Mukadimah, Alinea 10.4, Tata Gereja GKI, 2009, 15).

Tuhan memimpin kita tidak lepas dari “konteks.” Maka pergumulan GKI dengan Firman Allah terjadi dalam konteks Indonesia pada masa kini. Namun dalam memahami konteksnya, GKI melihat dirinya juga sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari dunia ini. Karena itu pengungkapan dari dan fungsi GKI pada konteks Indonesia harus dimengerti secara luas dakam konteks dunia (Penjelasan Mukadimah, Alinea 1.3, Tata Gereja GKI, 2009, 8).


Mewujudkan Dalam Tindakan

Pdt. Joshua Lie dalam seminar “Christian Worldview dan Experience”, 4 Agustus 2017, mengingatkan peserta bahwa Christian worldview harus diaplikasikan dalam segala aspek kehidupan atau menjadi mode of life kita. Beliau menekankan keunikan Kristen adalah kita mengenal “wahyu umum (general revelation).” Kita harus menghargai dan memperlakukan sesama kita, walaupun berbeda dalam keyakinan iman, suku, golongan dll sebagai sesama manusia yang diciptakan Tuhan. God’s creation dalam diversity. Worldview mengajarkan/menolong kita menghargai ciptaanNya (God’s creation).  Menghargai ciptaan Tuhan sebagaimana Tuhan ciptakan. Dengan Christian worldview yang kita hidupi dalam segala aspek kehidupan kita, kita membangun relasi dengan sesama kita melalui dialog dengan mereka yang berbeda keyakinan iman dengan kita untuk mewujudkan keutuhan ciptaan.

Christian worldview harus diwujudnyatakan dalam tindakan (action). Tindakan merupakan sesuatu yang nyata setelah pertobatan dan penebusan kita di dalam Kristus. Pemahaman Bersama Iman Kristen, Kerajaan Allah dan Hidup Baru, E.2, Tata Gereja GKI, 2009, 339, menekankan hal ini. Kami percaya bahwa Kerajaan Allah itu sudah datang dan menjadi nyata dalam kehidupan dunia dan umat manusia dengan kedatangan Yesus Kristus, Raja dan Juruselamat dunia (Mrk 1:15). Walaupun demikian, pernyataan Allah secara penuh baru akan terjadi ketika “dalam nama Yesus ber-tekuk lutut, segala yang di langit dan yang ada di atas bumi, dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku Yesus Kristus adalah Tuhan bagi kemuliaan Allah, Bapa” (Flp. 2:10-11). Oleh karena itu, gereja dan orang-orang percaya mendoakan dan menyongsong penggenapan Kerajaan Allah itu dengan secara tekun bekerja menegakkan tanda-tanda Kerajaan Allah di dalam kehidupan sehari-hari (Mat. 6:10, 33; 25:1-46).

Kita harus dinamis – dinamis dalam Tuhan dalam menjalankan panggilan misi Tuhan dengan berpandukan pada kebenaran Tuhan. Jesus is Creator, Redeemer, and Lord. Kita mengakui ketuhanan Kristus atas alam semesta. Jesus Christ’s lordship over all life.


Daftar Kepustakaan

  • Bartholomew, Craig G and Gohen, Michael W. 2006. The Drama of Scripture: Finding Our Place in the Biblical Story. Baker Academic, Grand Rapids.
  • BPMS GKI. 2009. Tata Gereja dan Tata Laksana Gereja Kristen Indonesia. PT. Adhitya Andrebina Agung, Jakarta.
  • Beale, G.K dan Bibza, James. 1986. The New Testament: The Covenant of Redemption in Jesus Christ di dalam Building A Christian Worldview: God, Man and Knowledge, Volume 1, Editor: Gary Scott Smith Associate Editor. Prebyterian and Reformed Publishing Company, USA.
  • Gohen, Michael W. and Bartholomew, Craig G, 2011. Living at the Crossroads: An Intriduction to Christian Worldview. Baker Academic, Grand Rapids.
  • Hoffecker, W. Andrew. 1986. Introduction di dalam Building A Christian Worldview: God, Man and Knowledge, Volume 1, Editor: Gary Scott Smith Associate Editor. Prebyterian and Reformed Publishing Company, USA.
  • Kappelle, Robert P. Vande dan Currid, John D. 1986. The Old Testament: The Covenant Between God and Man di dalam Building A Christian Worldview: God, Man and Knowledge, Volume 1, Editor: Gary Scott Smith Associate Editor. Prebyterian and Reformed Publishing Company, USA.
  • MacKenzie, Charles S. 1986. Biblical Interlude: Augstine’s Trinitarianism di dalam Building A Christian Worldview: God, Man and Knowledge, Volume 1, Editor: Gary Scott Smith Associate Editor. Prebyterian and Reformed Publishing Company, USA.
  • Sire, James W. 1990. The Universe Next Door: A Basic Worldview Catalog. InterVarsity. Illinois, USA.
  • Sproul, R.C. 1998. Renewing Your Mind: Basic Christian Beliefs You Need to Know. Baker Books, Grand Rapids, USA.
  • Walsh, Brian J and Middleton, J. Richard. 2010. The Transforming Vision: Shaping a Christian Worldview. IVP Academic, USA.